Assalamu'alaikum wr wb,
Jika bermanfaat, mohon sebarkan ke yang lain:
Keutamaan Ilmu
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim, begitu Nabi bersabda.
“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim (Muslim lelaki dan Muslim 
perempuan).” (HR. Ibnu Majah)
Kita harus mempelajari ilmu sebelum kita berbicara dan beramal tentang itu:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain 
Allah…” [Muhammad 19]
Dalam menyampaikan ilmu, Nabi biasanya mengulang hingga 3x:
“Anas r.a. mengatakan bahwa apabila Nabi saw. mengatakan suatu perkataan beliau 
mengulanginya tiga kali sehingga dimengerti. Apabila beliau datang pada suatu 
kaum, maka beliau memberi salam kepada mereka tiga kali.” [HR Bukhari]
Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan manusia juga di hadapan 
Allah:
” ….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang 
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa 
yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang 
tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima 
pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah 
ulama”. (TQS.Fathir [35]: 28)
„Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak 
mengetahui? (Az-Zumar:9)
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang 
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah:11)
Pada surat Ali ‘Imran: 18 Allah SWT bahkan memulai dengan dirinya, lalu dengan 
malaikatnya, dan kemudian dengan orang-orang yang berilmu. Jelas kalau Allah 
menghargai orang-orang yang berilmu.
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan 
keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang 
demikian itu)” (Ali Imran:18)
Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan 
yang diberikan Allah untuk manusia.
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada 
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)
Hendaknya kita berdoa agar ilmu kita senantiasa ditambah:
“Dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmuku.” (Thaha: 114)
Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al 
Qur’an.
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat2 yang nyata di dalam dada orang-orang 
yang diberi ilmu” (Al Ankabut:49)
Dalam Kitab Ihya ‚Uluumuddiin susunan Imam Al Ghazali disebut bahwa Nabi 
berkata: „Di akhirat nanti tinta ulama ditimbang dengan darah para syuhada. 
Ternyata yang lebih berat adalah tinta ulama!“
Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu. “Ulama adalah 
pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.
Bahkan Nabi tidak tanggung2 lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu 
kabilah. “Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya 
seorang ‘alim.” (HR Thabrani)
Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang sewaktu2 
bisa tersesat karena kurangnya ilmu. “Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli 
ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari 
sahabatku.” (HR At Tirmidzi).
Itulah kemulian orang yang berilmu!
Menuntut ilmu itu pahalanya begitu besar:
“Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah 
mudahkan jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan 
sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (Dari 
hadits yang panjang riwayat Muslim)
“Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada 
dalam sabilillah hingga kembali.” (HR. Tirmidzi, hasan)
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya 
jalan menuju surga.” (HR.Muslim)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan pahamkan dia 
dalam (masalah) dien (agama).” (HR.Bukhari)
Menuntut ilmu itu wajib selama kita masih hidup:
اطلبوا العلم من المهد إلى اللحد.
“Carilah ilmu semenjak dari ayunan sampai liang lahat” [HR Bukhari]
Dalam hadits lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang 
bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita 
kepada Allah SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan 
masyarakat baik di dunia mau pun di akhirat.
Rasulullah saw bersabda: “Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah 
amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak 
sholih yang mendoakan orangtuanya.” (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra)
Allah berfirman, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut 
(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, 
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. 
Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS Lukman [31] : 27)
Ilmu itu begitu luas, dari yang bermanfaat hingga yang tidak bermanfaat. Contoh 
ilmu yang bermanfaat adalah ilmu agama, ilmu fisika, ilmu komputer, dsb. Contoh 
ilmu yang tidak bermanfaat bahkan terlarang adalah ilmu sihir, ilmu 
meramal/astrologi, dsb. Begitu banyak ilmu namun waktu kita begitu sedikit. 
Oleh karena itu hendaknya dipakai untuk mempelajari ilmu yang bermanfaat.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya, “Allaahumma inni 
a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’u”. ‘Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari 
ilmu yang tidak bermanfaat.’
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud 
a.s. Firman-Nya, “Wahai, Dawud. Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat.”
“Ya, Rabbi. apakah ilmu yang bermanfaat itu ? ” tanya Nabi Daud.
“Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, 
dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan 
engkau kepada-Ku.”
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i’, Rasulullah SAW bersabda, 
“Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada 
Allah Azza wa Jalla, sedangkan Mengajarkannya kepada orang yang tidak 
mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan 
bagi ahlinya didunia dan akhirat.”
Ternyata ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang menyebabkan kita semakin 
dapat mengenal Allah, yang dapat kita amalkan, yang membuat kita rendah hati 
serta terhindar dari sifat takabur..
Ilmu selain diyakini kebenarannya juga harus diamalkan. Sebab ilmu tanpa amal, 
seperti pohon yang tidak berbuah.
“Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan 
kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam 
amalan nya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak 
mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong 
dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan neraka “. (hadits)
Tidak pantas bagi orang Islam/Ulama mengajarkan orang melakukan sesuatu 
sementara dia sendiri tidak melaksanakannya:
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang kalian 
sendiri tidak mengerjakannya. Sungguh besar murka Allah atas perkataan kalian 
terhadap sesuatu yang kalian sendiri tidak kerjakan.” (QS. Ash Shaff [61]: 2-3)
“Apakah kalian menyuruh orang untuk mengerjakan kebaikan sedangkan kalian 
melupakan kewajiban diri kalian sendiri. Padahal kalian juga membaca Al Kitab. 
Tidakkah kalian memahami.” (QS. Al Baqarah [2]: 44)
Ilmu atau ayat Al Qur’an yang tidak diamalkan akan jadi beban bagi kita di 
akhirat:
“Dan al-Qur’an itu adalah hujjah bagimu atau hujjah untuk menjatuhkan dirimu.” 
(HR. Muslim)”
“Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai 
dia akan ditanya tentang empat perkara, diantaranya adalah tentang ilmunya, apa 
yang sudah diamalkannya.” [HR Abu Barzah]
Dari Usamah bin Zaid, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW 
bersabda, “Pada hari kiamat nanti akan ada seseorang yang didatangkan kemudian 
dilemparkan ke dalam neraka. Isi perutnya terburai, sehingga ia berputar-putar 
sebagaimana berputarnya keledai yang menggerakkan penggilingan. Penduduk neraka 
pun berkumpul mengerumuninya. Mereka bertanya, ‘Wahai fulan, apakah yang 
terjadi pada dirimu? Bukankah dahulu engkau memerintahkan kami untuk berbuat 
kebaikan dan melarang kami dari kemungkaran?’. Dia menjawab, ‘Dahulu aku 
memerintahkan kalian berbuat baik akan tetapi aku tidak mengerjakannya. Dan aku 
melarang kemungkaran sedangkan aku sendiri justru melakukannya’.” [HR Bukhari 
dan Muslim]
Begitu juga amal tanpa ilmu, hanya akan membawa kehancuran. Contohnya orang 
tidak pernah belajar menerbangkan pesawat tentu akan berbahaya jika dia 
menerbangkan pesawat. Setelah diamalkan, maka disunnahkan bagi kita untuk 
mengajarkan ilmu tersebut ke orang lain yang belum mengetahui.
Kita menuntut ilmu dunia selama 12 tahun dari SD hingga SMA. Setiap hari paling 
tidak 5 jam kita mempelajari ilmu dunia. Tapi pernahkah kita menghitung berapa 
lama kita belajar ilmu agama? Adakah sejam sehari?
Jika tidak, sungguh malang nasib kita, padahal ilmu agama penting bagi kita 
guna mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Bukankah kebahagiaan di akhirat lebih 
baik dan lebih kekal? Bukankah hidup di dunia hanya sekejap saja (Cuma sekitar 
63 tahun)?
Meski dia profesor Fisika atau Pakar Komputer, tapi jika tidak tahu ilmu agama 
sehingga sholat, puasa, zakat, dsb tidak benar niscaya dia akan masuk neraka.
Pada awal masa Islam, ummat Islam melaksanakan ajaran tsb dengan sungguh2. 
Mereka giat menuntut ilmu. Hadits2 seperti “Siapa yang meninggalkan kampung 
halamannya untuk mencari pengetahuan, ia berada di jalan Allah”, “Tinta seorang 
ulama adalah lebih suci daripada darah seorang syahid (martir)”, memberikan 
motivasi yang kuat untuk belajar.
Ummat Islam belajar dari orang Cina teknik membuat kertas. Pabrik kertas 
pertama didirikan di Baghdad tahun 800, dan perpustakaan pun tumbu dengan subur 
di seluruh negeri Arab (baca: Islam) yang dulu dikenal sebagai bangsa nomad 
yang buta huruf dan cuma bisa mengangon kambing.
Direktur observatorium Maragha, Nasiruddin At Tousi memiliki kumpulan buku 
sejumlah 400.000 buah. Di Kordoba (Spanyol) pada abad 10, Khalifah Al Hakim 
memiliki suatu perpustakaan yang berisi 400.000 buku, sedangkan 4 abad 
sesudahnya raja Perancis Charles yang bijaksana (artinya: pandai) hanya 
memiliki koleksi 900 buku. Bahkan Khalifah Al Aziz di Mesir memiliki 
perpustakaan dengan 1.600.000 buku, di antaranya 16.000 buah tentang matematika 
dan 18.000 tentang filsafat.
Pada masa awal Islam dibangun badan2 pendidikan dan penelitian yang terpadu. 
Observatorium pertama didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah Amawi 
Abdul Malik. Universitas Eropa 2 atau 3 abad kemudian seperti Universitas Paris 
dan Univesitas Oxford semuanya didirikan menurut model Islam.
Para ilmuwan Islam seperti Al Khawarizmi memperkenalkan “Angka Arab” (Arabic 
Numeral) untuk menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku. Bayangkan 
bagaimana ilmu Matematika atau Akunting bisa berkembang tanpa adanya sistem 
“Angka Arab” yang diperkenalkan oleh ummat Islam ke Eropa. Kita mungkin bisa 
menuliskan angka 3 dengan mudah memakai angka Romawi, yaitu “III,” tapi coba 
tulis angka 879.094.234.453.340 ke dalam angka Romawi. Bingungkan? Jadi para 
ahli matematika dan akuntan haruslah berterimakasih pada orang-orang Islam, he 
he he..:) Selain itu berkat Islam pulalah maka para ilmuwan sekarang bisa 
menemukan komputer yang menggunakan binary digit (0 dan 1) sebagai basis 
perhitungannya, kalau dengan angka Romawi (yang tak mengenal angka 0), tak 
mungkin hal itu bisa terjadi.
Selain itu Al Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu Algorithm (yang diambil dari 
namanya) dan juga Aljabar (Algebra).
Omar Khayam menciptakan teori tentang angka2 “irrational” serta menulis suatu 
buku sistematik tentang Mu’adalah (equation).
Di dalam ilmu Astronomi ummat Islam juga maju. Al Batani menghitung enklinasi 
ekleptik: 23.35 derajad (pengukuran sekarang 23,27 derajad).
Dunia juga mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya Al Qanun fit Thibbi 
diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (meninggal tahun 1187), 
yang sampai zaman Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa.
Ar Razi (Razes) adalah seorang jenius multidisiplin. Dia bukan hanya dokter, 
tapi juga ahli fisika, filosof, ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga 
mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang ahli dalam filsafat.
Dan masih banyak lagi kemajuan yang dicapai oleh ummat Islam di bidang ilmu 
pengetahuan. Ketika terjadi perang salib antara raja Richard the Lion Heart dan 
Sultan Saladdin, boleh dikata itu adalah pertempuran antara bangsa barbar 
dengan bangsa beradab. Raja Richard yang terkenal itu ternyata seorang buta 
huruf, (kalau rajanya buta huruf, bagaimana rakyat Eropa ketika itu) sedangkan 
Sultan Saladin bukan saja seorang yang literate, tapi juga seorang ahli di 
bidang kedokteran. Ketika raja Richard sakit parah dan tak seorangpun dokter 
ahli Eropa yang mampu mengobatinya, Sultan Saladin mempertaruhkan nyawanya dan 
menyelinap di antara pasukan raja Richard dan mengobatinya. Itulah bangsa Islam 
ketika itu, bukan saja pintar, tapi juga welas asih. Jika kita menonton film 
Robin Hood the Prince of Thieves yang dibintangi Kevin Kostner, tentu kita 
maklum bagaimana Robin Hood terkejut dengan kecanggihan teknologi bangsa Moor 
seperti teropong.
Tapi itu sekarang tinggal sejarah. Ummat Islam sekarang tidak lagi menghargai 
ilmu pengetahuan tak heran jika mereka jadi bangsa yang terbelakang. Hanya 
dengan menghidupkan ajaran Islam-lah kita bisa maju lagi.
Ummat Islam harus kembali giat menuntut ilmu. Menurut Al Ghazali, sesungguhnya 
menuntut ilmu itu ada yang fardu ‘ain (wajib bagi setiap Muslim) ada juga yang 
fardu kifayah (paling tidak ada segolongan ummat Islam yang mempelajarinya.
Jika sebagian muslim sudah mempelajarinya (misalnya ada beberapa orang yang 
belajar ilmu kedokteran), maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lainnya. Tapi 
mempelajari ilmu agama adalah fardu ‘ain, kewajiban bagi setiap Muslim. Tanpa 
ilmu, maka semua amalnya akan ditolak.
Ilmu agama tentang mana yang wajib dan mana yang halal seperti cara shalat yang 
benar itu adalah wajib bagi setiap muslim. Jangan sampai ada seorang ahli 
Matematika, tapi cara shalat ataupun mengaji dia tidak tahu. Jadi ilmu agama 
yang pokok agar setiap muslim bisa mengerjakan 5 rukun Islam dan menghayati 6 
rukun Iman serta mengetahui kewajiban dan larangan Allah harus dipelajari oleh 
setiap muslim. Untuk apa kita jadi ahli komputer, kalau kita akhirnya masuk 
neraka karena tidak pernah mengetahui cara shalat?
Adapun ilmu yang memberikan manfaat bagi ummat Islam seperti kedokteran yang 
mampu menyelamatkan jiwa manusia, ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti 
pembuatan tank dan pesawat tempur agar ummat Islam bisa mempertahankan diri 
dari serangan musuh adalah fardu kifayah. Paling tidak ada segolongan muslim 
yang menguasainya.
Yang pertama harus kita pelajari adalah aqidah atau tauhid yang juga disebut 
“Ushuluuddiin” (Dasar-dasar Agama). Ini adalah fondasi yang harus kita kuasai. 
Kita bukan cuma tahu bahwa rukun iman ada 6, tapi juga tahu dalil-dalilnya. 
Sebagai contoh, beriman kepada Allah. Kita juga harus tahu sifat-sifat Allah 
seperti wujud (ada). Kita tidak bisa cuma bilang bahwa Tuhan itu ada. Tapi juga 
harus bisa membuktikan/menjelaskan dalil-dalil bahwa Tuhan itu memang ada.
Tanpa aqidah yang kuat, maka seseorang yang ibadahnya rajin dapat tersesat atau 
murtad dengan mudah.
Setelah aqidah kita kuat dan dilandasi dengan ilmu, baru kita mempelajari 
Fiqih. Fiqih adalah ilmu yang menjelaskan cara-cara beribadah kepada Allah 
seperti sholat, puasa, zakat, hubungan dengan sesama manusia, dan sebagainya. 
Banyak kewajiban mau pun larangan yang harus kita ketahui, ada di kitab-kitab 
Fiqih.
Yang harus kita ketahui lagi adalah, ilmu agama harus berlandaskan Al Qur’an 
dan Hadits yang shahih. Jika satu masalah tidak tercantum dalam Al Qur’an dan 
Hadits, baru dilakukan ijtihad. Tapi ijtihad ini pun tidak boleh bertentangan 
dengan Al Qur’an dan hadits.
Menuntut ilmu juga niatnya harus untuk Allah semata. Bukan untuk kepentingan 
pribadi.
Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : 
“Wahai, hamba Allah yang rajin menuntut ilmu. Jika kalian menuntut ilmu, 
hendaknya dengan niat yang ikhlas karena Allah semata-mata. Di samping itu, 
juga dengan niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib 
hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi 
setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan” [HR Ibnu Abdul barr]
Janganlah sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk 
bermegah-megahan, sombong, berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang 
lain (lawan bicara), atau supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut 
ilmu untuk dijadikan sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi. Yang 
demikian itu berarti merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.
Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. “Barangsiapa menuntut ilmu 
yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak 
mempelajarinya, kecuali hanya untuk Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia 
tidak akan memperoleh bau harumnya surga pada hari kiamat. ” [HR Abu Dawud]
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya 
terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan 
buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis 
(pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. 
Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka…neraka.” [HR Tirmidzi & Ibnu Majah]
“Seorang ‘alim apabila menghendaki dengan ilmunya keridhaan Allah, maka dia 
akan ditakuti oleh segalanya. Akan tetapi, jika dia bermaksud untuk menumpuk 
harta, maka dia akan takut dari segala sesuatu.” [HR. Ad Dailami]
Sedikit nasehat dalam belajar: Biasakan usai belajar di sekolah/madrasah, 
dibaca/pelajari lagi apa yang baru dipelajari. Kemudian saat akan belajar di 
sekolah juga baca/pelajari apa yang akan dipelajari. Dengan cara ini, ilmu akan 
lebih melekat ketimbang dengan memakai “sistem” SKS (Sistem Kebut Semalam) yang 
dalam waktu 1-2 minggu juga bisa hilang lagi hafalan/ilmunya.
Dirangkum dari berbagai tulisan seperti “Ilmu yang bermanfaat” (Aa Gym), “Ihya 
‘Uluumuddiin” (Imam Al Ghazali)
Baca selengkapnya di:
http://media-islam.or.id/2007/09/14/keutamaan-ilmu

 
.
===

Kirim email ke