Detik-Detik Kelahiran

By: agussyafii

Malam itu saya gelisah menunggu istri diruang bersalin. Dia terbaring terkulai 
lemah dengan tangan ada infusnya untuk di induksi. Dari jam 10 siang saya 
menjaganya. Sampai menjelang matahari terbenam belum terlihat tanda-tanda 
hendak melahirkan. Sempat tadi siang tidur nyenyak dan makannya cukup lahap.

Sebelumnya Bidan Lilis mengatakan kondisi bayi kami dalam keadaan sehat namun 
tidak bisa menunggu hari terlalu lama sebab berat bayi akan terus bertambah. 
'Bila nanti masih juga tidak lahir, tidak ada pilihan lain harus di sesar.' 
Ucap Bidan Lilis.

Saya terkejut mendengarkannya. Istri saya tak bisa menyembunyikan kesedihannya. 
Beberapa kali istri saya mengatakan tidak mau disesar. Ingin melahirkan secara 
alamiah aja. Sayapun menenangkan hatinya. 'Santai aja, makan yang banyak dan 
minum air putih. Insya Alloh semuanya lancar.' jawab saya padanya. Nampak Hana 
berlari memeluk mamahnya, 'Mah, sabar mah..' kata Hana. Melihat tingkah laku 
Hana membuat kami tersenyum.

Terbayang betapa beratnya perjuangan istri saya melahirkan. Setiap rasa sakit 
tiba, perutnya mules, hati saya terasa perih bagai teriris. Berkali-kali saya 
menyeka keringatnya. Terdengar ucapan istighfar meluncur dari mulutnya begitu 
saja. 'Astaghfirullahal adzim, astaghfirullahal adzim..' sambil menahan sakit. 
Air mata saya mengalir tak kuasa menahannya. Istri saya memberikan tanda agar 
saya meninggalkannya. 'Sebaiknya tunggu diluar aja mas..' katanya.

Perjuangan seorang istri untuk melahirkan begitu teramat berat. Saya teringat 
akan hadist Nabi Muhamad SAW 'aljannatu tahta akdamil umahat' 'Surga itu 
dibawah telapak kaki ibu.' Nabi mengisyaratkan begitu mulianya seorang ibu 
karena perjuangan ibu ketika melahirkan begitu sangat luar biasa sakitnya.  
Itulah sebabnya Nabi Muhamad SAW menyebutkan surga dibawah telapak kaki ibu, 
bukan dibawah telapak kaki ayah karena ayah tidak melahirkan.

Berkali-kali saya ditemani Hana keluar masuk ruangan bersalin sudah tak 
terhitung berapa puluh atau mungkin ratusan kali saya mengintip pada 
detik-detik kelahiran putra saya sampai lutut kaki saya terasa lemas dan 
terduduk tak berdaya tepat jam 10.15 malam terdengar suara bayi yang terdengar 
nyaring. Subhanallah. Tangisan bayi itu mengobati sakitnya istri saya yang 
berjuang seharian. Senyumnya mengembang. Menatap mesra sang bayi. 'Lihat Mas, 
matanya seperti Mas Agus,' tutur istri saya. Hana duduk dipangkuan saya dengan 
memanggil-manggil dedek bayinya. Tak lama kemudian saya sujud syukur. 
Alhamdulillah, Terima kasih Ya Alloh atas semua karuniaMu ini..' ucap saya 
dalam sujud syukur. (21-12-2009, Ciledug).

----
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi 
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Alloh, 
sesungguhnya mempersekutukan (Alloh) adalah benar-benar kezaliman yang besar.' 
( QS Lukman. 13:31 )

Wassalam,
agussyafii

Yuk, sambut satu cinta untuk anak-anak Amalia. Dalam kampanye  'Satu Cinta 
Untuk Amalia (SCUA)' Kirimkan dukungan dan komentar anda di 
http://agussyafii.blogspot.com atau http://www.facebook.com/agussyafii, 
http://www.twitter.com/agussyafii,  atau sms di 087 8777 12 431










[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke