Rahmat Islam untuk Rahmat Purnomo 

Ia adalah seorang laki-laki keturunan sang ayah Holandia dan ibu Indonesia dari 
kota Ambon yang terletak di pulau kecil di ujung timur kepulauan Indonesia. 
Kristen adalah agama yang diwariskan keluarganya dari bapak dan kakeknya.

Kakeknya adalah seorang yang punya kedudukan tinggi pada agama kristen yang 
bermadzhab protestan, bapaknya juga demikian namun ia bermadzhab panticosta. 
Sedangkan ibunya sebagai pengajar injil untuk kaum wanita, adapun dia sendiri 
juga punya kedudukan dan sebagai ketua bidang da'wah di sebuah gereja "Bethel 
Injil Sabino".

Tidak terbetik dalam hatiku walau sedikitpun untuk menjadi seorang muslim, 
sebab sejak kecil aku mendapatkan pelajaran dari orang tuaku yang selalu 
mengatakan padaku bahwa Muhammad adalah seorang laki-laki badui, tidak punya 
ilmu, tak dapat membaca dan menulis. Bahkan lebih dari itu aku telah membaca 
buku profesor doktor Ricolady seorang nasrani dari Prancis bahwa Muhammad itu 
seorang dajjal yang tinggal di tempat ke sembilan dari neraka. Demikianlah 
kedustaan itu dibuat untuk menjatuhkan pribadi Rasul shallallahu 'alaihi wa 
sallam, sejak itulah tertanam pada diriku pemikiran salah yang mendorongku 
untuk menolak Islam dan menjadikannya sebagai agama.

Pada suatu hari pimpinan gereja mengutusku untuk berda'wah selama tiga hari 
tiga malam di kecamatan Dairi, letaknya cukup jauh dari ibu kota Medan yang 
terletak di sebelah selatan pulau Sumatra Indonesia. Setelah selesai, aku 
hendak menemui penanggung jawab gereja di tempat itu. Tiba-tiba seorang 
laki-laki muncul di hadapanku lalu bertanya dengan pertanyaan aneh, "Engkau 
telah mengatakan bahwa Isa Al Masih adalah tuhan, mana dalilmu tentang 
ketuhanannya?" Aku menjawab, "Baik ada dalil ataupun tidak, perkara ini tidak 
penting bagimu, jika kamu mau beriman berimanlah, jika tidak kufurlah."

Namun ketika aku pulang ke rumah, suara laki-laki itu mengganggu pikiranku dan 
selalu terngiang-ngiang di telingaku, mendorongku untuk melihat kitab Injil 
mencari jawaban yang benar dari pertanyaannya. Telah diketahui bahwa di sana 
ada empat kitab Injil yang berbeda-beda, salah satunya MATHIUS, yang lainnya 
MARKUS, yang ketiga LUKAS, dan yang keempat YOHANNES, semuanya buatan manusia. 
Ini aneh sekali, aku bertanya-tanya pada diriku, "Apakah Al Qur'an dengan 
nuskhoh yang berbeda-beda juga buatan manusia?" Aku mendapatkan jawaban yang 
tak bisa lari darinya yakni dengan pasti, "Bukan!"

Aku mempelajari keempat Injil tersebut, lalu apa yang kudapatkan? Injil MATHIUS 
berbicara apa tentang Al Masih Isa 'alaihis salam? Kami membaca di dalamnya 
sebagai berikut, "Sesungguhnya Isa Al Masih bernasab kepada Ibrohim dan kepada 
Daud..." (1-1), lalu kalau begitu siapa Isa? Bukankah ia anak manusia? Ya, 
kalau begitu dia manusia. Injil LUKAS berkata, "Dialah yang merajai atas rumah 
Ya'kub untuk selama-lamanya. Kerajaannya tidak akan berakhir." (1-33). Dan 
Injil MARKUS berkata, "Inilah silsilah yang menasabkan Isa Al Masih anak 
Allah." (1) Dan yang terakhir injil YOHANNES berbicara apa tentang Isa Al 
Masih? Ia berkata, "Pada awalnya ia adalah kalimat, dan kalimat itu di sisi 
Allah, maka kalimat itu adalah Allah." (1:1). Makna dari nash ini dia pada 
awalnya adalah Al Masih dan Al Masih di sisi Allah, maka Al Masih adalah Allah.

Aku bertanya pada diriku, "Berarti di sana ada perbedaan yang jelas pada empat 
kitab ini seputar dzat Isa 'alaihis salam, apakah ia manusia ataukah anak Allah 
ataukah Raja ataukah Allah? Hal itu telah menyulitkanku dan aku belum menemukan 
jawabannya. Di sini aku ingin bertanya kepada teman-temanku orang-orang 
kristen, "Apakah didapatkan dalam Al Qur'an pertentangan antara satu ayat 
dengan yang lainnya?" Pasti tidak! Kenapa? Karena Al Qur'an datang dari sisi 
Allah subhanahu wa ta'ala, adapun Injil-injil ini hanyalah buatan manusia. 
Kalian tahu dan tidak ragu kalau Isa 'alaihis salam sepanjang hidupnya 
berdakwah kepada Allah di sana-sini, kita patut bertanya: apa landasan awal 
yang dida'wahkan oleh Isa 'alaihis salam?

Ini injil MARKUS berkata, "Seseorang datang dari Al Katbah, ia mendengar mereka 
berbincang-bincang, ketika terlihat bahwa ia adalah (Al Masih) mereka 
menerimanya dengan baik, menanyainya tentang ayat wasiat pertama? Ia menjawab 
sambil berjalan: Sesungguhnya wasiat yang pertama ialah 'Dengarkan wahai Bani 
Isroil! Robb Tuhan kita adalah Robb yang Esa.'" (12: 28-29). Inilah pengakuan 
yang jelas dari Isa 'alaihis salam, jadi kalau Isa telah mengaku bahwa Allah 
adalah Tuhan yang Esa / Satu, maka siapakah Isa kalau begitu? Jika Isa adalah 
Allah juga, maka takkan pernah ada keesaan bagi Allah. Bukankah begitu?

Kemudian aku lanjutkan pencarianku, dan aku temukan pada injil YOHANNES 
nash-nash yang menunjukkan do'a dan ketundukan Isa Al Masih 'alaihis salam 
kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Aku bertanya pada diriku: Jika sekiranya Isa 
adalah Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, lalu apakah ia membutuhkan 
kepada ketundukan dan do'a? Tentu tidak! Oleh karena itu, Isa bukan tuhan 
tetapi dia adalah makhluk seperti kita. Simaklah bersamaku do'a yang terdapat 
dalam injil YOHANNES, inilah nash do'anya: "Inilah kehidupan yang abadi agar 
mengetahui bahwa Engkaulah Tuhan yang haqiqi, dan berjalanlah Al Masih yang 
Engkau telah mengutusnya, aku pekerjamu di bumi, amal yang Engkau telah berikan 
padaku ialah amalan yang aku telah menyempurnakannya." (17-3-4). Ini do'a yang 
panjang, yang akhirnya berkata, "Wahai Rabbul Baar, sesungguhnya alam tidak 
mengenalMu, adapun aku mengenalMu dan mereka telah mengetahui bahwa Engkau 
telah mengutusku dan Engkau telah mengenalkan
 mereka akan namaMu dan aku akan mengenalkan mereka agar pada mereka ada 
kecintaan seperti Engkau telah mencintaiku." (17-25-26).

Do'a ini menggambarkan pengakuan Isa 'alaihis salam bahwa Allah Dialah Yang 
Maha Esa dan Isa adalah utusan Allah yang diutus pada kaum tertentu, bukan pada 
seluruh manusia, siapakah kaumnya itu? Kita baca dalam injil MATHIUS (15:24) di 
mana ia berkata, "Aku tidak diutus melainkan pada kaum di rumah Isro'il yang 
sasar." Kalau demikian, jika kita gabungkan pengakuan-pengakuannya ini dengan 
yang lainnya, sangat mungkin untuk kita katakan bahwa, "Allah adalah Tuhan Yang 
Esa dan Isa adalah utusan Allah kepada Bani Isroil." Kemudian kulanjutkan 
pencarianku, maka aku teringat saat aku sholat aku selalu membaca kalimat 
berikut: (Allah Bapak, Allah Anak, Allah Roh Qudus, tiga dalam satu). Aku 
berkata pada diriku: Perkara yang sangat aneh! Kalau kita bertanya pada siswa 
kelas satu sekolah dasar "1 + 1 + 1 = 3 ?" Pasti akan menjawab ya. Kemudian 
jika kita katakan padanya "Akan tetapi 3 juga = 1 ?" Tentu dia takkan 
menyepakati hal itu, sebab di sana terdapat
 pertentangan yang jelas pada apa yang kami ucapkan, karena Isa 'alaihis salam 
berkata dalam injil seperti yang kami lihat, bahwa Allah Esa tidak ada serikat 
baginya.

Telah terjadi pertentangan kuat antara aqidah yang menancap di jiwaku sejak 
kecil yakni: tiga dalam satu, dengan apa yang diakui Isa Al Masih sendiri dalam 
kitab-kitab injil yang ada di tengah-tengah kita sekarang bahwa sesungguhnya 
Allah itu satu tidak ada serikat baginya. Mana dari keduanya yang paling benar? 
Belum ada usahaku untuk mengikrarkannya waktu itu, namun yang benar dikatakan 
bahwa sesungguhnya Allah itu Esa / satu. Kemudian aku cari lagi dari kitab 
injil dari awal, barangkali aku temukan apa yang kuinginkan. Sungguh telah 
kutemukan dalam pencarianku nash berikut ini: "Ingatlah wali-wali sejak dulu, 
karena sesungguhnya Aku adalah Allah, sedang yang lainnya bukan tuhan dan tak 
ada yang menyerupaiku." (46: 9). Sungguh perkara yang menakjubkan saat aku 
berpegang teguh dengan Islam, aku mendapatkan dalam surat Al Ikhlash firman 
Allah Ta'ala, "Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 
Katakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah
 adalah Tuhan yang bergantung padaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan 
tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." Ya, 
selama kalam itu adalah kalam Allah, maka tidak akan berbeda di manapun 
didapatkannya. Inilah pelajaran pertama pada agamaku masihiyyah yang dulu, 
dengan demikian "tiga dalam satu" tidak ada keberadaannya dalam jiwaku.

Adapun pelajaran kedua dalam agama masihiyyah bahwa di sana ada yang disebut 
dengan warisan dosa atau kesalahan awal, maksudnya ialah bahwa dosa yang 
diperbuat Adam 'alaihis salam ketika memakan buah yang diharamkan dari pohon 
yang berada di surga, pasti seluruh anak manusia akan mewarisi dosa ini. 
Sekalipun janin yang berada dalam rahim ibu akan menanggung dosa ini dan akan 
lahir dalam keadaan berdosa. Apakah ini benar atau salah? Aku cari tentang 
kebenaran hal tersebut. Aku merujuk pada Perjanjian Lama, di tengah pencarianku 
aku menemukan pada hizqiyal sebagai berikut, "Seorang anak tidak menanggung 
dari dosa seorang bapak. Seorang bapak tidak menanggung dari dosa seorang anak 
..." (hizqiyal: 18: 20-21).

Barangkali yang cocok untuk kami sebutkan di sini apa yang dikatakan Al 
Qur'anul Karim pada masalah ini, "Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul 
dosa orang lain ..." Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 
"Anak Adam dilahirkan dalam keadaan fitroh, kedua orang tuanyalah yang akan 
menjadikannya Yahudi atau menjadikannya Nashrani atau menjadikannya Majusi." 
Inilah dia kaidah dalam Islam dan menyepakatinya apa yang ada / datang dalam 
injil, lalu bagaimana bisa dikatakan bahwa kesalahan Adam akan berpindah dari 
satu generasi ke generasi lainnya, dan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan 
berdosa?

Aku melanjutkan pencarianku tentang beberapa hal yang berkaitan dengan 
keyakinan, pada suatu hari kuletakkan Injil dan Al Quran di depanku, kutujukan 
pertanyaan pada injil, "Apa yang engkau ketahui tentang Muhammad?", jawabannya: 
tidak ada, karena nama Muhammad tidak terdapat dalam Injil. Kemudian kutujukan 
pertanyaan berikutnya pada Isa seperti Al Quran telah bercerita tentangnya, 
"Wahai Isa ibnu Maryam, apa yang engkau ketahui tentang Muhammad?" Jawabannya: 
sungguh Al Quran telah menyebutkan perkara yang tidak ada keraguan sedikitpun 
bahwa seorang Rasul yang pasti akan datang setelahku namanya adalah Ahmad. 
Allah berfirman atas lisan Isa 'alaihis salam, "Dan ingatlah ketika Isa putra 
Maryam berkata: Hai bani Isroil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, 
membenarkan kitab (yang turun) sebelumku yaitu Taurot dan memberi kabar gembira 
dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad 
(Muhammad), maka tatkala Rasul itu
 datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 
Ini adalah sihir yang nyata." (QS Ash Shaff: 6). Lihatlah! Mana yang benar?!

Di sana ada satu Injil yakni Injil BARNABAS, berbeda dengan empat injil yang 
telah kusebutkan sebelumnya, namun sayang para pemuka-pemuka agamanya 
(Nashrani) mengharamkan pengikutnya untuk mentelaahnya. Tahukah kenapa? Yang 
paling benar ialah karena inilah satu-satunya Injil yang memuat kabar gembira 
tentang Muhammad, di dalamnya terdapat beberapa tambahan dan penyimpangan yang 
sangat, seperti halnya tedapat pula kenyataan yang sesuai dengan apa yang ada 
dalam Al Quran Al Karim. Dalam Injil Barnabas (Ishaah: 163), "Waktu itu para 
murid bertanya kepada Al Masih: Wahai guru! Siapa yang akan datang sesudahmu? 
Al Masih menjawab dengan senang dan gembira: Muhammad utusan Allah pasti akan 
datang sesudahku bagaikan awan putih akan menaungi orang-orang yang beriman 
seluruhnya."

Kemudian kubaca lagi ayat lainnya dari Injil Barnabas yakni ucapannya pada 
(Ishaah: 72), "Waktu itu seorang murid bertanya kepada Al Masih: Wahai guru! 
Saat Muhammad datang apa tanda-tandanya hingga kami mengenalnya? Al Masih 
menjawab: Muhammad tidak akan datang pada masa kita, tetapi akan datang setelah 
seratus tahun kemudian ketika Injil diubah (direkayasa) dan orang-orang yang 
beriman kala itu jumlah mereka tidak sampai tiga puluh orang, maka ketika itu 
Allah subhanahu wa ta'ala akan mengutus penutup para Nabi dan Rasul-rasul yaitu 
Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."

Telah disebutkan berulang-ulang yang demikian itu dalam Injil Barnabas, aku 
telah menghitungnya dan kudapatkan sebanyak empat puluh lima ayat menyebutkan 
tentang Muhammad. Aku sebutkan dua ayat di atas di antaranya sebagai satu bukti.

Setelah ini semua aku berazzam untuk keluar dari gereja dan tidak akan pernah 
pergi lagi padanya, saat ini tidak ada di hadapanku kecuali Islam. (Lihat kitab 
'Uluwul Himmah, karya Muhammad Ahmad Ismail Al Muqoddim).

Para pembaca rahimakumullah demikianlah Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu 
'alaihi wa sallam sebagai rahmat bagi semesta alam, menuntut kita selaku para 
pemeluknya untuk bersyukur. Allah berfirman, "Jika kamu kafir maka sesungguhnya 
Allah tidak memerlukan (iman)mu, dan Dia tidak meridhoi kekafiran bagi 
hamba-Nya, dan jika kamu bersyukur niscaya Dia meridhoi kesyukuranmu itu, dan 
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada 
tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu 
kerjakan sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan di (dada)mu." (QS 
Az Zumar: 7).

Di sini ada beberapa hal yang perlu untuk kita perhatikan, wallahul haadi ila 
sabilir rosyad.

Pertama: manusia itu satu umat, memeluk agama yang satu. Allah berfirman, 
"Manusia dahulunya hanyalah satu umat kemudian mereka berselisih, kalau 
tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah 
telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan 
itu." (QS Yunus: 19).

Kedua: Islam adalah agama tauhid. Allah berfirman, "Allah menyatakan bahwasanya 
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. 
Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) 
tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha 
Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam. 
Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang 
pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka, 
barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat 
cepat hisabnya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam) 
maka katakanlah: Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) 
orang-orang yang mengikutiku. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah 
diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, 'Apakah kamu (mau) masuk 
Islam?' Jika mereka masuk Islam,
 sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling maka 
kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah) dan Allah Maha Melihat 
akan hamba-hamba-Nya." (QS Ali Imron: 18-20).

Ketiga: Aqidah tauhid adalah fitroh manusia. Allah berfirman, "Dan (ingatlah) 
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan 
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku 
ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. 
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: 
Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini 
(keesaan Tuhan). Atau agar kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya orang-orang tua 
kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak 
keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan 
kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu." (QS Al A'raaf: 172-173).

Keempat: Petunjuk Allah mutlak harus diikuti. Allah berfirman, "... Katakanlah 
sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah 
kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan 
kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu 
di sisi Tuhanmu. Katakanlah sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah 
memberikan karunianya kepada siapa yang dikehendakinya. Dan Allah maha luas 
karunianya lagi maha mengetahui." (QS Ali Imron: 73).

Kelima: Isa 'alaihis salam adalah Nabi dan Rasul Allah. Allah berfirman, "Wahai 
Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu 
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih Isa putra 
Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang 
disampaikan-Nya kepada Maryam dan dengan (tiupan roh) dari-Nya. Maka berimanlah 
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, '(Tuhan 
itu) tiga'. Berhentilah (dari ucapan itu). Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya 
Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak. Segala yang di 
langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya, cukuplah Allah sebagai pemelihara." 
(QS An Nisaa: 171).

Walhamdulillahi robbil alamin.

Sumber: Buletin Al Wala' Wal Bara'


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke