----- Forwarded Message ----
From: Yanti M T <yanti_27thma...@yahoo.com>



Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. ..
Dakwah??
Lagi-lagi ngomongin dakwah, knp sih??
Mungkin banyak orang di sekitar kita yang terus
menjauh, menutup hati dan telinganya ketika mendengar 1 kata itu”DAKWAH”, tanpa
tau dan tanpa mau mencari tau dari A-Z tentang dakwah itu sendiri.
Nah, Subhanallah nih. Beberapa waktu lalu ana main ke
depok, lebih tepatnya ke Toko Buku NF(Nurul Fikri). Mungkin orang depok lebih
taulah dari pada ane dimana tempatnya, karena ane kesana juga atas rekomendasi
teman,,karena sewaktu ane kesana hampir nyasar ke toko buku NF bagian
ikhwannya. Subhanallah kan,,toko buku aja dipisah(ikhwan- akhwat),, dan ane 
bukannya
mntingin cari buku untuk pembicara MTS kmrn,,malah asyik nyari buat koleksi di
rumah,,karena disana tuh buku-bukunya baguuusss semua.. Loh ko,,jdi promosi
yah?? Ya langsung aja, ana menemukan 2 buku berjudul “Beginilah Jalan Dakwah 
Mengajarkan Kami” dan “Allah, Kokohkan Kaki Kami di atas Jalan-Mu ”yang 
sekiranya bisa
menjawab pertanyaan di atas. Mungkin buku yang ke-1 udah pada tau, emang itu
bukunya udah edisi lama, tpi kalo buku yang ke-2 masih baru terbit di 2010 oleh
penulis yang sama. Walau bgitu, ana ttep ingin memposting ringkasan/resume
tentang buku ini, biar semuanya dapet ilmunya. Apalagi yang pada gk dateng 
MTS,,wah
InsyaAllah resume ini bisa mengganti ilmu yang nggak antum dapet sewaktu MTS
kmrn.  OK deh, Selamat Membaca!!
BEGINILAH JALAN DAKWAH  MENGAJARKAN KAMI
(M. Lili Nur Aulia)
Untuk saudara-saudara kami di
jalan dakwah , tulisan ini adalah catatan kecil dari perjalanan panjang kita.
Agar kita lebih merasakan kesyukuran dan ketundukan kepada Allah SWT atas
karunia-Nya kita berada dalam kebersamaan ini. Berbahagialah dan berbanggalah
karena Allah telah memilih kita berada di jalan ini. Allah SWT telah 
mengistimewakan
kita menerima nikmat berjama’ah dan ini adalah karunia terbaik yang kita terima
setelah karunia keimanan kepada Allah SWT. Karunia yang tidak kita dapat karena
nasab, status, harta maupun ilmu. Tapi ia semata-mata karunia Allah SWT Yang
Maha Rahman, Yang menuntun langkah kita hingga sampai di sini, di jalan ini,
pada detik ini. Allah SWT berfirman : “ Dan kamu telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.” (QS. Ali Imran :
103)
Nikmat ini tidak boleh
direndahkan, diremehkan apalagi dipermainkan. Kita harus menjaga dan memelihara
nikmat yang teramat agung ini. Dan kita wajib merasa khawatir andai nikmat itu
hilang.
“ Ya Tuhan kami, jangan Engkau jadikan hati kami condong
kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami dan karuniakanlah
kepada kami rahmat di sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi
(karunia). “ (QS Ali Imran : 8)
Dari Sini Kami
Memulai
“ Jalan Dakwah mengajarkan bahwa kami memang membutuhkan
dakwah. Kebersamaan dengan saudara-saudara di jalan ini semakin menegaskan
bahwa kami harus hidup bersama mereka di jalan ini agar berhasil dalam hidup di
dunia dan di akhirat “.
Mengapa Berada di Jalan Dakwah ?
Kami ingin seperti para
pendahulu kami di jalan ini yang telah banyak memperoleh pahala dan keridhaan
Allah karena peran-peran dakwahnya. Dan karena itulah, kami memang sangat
membutuhkan jalan ini, sebagai penyangga kebahagiaan dunia dan akhirat kami.
Tidak heran, jika para penyeru kebaikan, menjadi alasan turunnya limpahan rahmat
dan kasih sayang Allah SWT. Tak ada makhluk Allah yang dapat dukungan dan do’a
seluruh makhluk-Nya kecuali mereka yang mengupayakan perbaikan dan berdakwah. 
Sebagaimana
sabda Rasululllah SAW, “ Sesungguhnya Allah, para
malaikat, semut yang ada di dalam lubangnya, bahka ikan yang ada di lautan akan
berdo’a untuk orang yang mnegajarkan kebaikan kepada manusia. “ (HR. Tirmidzi)
Allah SWT menjelaskan tiga
kelompok manusia dalam masalah ini. Mereka adalah, kelompok penyeru dakwah yang
salih, kelompok salihin tapi tidak menyerukan dakwah dan orang-orang yang
mengingkari dakwah. Allah SWT berfirman : “ Dan (ingatlah) ketika
suatu kaum di antara mereka berkata: “ Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah
akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?”
Mereka menjawab: “ Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada
Tuhanmu, dan supaya mereka bertaqwa. “ Maka tatkala mereka melupakan apa yang
diperingatkan kepada mereka. Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari
perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang
keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. “ (QS. Al A’raf 164-165)
Nash Al-Qur’an itu merupakan
peringatan bagi kami. Bahwa meninggalkan peran dakwah, tidak pernah
diterima apapun alasannya. Bahkan bisa jadi sikap tersebut menundang kemarahan
Allah (Musafir fi Qithari ad Da’wah, Dr. Abdil Abdullah Al Laili, 195).
Ada pula hadits
Rasulullah SAW yang lainnya, Abu Bakar RA mengatakan,“
Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya manusia jika
mereka melihat kemungkaran dan mereka tidak merubahnya, dikhawatirkan mereka
akan diratakan oleh Allah SWT dengan azab-Nya”. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Teman-Teman Pilihan
Hendaknya teman yang
menemaninya dalam perjalanan itu adalah orang yang bisa membantunya dalam
menjalankan prinsip agama, mengingatkannya tatkala lupa, membantu dan
mendorongnya ketika ia tersadar. Sesungguhnya orang itu tergantung
agama temannya. Dan seseorang tidak dikenal kecuali dengan melihat siapa
temannya....” (Ihya ‘Ulumiddin, 2/202)

Kami dan Amal Jama’i
Realitas yang kami lihat
sendiri bahwa manusia cenderung akan menjadi lemah ketika bekerja seorang
diri.. Sebaliknya akan menjadi kuat dan berdaya ketika ia besama-sama dengan
yang lain. Ada juga realitas lainnya, bahwa siapapun yang berusaha mewujudkan
sesuatu, meskipun mereka telah ikhlas dalam melakukannya, tetapi tidak akan
banyak memberi pengaruh untuk mewujudkan kondisi yang diinginkan jika ia
melakukannya sendirian. Kesendiriannya itu menyebabkan upaya yang mereka
lakukan menjadi lemah dan minim efeknya.
Bekerja untuk Islam mutlak
memerlukan sebuah organisasi, perlu adanya pimpinan yang bertanggung jawab,
membutuhkan adanya pasukan dan anggota yang taat, harus memiliki peraturan
mendasar yang mengikat dan menata hubungan antara pimpinan dan anggota, harus
ada yang membatasi tangung jawab dan kewajiban, menjelaskan tujuan dan sarana
serta semua yang diperlukan oleh suatu aktifitas dakwah dalam merealisasikan
tujuannya. Dalam kebersamaan itulah kami menempuh jalan dakwah ini.


Perjalanan ini Mutlak Memerlukan Pemimpin
Hendaknya suatu perjalanan
dipimpin oleh orang yang paling baik akhlaknya, paling lembut dengan
teman-temannya, paling mudah terketuk hatinya dan paling mungkin dimintakan
persetujuannya untuk urusan penting. Seorang pemimpin dibutuhkan karena
pandangannya yang beragam untuk menentukan arah perjalanan dan kemaslahatan
perjalanan. Tidak ada keteraturan tanpa kesatuan pengaturan. Alam ini
menjadi teratur karena pengatur alam semesta ini adalah satu.” (Ihya Ulumiddin,
2/202)
Kami telah mempercayai para
pemimpin itu sebagai pemandu perjalanan kami. Maka, setelah proses syuro
berlangsung, apapun keputusannya, itulah yang akan kami pegang untuk
dijalankan. Kami yakin, keputusan syuro itu tidak pernah keliru. Dan keputusan
itu bersifat Multazam (Mengikat).
Meskipun mungkin saja akibat
pelaksanaan satu keputusan syuro memunculkan situasi yang tidak maslahat. Tapi
sebuah keputusan yang dilandasi dengan syuro tidak pernah salah. Itulah
yang juga disampaikan kepada kamioleh Ustadz Sa’id Hawa
rahimahullah, bahwa hasil syuro tidak pernah salah. Karena
mekanisme itulah yang dijabarkan oleh Islam untuk menentukan langkah yang
dianggap paling benar. Jika pada akhirnya, keputusan itu ternyata tidak
memberikan kesudahan seperti yang diharapkan, maka proses syuro kembali yang
akan menindaklanjuti kekeliruan itu.


Jalan ini, Miniatur Perjalanan Sesungguhnya
Kebersamaan kami bukan tanpa
perselisihan. Boleh jadi ada di antara kami yang mengalami kesenjangan hubungan
karena satu dan lain hal. Padahal, keharusan kami untuk bersama dan kemungkinan
kami berselisih, adalah dua kutub yang saling berlawanan. Kebersamaan
membutuhkan kesepakatan, kekompakan, kesesuaian, kedekatan dan keintiman.
Sementara perselisihan bisa mengaktifkan kesenjangan, ketidaksukaan, kebencian,
hingga keterpisahan.
Tiga Karakter Penempuh Perjalanan
Kelompok Zaalimun Li
Nafsihi, adalah orang-orang yang lalai dalam memepersiapkan bekal
perjalanan. Mereka enggan untuk mengumpulkan apa-apa yang membuatnya sampai
tujuan.
Kelompok Muqtashid,
adalah mereka mengambil bekal secukupnya saja untuk bisa sampai ke tujuan
perjalanan. Mereka tidak memperhitungkan bekal apa yang harus dimilki dan
mereka bawa jika ternyata mereka harus menghadapi situasi tertentu, yang
menyulitkan perjalanannya.
Kelompok Saabiqun Bil
Khairaat, yakni orang-orang yang obsesinya adalah untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya. Mereka membawa perbekalan dan barang dagangan
lebih dari cukup karena mereka tahu hal itu akan memberi keuntungan besar
baginya. Selain itu mereka juga tahu bahwa di tengah perjalanan ini, sangat
mungkin mereka mengalami situasi sulit yang membutuhkan perbekalan
tambahan.  (Thariqul Hijratain, 236).
Begitu pentingnya, bekal
ketaqwaan yang erat kaitannya dengan modal ruhiyah kami di jalan ini, maka
setiap kali ketaqwaan kami melemah, pada saat itu intensitas dakwah kami
menurun. Dan ketika tingkat ketaqwaan kami berkurang dari seharusnya, ketika
itulah kami mengalami situasi futur (kelemahan) untuk meneruskan perjalanan
ini. Seperti itulah pelajaran yang kami temukan dalam diri kami, dan juga
saudara-saudara kami di jalan ini. ..to be continue..









[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke