Hamparan Hakikat Cinta

                        

                                
                                Oleh Zahrul Bawady M. 
Daud

                                
==========
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada 
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang 
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak 
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi 
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. 3:14)

Para pujangga sepakat, cinta ada di hati. Kedahsyatan cinta 
melahirkan jutaan inspirasi. Ia tak nampak kasat mata, namun indikasinya
 sangat mempengaruhi pikiran, plus mengendalikan tindakan.

Dulu, saat masa SMA, saya punya teman yang sedang dilanda kasmaran. 
Hari-harinya 
cerah-ceria, kehidupannya penuh tawa. Apa yang dia lakukan 
terasa ringan, apalagi jika berkaitan dengan si "dia." Pernah, ketika 
orang yang dicintainya sedang ulang tahun, ia harus meminjam uang kepada
 temannya. Padahal hal tersebut hampir tidak pernah dilakukannya sama 
sekali, pun dia hidup dalam keluarga berada.

Darimana datangnya keberanian meminjam uang itu? Cinta. Benar, 
padahal untuk sekelas dia, meminjam uang adalah hal yang dapat kita 
katakan tabu. tapi semuanya sirna ketika berhadapan dengan lima huruf 
saja. Cinta. Meminjam kata sang sufi "CINTA", Jalaluddin 
Rumi namanya, 
"Cinta mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi 
bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi 
nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan 
besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan kematian menjadi 
kehidupan, cinta pula yang membuat budak menjadi seorang pemimpin. 
Inilah kekuatan cinta."

Gagal atau sukses dalam cinta, telah melahirkan banyak sebab dan 
akibat. Simak saja HAMKA yang menulis Di Bawah Lindungan Ka'bah, karya 
monumental yang Menceritakan perasaan cinta mendalam dari batin orang 
sekaliber HAMKA. Simak pula bagaimana kisah Laila Majnun yang bermula 
dari cinta. Bukan mustahil, Kang Abik yang sedang kesohor itu pun pernah
 dilanda "penyakit cinta." Tapi jangan lupa, cinta juga pernah membuat 
malapetaka. Bahkan pembunuhan pertama di bumi ini pun berawal karena 
ulah cinta. 
Kisah Napoleon si singa Eropa pun tak luput dari konflik 
cinta. Ah, nyatanya, sejarah banyak mencatat ragam kisah cinta. Itu 
berarti, cinta menjadi bagian penting kehidupan manusia.

Saya tertarik dengan fenomena beberapa sahabat. Mereka rajin menjaga 
'iffah, sering ikut pengajian, gemar berbuat kebaikan. Tak ketinggalan, 
prestasi akademisnya pun terbilang menonjol. Tapi, jangan pikir dia 
tidak pernah diterpa cinta. Katanya suatu kali, "cintaku itu karena 
Allah. Toh, selama ini aku tidak pernah jalan bareng, apalagi 
berboncengan mesra, layaknya muda-mudi zaman edan sekarang ini.

Tapi apa yang dialami ketika orang yang dicinta ditimpa suatu 
musibah, ia akan ikut resah, tak sekedar resah atas nama sifat 
kemanusian. Ketika ada noktah hitam di tengah hubungan langgeng, maka 
mereka akan saling bersitegang, tidak bertegur sapa atau mencurahkan 
tangisan nestapa di bawah bendera cinta. Cinta yang mereka justifikasi 
(akui) atas nama Allah.Allah memberi manusia satu hati, tempat ia 
menautkan cintanya. Jika hati telah terpenuhi oleh satu cinta, maka tak 
ada kekosongan untuk diisi oleh cinta yang lain. Demikian juga manusia 
yang mengaku cinta kepada Allah, tidak mungkin bisa menempatkan cintanya
 kepada manusia dalam satu hati, terkecuali di bawah ikatan suci sebuah 
pernikahan, ketika cinta sudah dipandang sebagai sebuah ibadah.

Orang mengaku cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, tetapi 
bagaimana mungkin di saat bersamaan, mereka melakukan hal yang Allah 
larang. Apalah artinya cinta tanpa sebuah pengorbanan, walaupun harus 
meninggalkan hasrat cinta terhadap lawan jenis.
Pun kemudian, tak jarang orang yang telah dianugerahi sebuah ikatan 
suci sebuah cinta, kemudian lalai memanfaatkan cintanya di jalan Allah. 
Hatinya terpaut dari jalan kebenaran. 
Cinta kepada Allah menjadi perkara
 remeh, bukan tujuan daripada cintanya kepada manusia. Padahal mereka 
rela mendaki gunung yang tinggi di puncak musim dingin untuk menggapai 
cinta pada manusia, tetapi untuk membuktikan cinta kepada Allah, 
hitungan menit saja terasa berat.

Di saat Allah menguji sebuah cinta, memisahkan manusia dari orang 
yang dicintainya, sering manusia berteriak sombong, hendak melawan 
sebuah takdir. Tak jarang mereka jatuh sakit, kalut dan tak memiliki 
gairah hidup. Gugurlah cinta kepada Allah, yang ada keheningan atas 
hilangnya cinta kepada manusia. Itu semua ada dalam defenisi cinta 
palsu, cinta semu dari seorang makhluk terhadap Pencipta. Amat merugi 
manusia yang hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk, 
memburu harta dengan segala cara dan enggan menolong orang yang papa. 
Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oledunia yang fana 
ini.

Cintailah "CINTA". Cinta dalam defenisi seorang Jalaluddin Rumi. 
Layaknya cinta Rabi'ah al-Adawiyah sang konseptor mahabbah. Cinta yang 
tak mengharap imbalan, cinta yang hanya butuh balasan keridhaan. Cinta 
yang tak mencari syurga, tetapi hanya butuh kasih sayang, walaupun harus
 di neraka. Tetap puas asal itu kehendak Allah, satu-satunya yang 
dicinta.

Hakikat cinta yang membuat budak bisa menjadi pemimpin. Bagaimana 
nasib seorang budak hitam yang memperoleh kedudukan mulia, hanya 
bermodal cintanya kepada Allah. Tak peduli tubuhnya harus dihimpit di 
atas batu, di tengah teriknya matahari yang menyengat, di atas sahara 
yang memamerkan keangkuhannya. Tetapi nilai cinta membuat siksaan itu 
menjadi ringan. Rintangan berubah menjadi jalan menuju sebuah cinta yang
 hakiki.

Cinta pada manusia yang melebihi cinta kepada Allah, merupakan salah 
satu penyebab doa tak terjawab dan awal sebuah malapetaka. Bagaimana 
mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba yang merintih 
menengadah kepada Allah di malam hari, namun ketika mentari muncul, ia 
melakukan maksiat. Bagaimana mungkin doa seorang hamba yang mendambakan 
rumah tangga sakinah, sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan 
sebagai pemimpin rumah tangga. Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan
 anak-anak yang sholeh, sementara dirinya disibukkan bekerja di luar 
rumah, pendidikan anak terabaikan dan kasih sayang tak tercurahkan.

Mustahil keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat terwujud, 
sedangkan pribadi belum bisa menjadi contoh teladan. Banyak orang 
mengaku cinta pada Allah dan Allah hendak menguji cintanya. Namun sering
 orang gagal membuktikan cintanya, karena disebabkan secuil musibah yang
 ditimpakan padanya. Yakinlah wahai saudaraku, kesenangan dan kesusahan 
adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada hambanya yang beriman.
 Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah kepada ruhiyah kita,
 agar kita sadar bahwa kita lemah, kita tidak bisa berbuat apa-apa 
kecuali atas izin-Nya. Tetapi malah kita murka, murka yang membuat Allah
 menampik usaha dan cinta kita.

Cinta pada Allah tak akan membuat hati menjadi buta. Tetapi ia tak 
bisa disandingkan dengan cinta pada makhluk. Justeru keseluruhan cinta 
bermuara dari cinta pada Allah. Jika kecintaan pada Allah sudah 
mendominasi seluruh hati dan elemennya, maka pikiran dan anggota 
badanlah yang akan melakukan pengorbanan untuk membuktikan rasa cinta 
itu. Cinta yang berkobar untuk mewujudkan sebuah mimpi, dapat melihat 
Wajah-Nya kelak di akhirat. Sebuah ganjaran tiada tara, ganjaran yang 
membuat para salaf tak pernah berhenti menangis di malam hari. Akankah 
kita menikmatinya? Semoga…
Jika di sana, ada Dzat yang lebih pantas untuk dicinta. Buat apa kita
 membakarnya dalam nafsu angkara murka. Jika di sana ada pemilik cinta, 
buat apa kita menjajakannya kepada yang binasa. Renungilah.
                        
============sumber:eramuslim.com
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian 
itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke