Ditulis Oleh: Munzir Almusawa    

Friday, 26 June 2009 


Dosa Terbesar Diantara Muslim Pada Muslim Lainnya
Senin, 22 Juni 2009 

 

ÞÇá ÑÓæá Çááå Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó : Åöäøó ÃóÚúÙóãó
ÇáúãõÓúáöãöíäó ÌõÑúãðÇ ãóäú ÓóÃóáó Úóäú ÔóíúÁò áóãú íõÍóÑøóãú ÝóÍõÑøöãó ãöäú
ÃóÌúáö ãóÓúÃóáóÊöåö 

(ÕÍíÍ ÇáÈÎÇÑí)

Sabda Rasulullah saw :
“Sungguh sebesar besar kejahatan muslimin adalah yg bertanya tentang sesuatu
yg tidak diharamkan, menjadi diharamkannya hal itu sebab pertanyaannya”
(Shahih Bukhari) 

 

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

ImageLimpahan Puji Kehadirat Allah. Matahari kebahagiaan yang selalu
menumpahkan kebahagiaan bagi hamba – hambaNya di dunia dan di akhirat dan
menyisakan sebagian dari kesulitan terjadi kepada hamba-Nya di dunia agar
mereka meminta kebahagiaan kepada Allah. Sang pemilik kebahagiaan dunia dan
akhirat, Maha Melimpahkan kepada hamba – hambaNya kebahagiaan sebelum mereka
meminta dan menjadikan sebagian kesulitan muncul dalam kehidupan agar mereka
mau meminta. Maha Suci Allah yang menyenangi doa dan munajat kepada hamba
–hambaNya, Dialah (Allah) Maha Sempurna dan Maha Melihat dan Maha
Melimpahkan Kasih Sayang-Nya sehingga satu – satunya Dzat yang berbeda
dengan segenap makhluk yang selalu semakin gembira dengan banyaknya
permohonan, Dialah (Allah).

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Maha Suci Allah, Maha Tunggal dan Maha Abadi. Matahari yang selalu terang –
benderang sepanjang waktu dan zaman, sepanjang terbit dan terbenamnya
matahari dan bulan, namun Cahaya Allah tiada pernah sirna sepanjang waktu
dan zaman. Cahaya yang terus terang – benderang bukan hanya menerangi mata
tapi menerangi jiwa sehingga mereka yang tidak melihat pun mendapatkan
Cahaya Keindahan Allah Swt. Berupa limpahan Kasih Sayang-Nya, berupa
limpahan Kelembutan-Nya, berupa limpahan kebahagiaan yang dari-Nya
dicipta-Nya sumber – sumber kebahagiaan dari ayah dan bunda, dari anak, dari
suami atau istri, dari tetangga, dari hujan, dari matahari, dari bulan dan
dari segala apa yang ada di alam.Yang kesemuanya diciptakan oleh Allah, agar
manusia mendapatkan kebahagiaan. Namun, Allah tidak jadikan kebahagiaan di
dunia ini sempurna agar manusia tidak terlena dengan kebahagiaan yang
sementara karena masih ada kebahagiaan yang abadi. 

Maka Allah Swt menjadikan setiap kenikmatan di dunia pasti ada akhirnya,
setiap kesehatan akan muncul padanya sakit, pada ucapan, pada lisan, pada
penglihatan, pada pendengaran, pada semua panca indera. Pasti ada saat –
saat dimana Allah mencabut kenikmatannya dan terasalah bagi manusia betapa
berharganya kenikmatan itu. Yang hal itu hakikatnya merupakan seruan Ilahi
untuk mengenal kenikmatan-Nya. Agar sang hamba bersyukur kepada Sang Pemilk
Kenikmatan dan berbahagialah mereka yang memahami Kasih Sayang Ilahi yang
selalu ada dan selalu ditawarkan lebih kepada mereka yang mau meminta.
Mereka yang banyak bermunajat tentunya berbeda dengan mereka yang jarang
berdoa. 

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Allah Swt berfirman “wallaili idza yaghsyaa” Demi malam ketika telah gelap
gulita; QS. Al-Lail : 1. Malam yang dhahir dan malam yang bathin. Malam yang
dhahir adalah gelapnya sebagian permukaan bumi dan mereka di dalam kesibukan
yang berbeda dari siang harinya. Namun malam yang bathin adalah kegelapan
jiwa dari gelapnya kesedihan, dari gelapnya kegundahan dan kerisauan membuat
cahaya yang terang – benderang pun seakan tiada karena jiwanya penuh
kerisauan dan kegundahan.

“Wannahaari idza tajallaa” Demi siang hari apabila telah terang – benderang;
QS. Al-Lail : 2. Siang yang dhahir dan siang yang bathin. Siang yang dhahir
adalah saat siang dimana aktifitas pada puncaknya. Masing – masing di waktu
siang dan malam itu ada takdir dan khodrat Illahi yang selalu terjadi.
Sedemikian banyak kenikmatan yang terjadi dan sedemikian banyak musibah
terjadi. Dalam setiap musibah tersimpan penghapusan dosa dan pengangkatan
derajat. Dalam kenikmatan terdapat tawaran untuk mendapat lebih lagi jika ia
bersyukur dan terdapat teguran akan berubah kenikmatan itu menjadi kesusahan
jika ia tidak bersyukur kepada Allah. Maha Suci Allah yang membimbing dengan
kenikmatan untuk mencapai kenikmatan. Dengan kenikmatan, ia bisa menggapai
kenikmatan yang lebih. 

“La insyakartum la aziidannakum wa la inkafartum inna a’dzabii lasyadiid”
Maha Suci Allah yang menjadikan perbuatan syukur dalam kenikmatan membuat
kenikmatan bertambah lagi, bukan berkurang. Hadirin – hadirat, demikian
Allah membimbing kita untuk selalu berbuat luhur dan bersyukur. Bersyukurlah
atas kenikmatanmu saat ini maka Allah akan menambahnya. Jika kita merasa
banyak dari kesusahan yang menimpa kita, ingatlah dalam kesusahan kita itu
masih ada banyak kenikmatan. Masih ada kenikmatan melihat, mendengar,
bicara, bergerak dan masih banyak lagi yang lainnya. Hal itu semua yang jika
kita syukuri akan memupus dan menghapus musibah yang muncul pada kehidupan
kita. Kita merasa kenikmatan kita sudah 80%, 20% kesusahan misalnya.
Bagaimana supaya kesusahan ini sirna? Banyak bersyukur, maka Allah akan
memupus dan mengikis kesusahan itu. Inilah janji Rabbul Alamin. 

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
“Wamaa khalaqadzdzakara wal untsa” Dan demi penciptaan pria dan wanita; QS.
Al-Lail : 3. Bahwa pada setiap pria dan wanita itu kelak Allah tentukan
bentuk jasadnya dan Allah tentukan ketentuan-Nya akan muncul dari pria dan
wanita ketika berpasang – pasangan. Akan muncul keturunan dan keturunan.
Barangkali dari 1 nama akan muncul beribu – ribu nama dari keturunannya. Dan
keturunannya itu tergantung pula kepada doa ayah dan bundanya. Jika ia
menaungi anak – anaknya dengan doa dan munajat maka Allah pula yang
melindungi anak – anaknya dengan Kasih Sayang-Nya. Apakah ia ada di dunia
atau meninggalkannya karena wafat. 

Dialah Allah Yang Maha Memelihara dan Maha Mengayomi alam semesta, Maha
Mengayomi hamba –hambaNya dengan doa dan munajat mereka. Ketika mereka
meminta kepada Allah penjagaan atas dirinya, penjagaan atas hartanya,
penjagaan atas keluarganya, penjagaan Allah atas keturunannya, Sang Maha
Mengayomi akan mengayomi berkat doa dan munajat kita. Demikian indahnya
Allah, Maha Raja yang paling berhak untuk dimuliakan dan diagungkan. Namun
seakan – akan Allah berkhidmah kepada kita lebih dari semua yang berkhidmah
kepada kita. Sungguh Allah Maha Mulia. Namun Kasih Sayang dan Kelembutan-Nya
seakan Allah Swt itu yang paling berkhidmah kepada kita lebih dari semua
yang berbakti kepada kita. Karena jawabnya adalah samudera Kasih Sayang
Rabbul Alamin.

“Inna sa’yakum lasyattaa” Sungguh perbuatan kalian itu berbeda – beda; QS.
Al- Lail : 4. Ada maksiat dan ada taat, ada dosa ada pahala. Setiap manusia
selain Nabi dan Rasul melewati hari – harinya dalam pahala dan dosa. Mereka
lepas dari sifat ma’shum (terjaga dari perbuatan dosa) maka hari – harinya
dilewati dengan pahala dan dosa. Dan setiap dosa itu akan pupus dengan
istighfar dan taubat. Beruntunglah mereka yang banyak bertaubat dalam hari –
harinya dari segala dosa – dosanya. Semoga aku dan kalian diberi kelezatan
taubat hingga selalu asyik bertaubat. 

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
“Fa amma man a’thaa wattaqaa; wa shaddaqa bil husnaa; fasanuyassiruhu lil
yusraa; wa amma mam bakhila wastaghnaa; wakadzdzaba bil husna;
fasanuyassiruhu lil ‘usra; wamaa yughni ‘anhu maluhu idza taraddaa” QS.
Al-Lail : 5-11. Allah meneruskan firman-Nya ketika seseorang itu beriman dan
bertaqwa dalam memperbanyak amalnya kepada Allah, mengikuti dosa – dosanya
dengan penyesalan dan istighfar, memohon maaf kepada Rabbul Alamin. Melewati
hari – harinya dengan penuh harapan kepada Allah untuk membenahi harinya
lebih baik dari hari yang lalu, penuh harapan dan munajat serta memperbanyak
shadaqah kepada para fuqara. Shadaqah yang ketahuan dan shadaqah yang tidak
ketahuan. Shadaqah yang ketahuan sunnah dan shadaqah yang diam – diam juga
sunnah 

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, “Wa shaddaqa bil husnaa” dan
membenarkan semua apa yang baik yaitu yang dibawa oleh Nabiyyuna Muhammad
Saw; QS. Al-Lail : 6. “Fasanuyassiruhu lil yusraa” perbuatan baik itu,
ketaqwaannya itu, ketaatannya itu dan shadaqahnya itu adalah perbuatan baik
semua; QS. Al-Lail : 7. Allah berkata “Aku akan memudahkannya kepadanya
jalan yang lebih mudah”. Jalan kemudahan itu di dunia dan akhirat akan
terbuka dengan semakin banyak kita beramal dan taat kepada Allah. Apapun
yang kita usahakan dan kita perjuangkan akan dilimpahi kemudahan jika
diwarnai dengan ketaatan kepada Allah. Ketaatan seakan membenarkan apa – apa
yang dibawa oleh Nabiyyuna Muhammad Saw. Dan beramal menurut kadar
kemampuannya.

“Wa amma mam bakhila wastaghnaa” Mereka yang kikir dan menahan diri dari
banyak beramal, apakah berupa shadaqah atau berupa ibadah; QS. Al-Lail : 8.
“Wakadzdzaba bil husna” Ia mendustakan apa yang dibawa oleh Sang Nabi Saw;
QS. Al-Lail : 9. “Fasanuyassiruhu lil ‘usra” Kami akan mudahkan ia ke jalan
yang lebih sulit; QS. Al-Lail : 10. Semakin kita berpaling dari hal – hal
yang luhur maka kehidupan kita akan semakin sulit, jika sulit itu niat. Jika
ia tidak dapat kesulitan di dunia maka ia dapat kesulitan di yaumul qiyamah.
Hadirin – hadirat, perbuatan taat, perbuatan baik, perbuatan mulia membawa
kemudahan di dunia dan puncaknya di akhirat. Dan perbuatan yang buruk akan
membawa kesusahan di dunia dan puncaknya d akhirat.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, “Wamaa yughni ‘anhu maluhu idza
taraddaa” Apalagi gunanya hartanya apabila ia sudah sampai ke tempat orang –
orang yang dimurkai Allah; QS. Al-Lail : 11. “Inna a’laina lal hudaa; wa
inna lanaa lal aakhirata wal u’laa" bahwa segala jalan petunjuk itu, adalah
milik Allah dan dari Allah; QS. Al-Lail : 12-13. Sungguh milik-Ku lah semua
kehidupan di dunia dan akhirat. Demikian firman Allah, milik Allah semua
kehidupan dunia dan akhirat. Maka perbanyaklah doa dan munajat kepada Sang
Pemilik dunia dan akhirat agar keadaanmu diperindah di dunia dan akhirat
karena Dialah pemiliknya.

“Fa andzartukum naaran taladhdhaa; layashlaahaa ilal asyqa; alladzi kaddzaba
watawallaa” Maka berhati – hatilah, Ku-nasehati kalian daripada api neraka
yang mengerikan dan tidak akan masuk kedalamnya kecuali orang – orang yang
jahat; QS. Al-Lail : 14-16. Hadirin – hadirat, demikian indahnya Rabbul
Alamin yang selalu menyampaikan ayat – ayatNya dan seruan Kelembutan-Nya
kepada kita dan hindarilah perbuatan yang bukan semampunya karena Dia
(Allah) Maha Indah dan selalu ingin menerima yang indah – indah. Bila kita
terjebak dalam hal yang hina disisi Allah, perindahlah dengan taubat dan
istighfar, niscaya Allah mengganti itu semua menjadi pahala dan keluhuran. 

Mereka yang bertaubat, beriman, beramal shaleh, Ku-perbaiki dirinya dengan
hal yang mulia semampunya. Allah gantikan dosa – dosa mereka menjadi pahala.
Wahai Yang Maha Baik dan Maha Indah melebihi segenap kebaikan dan keindahan,
terimalah segala kekurangan kami dan ketidaktaatan kami, gantikan dengan
ketaatan dan keindahan kehadirat-Mu Ya Rabb.

Rasul saw bersabda memberikan peringatan kepada kita untuk tidak memperbesar
dan mempertanyakan hal – hal yang sudah dihalalkan. Sebagaimana sabda
beliau, riwayat Shahih Bukhari yang baru saja kita baca bersama tadi.

“Inna a’dzamalmuslimin jurman man sa-ala’an syai-in lam yuharram fahurrima
min ajli mas’alatihi” sungguh dosa terbesar diantara muslim pd muslim
lainnya mereka yang bertanya orang yang paling besar dosa muslim terhadap
muslim lainnya yaitu yang paling jahat. Siapa? mereka adalah yang
mempertanyakan sesuatu yang tidak diharamkan menjadi diharamkan sebab ia
mempertanyakannya. 

Bagaimana contohnya? Al Imam Ibn Hajar didalam Fathul Baari bisyarh Shahih
Bukhari mensyarhkan makna hadits ini adalah orang – orang yang terus
menggali dan terus mencari tahu pertanyaan – pertanyaan mengenai hal – hal
yang sudah dihalalkan oleh Allah. Muncul dari kedangkalan pemikiran, dari
kesombongan terhadap dirinya dan terhadap saudara - saudaranya yang lain.
Sebagaimana mempertanyakan hal – hal yang telah diperbolehkan oleh Allah. 

Contohnya: beberapa hari lagi kita memasuki bulan Rajab, ada 1 Rajab, 2
Rajab, 3 Rajab. Bagaimana hukumnya puasa di bulan Rajab?. Puasa di semua
hari sunnah kecuali puasa di hari Idul Fitri dan Idul Adha. Di bulan
ramadhan hukumnya fardhu selain itu sunnah. Mau bulan Syawal, Jumadil Akhir,
Jumadil Awwal, Rajab, kapanpun puasa itu sunnah. Muncul orang – orang di
masa sekarang yang mengharamkan puasa Rajab. Lalu bagaimana dengan puasa di
hari lain? Hari lain diperbolehkan sedangkan Rajab tidak boleh puasa.
Hujjatul Islam wa barakatul anam Al Imam Nawawi alaihi rahmatullah didalam
Syarh Nawawi ala Shahih Muslim mensyarhkan bahwa memang tidak pernah ada
satu dalil yang shahih tentang puasa di bulan Rajab. Akan tetapi
diriwayatkan oleh Abi Daud didalam Sunannya didalam riwayat yang shahih
bahwa Rasul saw suka berpuasa di bulan haram. Bulan haram itu ada 4 yaitu
Muharram, Dzulqaidah, Djulhijjah, dan Rajab. Al Imam Nawawi mengatakan,
bulan Rajab salah satu dari bulan haram. Jadi puasa di bulan Rajab itu
sunnah dengan dalil yang shahih. Puasa di bulan Rajab adalah hal yang sunnah
yang sangat kuat dalilnya karena dijelaskan Rasul saw berpuasa di bulan
haram. Maka mengingkari puasa bulan Rajab, terkena kepada hadits yang kita
sebut tadi yaitu orang yang mempertanyakan dalil tentang berpuasa di bulan
Rajab. Akhirnya muncul fatwa pengharaman puasa di bulan Rajab, padahal hal
itu yang sunnah. Mereka itu mencari – cari hadits yang mengatakan sunnah
puasa di bulan Rajab tidak ditemukan, maka mereka langsung mengharamkannya
dan mengatakan puasa di bulan Rajab adalah bid’ah. Padahal Rasul saw
berpuasa di bulan Rajab. Mereka tidak menemukan puasa di bulan Rajab, ada
dalil shahihnya. Ternyata ada dalil shahihnya yang lebih umum dari bulan
Rajab. Hadirin – hadirat, Al Imam Nawawi mengatakan hadits itu menjadi dalil
sunnahnya puasa di bualn Rajab, karena tidak ada larangan puasa di bulan
Rajab.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Inilah salah satu makna daripada hadits mengenai orang yang mempertanyakan
suatu masalah yang tidak diharamkan menjadi diharamkan sebab pertanyaannya
itu. Hadirin – hadirat, ketika mempermasalahkan 1 masalah dari
kedangkalannya memahami syari’ah membuat munculnya fatwa – fatwa baru yang
keluar dari ajaran yang benar. Seperti membid’ahkan maulid, mengatakan
istighatsah syirik. Hal – hal seperti ini adalah mempertanyakan dan
mempermasalahkan hal yang sudah dibolehkan sampai diharamkan karena
ucapannya. Hati – hati dari hal yang seperti ini. Al Imam Ibn Hajar didalam
Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari mensyarhkan bahwa bukan berarti orang
tidak boleh bertanya. Karena banyak bertanya adalah hal yang sangat
dilimpahi pahala yang banyak. Demi kejelasan agamanya, demi kejelasan
pemahamannya terhadap ilmu, tapi memperjuangkan hal yang halal agar menjadi
haram adalah terkena hadits ini.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Ketika kita tidak tahu hukum suatu hal, jangan sesekali menghukuminya
apalagi mengharamkannya. Kalau belum tahu dalilnya, ya sudah saya tidak tahu
dalilnya entah itu sunnah atau bid’ah. Tapi jangan segera cepat – cepat
diharamkan apalagi dikatakan bid’ah dan syirik. Ternyata hal itu adalah
sunnah dan diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Saw, hanya mungkin tidak sampai
ilmunya kepada kita. Muncul sebagian saudara – saudara kita yang berbuat
demikian. Semoga Allah membenahi aqidah kita dengan melimpahi kemuliaan
aqidah.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Rasul saw bersabda diriwayatkan didalam Shahih Muslim “Barangsiapa yang
mengajarkan 1 hal yang baru selama itu berupa kebaikan didalam Islam maka
baginya pahala dan pahala bagi orang yang mengikutinya, barangsiapa yang
mengajarkan hal – hal yang baru berupa keburukan didalam Islam maka baginya
dosa dan dosa bagi orang yang mengikutinya tanpa dikurangkan sedikit pun”. 

Jadi hal yang baru selama baik dan tidak bertentangan dengan syari’ah telah
ada dalilnya riwayat Shahih Muslim. Sebagaimana hal – hal yang baru
dilakukan setelah wafatnya Sang Nabi saw dan tidak pernah diperintahkan oleh
Rasulullah saw. Namun selama itu baik, hal itu telah diperintah oleh Allah
sebagaimana Al Imam Ibn Rajab menjelaskan bahwa berkata Al Hasan pada ayat
“innallah ya’murukum bil adli wal ihsan, .....(hingga akhir ayat) (QS Annahl
90)”. Al Imam Ibn Rajab menjelaskan ayat itu tidak menyisakan suatu
perbuatan baik kecuali sudah diperintah oleh Allah dan tidak menyisakan satu
perbuatan buruk kecuali sudah diperintah oleh Allah. Apakah sudah ada di
masa Nabi atau belum ada di masa Nabi? Zaman sekarang hadirin – hadirat,
tentunya kita memakai lampu, memakai karpet di masjid. Zaman dulu tidak
dipakai, tapi selama itu bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syari’ah
boleh - boleh saja. Namun menambah syari’ah hukum yang fardhu, itulah yang
dinamakan kemungkaran dan bid’ah dhalalah (bid’ah yang sesat). 

Mengenai hadits Rasul saw yang ada “kullu bid’ah dhalalah wa kullu dhalalah
finnaar” Semua bid’ah itu sesat dan semua yang sesat itu di neraka. Telah
dijelaskan oleh Hujjatul Islam Al Imam Nawawi alaihi rahmatullah didalam
kitabnya Syarh Nawawi ala Shahih Muslim bahwa makna hadits ini aamuun
makhshush (umum tapi ada kekhususannya). Sebagaimana firman Allah Swt “akan
Ku-penuhi neraka jahannam itu dengan seluruh jin dan manusia kesemuanya”.
Buktinya tidak semua yang masuk ke dalam neraka jahannam, ada yang masuk ke
dalam surga. Namun Allah berkata “kesemuanya”, maksudnya ke semua yang
bathil, ke semua yang dhalim, ke semua yang jahat. Demikian hadirin makna
hadits tersebut juga. Dikatakan oleh Imam Nawawi “kullu bid’ah dhalalah wa
kullu dhalalah finnaar” Semua bid’ah itu sesat dan semua yang sesat itu di
neraka. Hal ini adalah umum tapi ada pengecualiannya, tidak semua bid’ah itu
sesat. Bid’ah yang .... adalah bid’ah yang sesat karena diperjelas oleh
hadits tadi. Barangsiapa yang mengajarkan hal yang baru, yang baik dan tidak
bertentangan dengan syari’ah Islam kita maka akan mendapatkan pahala dan
pahala orang yang mengikutinya. 

Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq radiyallahu anhu sebagaimana riwayat Shahih
Bukhari bahwa di masa ia menjabat sebagai khalifah. Ia didatangi oleh
Sayyidina Umar bin Khattab radiyallahu anhum. Sayyidina Umar ra mengadukan
pembunuhan banyak para sahabat pada kejadian ahlul yamamah (yg terbunuh
banyak para penghafal Alqur’an). Banyak sahabat yang hafal Alqur’an dibunuh,
maka berkata Sayyidina Umar ra “wahai Amirul Mukminin, wahai khalifah
sebaiknya Alqur’an ini kita tuliskan (jilidkan dalam satu buku)”. Karena
sebelumnya belum dibukukan. Ada yang menulisnya beberapa halaman, ada yang
menghafalnya. Ini kalau tidak dikumpulkan dalam 1 buku, nanti generasi
setelah kita tidak bisa mengenal Alqur’an lagi karena banyak para sahabat
yanghafal Alqur’an dibunuh maka segera kita bukukan sebelum lupa dari
hafalan Alqur’an. Nanti orang – orang yang hafal Alqur’an wafat, habis
sudah. Mumpung yang hafal Alqur’an masih banyak di masa itu. Abu Bakar
Ashshiddiq berkata “kaifa af’al syaiy’ lam yaf’aluhu Rasulullah?” bagaimana
aku berbuat yang tidak diperbuat oleh Rasulullah?. Rasul saw tidak
memerintahkan untuk membukukan Alqur’an, bagaimana aku membukukannya?
Sayyidina Umar berkata “Lakinna wallahi fiihi khair” tapi dalam perbuatan
itu ada kebaikan dan kebaikan sudah diperintah oleh Nabi saw. Maka Abu Bakar
Asshiddiq setuju dan Alqur’an dibukukan. Selesai pada masa khalifah
Sayyidina Utsman bin Affan radiyallahu anhu hingga saat ini disebut dengan
“Mushaf Utsmani” dan disetujui oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw hingga
diteruskan oleh beliau karamallahu wajhah hingga saat ini. 

Itu bid’ah hasanah, hal yang tidak pernah diperintah oleh Rasul saw. Maka
jika hal yang baru tidak diperbolehkan maka jangan sentuh Alqur’anulkarim
karena hal itu dibukukan setelah wafatnya Sang Nabi saw. 

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian makna dari hal – hal yang baik. Jika diadakan selama tidak
bertentangan dengan syari’ah maka hal itu merupakan kebaikan. Dan kebaikan
itu mendapatkan pahala dan pahala bagi orang yang mengikutinya. Namun jika
hal itu buruk maka hal itu akan membawa dosa baginya dan dosa bagi orang
yang mnegikutinya.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Semakin kita mendekat dan memahami
kemuliaan tuntunan Sang Nabi saw akan semakin indah hari – hari kita. Dan
Allah Swt menjadikan pada setiap perbuatan baik kemuliaannya. Allah jadikan
kemuliaan di dunia dan di akhirat. Dan semakin seseorang itu berbuat baik
kepada makhluknya Allah maka semakin ia dimuliakan di dunia dan akhirat.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika orang yang banyak membantu
kepada saudara muslimnya, saudara – saudaranya maupun ia dari kelompok
muslim ataupun diluar Islam bahkan hewan. Berbuat baik kepada semua yang
hidup dari makhluknya Allah, ada pahalanya. 

Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika salah seorang sampai kepada
Allah kehabisan amal pahala. Ia banyak berbuat pahala tapi banyak juga
berbuat dosa maka ketika ia sudah diperintahkan masuk kedalam neraka karena
amalnya sedikit, habis tergadaikan oleh dosa – dosanya. Allah ditanya oleh
hamba itu “Rabbiy, aku dimasa hidupku banyak membantu orang yang susah”.
wahai Allah aku dulu sering membantu orang yang susah sedangkan Kau lebih
berhak untuk membantu dan melimpahkan kemudahan atas kesusahan. Maka
sekarang shadaqahlah padaku, maka Allah berkata “beri kemudahan kepada
hamba-Ku karena ia sering membantu orang yang susah”. Demikian Allah
menghargai perbuatan baik itu, padahal perbuatan baik itu sudah dicatat
dalam pahala, padahal pahalanya sudah tergadai oleh dosa. Namun sifat baik
tidak dilupakan oleh Allah Swt. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, ketika
seorang yang menjebak seekor kucing dalam sebuah kamar, tidak diberi makan
dan minum sampai mati kehausan dan lapar. Allah masukkan ia ke dalam neraka.
Allah tidak mengasihani hamba yang sulit mengasihani makhluk-Nya. Semakin
besar seseorang mengasihani makhluk-Nya walaupun hewan maka Allah Swt
mengasihaninya.

Hadirin, sebagaimana riwayat Shahih Bukhari ketika seorang wanita yang
banyak berbuat dosa melihat seekor anjing yang kehausan sampai menjilat
tanah karena hausnya. Wanita itu mengambilkan air dengan sepatunya, karena
di sumur anjing tidak bisa mencapai air di sumur. Ia memberinya minum maka
Allah Swt berterimakasih kepadanya dan mengampuni dosanya. Hewan tidak bisa
berterimakasih kepada manusia tapi Allah berterimakasih untuknya. 

Hadirin, terjadi beberapa waktu yang silam saat itu saya masih di Tarim,
Hadramaut. Tinggal beberapa lama di kota syihir, wilayah.. Mukalla disitu
ada seorang wanita tua wafat, suatu hari saya melihat jenazah diusung. Tapi
ada 1 hal yang ganjil. Apa yang ganjil? Ketika jenazahnya diusung, banyak
orang yang mengusungnya dan ratusan ekor kucing ikut mengantarkan jenazah.
Ini ganjil, saya fikir ada jenazah diikuti ratusan ekor kucing dan baru ini
saya melihatnya. Ketika saya bertanya – tanya, kenapa ini? Mereka memuji
wanita tua yang wafat itu alaiha rahmatullah. Di masa hidupnya nafkahnya
dicukupi oleh anak – anaknya, kerjanya tiap pagi masuk ke pasar mengambil
bekas kepala – kepala ikan yang terbuang dan ditaruh di sebuah gerobak dan
ia melemparnya kepada semua kucing yang ada di jalanan. Bertahun – tahun itu
terjadi sampai setiap pagi, ratusan kucing sudah berjajar di jalanan
menunggu bagian yang diberikan dari wanita tua itu. Ketika ia wafat, ratusan
ekor kucing itu mengantarkan jenazahnya. Berhari – hari puluhan ekor kucing
tidak meninggalkan kuburnya. 

Demikian hadirin – hadirat, Allah jadikan Ibrah (contoh) bahwa setiap hewan
itu mempunyai perasaan terimakasih kepada yang memberinya. Bagaimana aku dan
kalian yang selalu diberi oleh Allah, adakah perasaan terimakasih terlintas
untuk selalu berbakti kepada Allah.

Semoga Allah menghiasi jiwa kita dengan keindahan, mewarisi jiwa kita dengan
sifat syukur. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali Wal Ikram Wahai Yang Maha
Menerbitkan matahari kebahagiaan, terbitkan matahari kebahagiaan dalam hari
– hari kami di dunia dan di akhirat, dhahiran wa bathinan. Jadikan jiwa kami
selalu terang – benderang dengan cahaya kesejukan Nama-Mu, jadikan jiwa kami
selalu tenang dalam cahaya kenikmatan dan kesejukan Nama-Mu, jadikan hari –
hari kami selalu dalam kebahagiaan dunia dan akhirat. Ya Rahman Ya Rahim
pada-Mu kami bermunajat atas segala doa dan harapan, dari segala hajat kami
yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui, jauhkan kami dari segala
musibah dan kesulitan yang kami ketahui dan tidak kami ketahui. Limpahkan
untuk kami segala kemudahan dan anugerah yang kami ketahui dan belum kami
ketahui.

Hadirin – hadirat, hari ini adalah hari jadinya kota Jakarta hampir mencapai
abad yang ke 5. Kita berdoa semoga Allah mengembalikan keadaan Jakarta
dengan yang sebaik – baiknya. Kota yang penuh kedamaian, kota yang penuh
keluhuran, kota yang penuh iman. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali Wal Ikram
Ya Dzaththauli wal In’am. Kita lanjutkan dengan doa bersama kita mendoakan
seluruh muslimin – muslimat dan semoga Allah memunculkan pemimpin yang
terbaik bagi kita bangsa Indonesia ini diberikan pemimpin yang membawa
Rahmat dan Kedamaian Allah Swt. 

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya
Allah..Ya Allah.. Ya Rahman Ya Rahim Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama
sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Terakhir Diperbaharui ( Saturday, 27 June 2009 )

 



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
 Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar 
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:daarut-tauhiid-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:daarut-tauhiid-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    daarut-tauhiid-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke