Tawuran

 

Sebelumnya dalam tulisan pada 
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/09/24/oknum-umi/  dapat kita ketahui 
adanya tawuran di Universitas Muslim Indonesia, Makasar antara mahasiswa teknik 
sipil dengan mahasiswa teknik elektro.

Mereka tidak malu dengan ke maha-siswaannya
Mereka tidak malu dengan nama universitasnya
Mereka tidak takut dengan Allah Azza wa Jalla yang telah menyiapkan azab neraka 
untuk mereka yang bertawuran

Sekarang dapat lagi berita tentang tawuran, contohnya dari 
http://metro.news.viva.co.id/news/read/353987-siswa-sma-6–kami-diserang–bukan-tawuran
 yakni tawuran atau penyerangan siswa SMA 70 ke siswa SMA 6 yang berakibat 
seorang siswa tewas.  Padahal jarak Mabes Polri cuma 450 meter

Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min, 
lelaki atau perempuan, tanpa adanya sesuatu yang mereka lakukan, maka 
orang-orang yang menyakiti itu menanggung kebohongan dan dosa yang nyata." 
(al-Ahzab: 58)

Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam 
bersabda: "Mencaci-maki seorang Muslim adalah suatu kefasikan, sedang 
memeranginya -membunuhnya- adalah kekufuran." (Muttafaq `alaih)

Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bertanya lagi: `Apakah kamu yang telah 
membunuhnya? ` Dia menjawabnya, `Ya.' Beliau bertanya lagi: `Lalu apa yang 
hendak kamu perbuat dengan kalimat, `Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) 
kecuali Allah', jika di hari kiamat kelak ia datang (untuk minta pertanggung 
jawaban) pada hari kiamat nanti? ` (HR Muslim 142)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Orang-orang yang menganiaya itu tidak mempunyai 
penolong." (al-Haj: 71)

Saat kita memukul orang, maka Allah Azza wa Jalla akan menyiksa kita di neraka. 
Untuk membayangkan sakitnya neraka, coba bakar tangan anda dengan api lilin 1 
menit saja. Api neraka jutaan kali lipat lebih panas dan lebih lama dari itu:

Dari Abu Mas'ud al-Badri r.a., katanya: "Saya pernah memukul bujang -pembantu 
yang berupa hamba sahaya- saya dengan cemeti, lalu saya mendengar suara dari 
belakang saya berkata: "Ketahuilah hai Abu Mas'ud." Saya tidak memahami 
benar-benar isi suara yang diucapkan karena kemarahan. Setelah mendekat kepada 
saya, tiba-tiba yang bersuara itu adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam 
dan selanjutnya bersabda: "Ketahuilah hai Abu Mas'ud bahwasanya Allah itu lebih 
kuasa untuk berbuat semacam itu padamu daripada engkau berbuat sedemikian tadi 
pada bujang ini." Saya lalu berkata: "Saya tidak akan memukul seorang hamba 
sahayapun sehabis peristiwa ini untuk selama-lamanya." [HR Muslim]

Jika terjadi saling membunuh antara dua orang muslim maka yang membunuh dan 
yang terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat bertanya, "Itu untuk si 
pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?" Nabi shallallahu alaihi 
wasallam menjawab, "Yang terbunuh juga berusaha membunuh kawannya." (HR. 
Bukhari)

Dari Ibnu Umar Ra bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: 
"Sesungguhnya orang yang paling durhaka kepada Allah ada tiga: Orang yang 
membunuh di tanah haram, orang yang membunuh orang yang tidak membunuh, dan 
orang yang membunuh karena balas dendam jahiliyyah." Hadits shahih riwayat Ibnu 
Hibban.

Pepatah kita dulu menyatakan: "Menang jadi arang, kalah jadi abu". Artinya 
dalam perkelahian, tidak ada yang untung. Sama-sama sakit.

Terhadap masalah tawuran atau penganiayaan bahkan pembunuhan, Hukum Islam 
sangat tegas:

Dari Samurah Ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: 
"Barangsiapa membunuh hambanya kami akan membunuhnya dan barangsiapa memotong 
hidung hambanya kami akan memotong hidungnya." Riwayat Ahmad dan Imam Empat.

Salah satu penyebab utama dari kejadiaan tersebut adalah dikarenakan pelajaran 
tentang ihsan tidak lagi didalami dan disampaikan kepada khalayak ramai karena 
tentang ihsan adalah tasawuf.  Sebenarnya sudah ada upaya yang dilakukan oleh 
pemerintah untuk mengatasinya yakni dengan pendidikan karakter namun pendidikan 
karakter berbasis olah pikir manusia bukan berbasis ihsan atau tasawuf.

Kaum muslim dijauhkan dari tasawuf (akhlak / ihsan) karena termakan hasutan 
atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan oleh kaum Zionis 
Yahudi.

Salah satu contoh penghasutnya adalah perwira Yahudi Inggris bernama Edward 
Terrence Lawrence yang dikenal oleh ulama jazirah Arab sebagai Laurens Of 
Arabian. Laurens menyelidiki dimana letak kekuatan umat Islam dan berkesimpulan 
bahwa kekuatan umat Islam terletak kepada ketaatan dengan mazhab (bermazhab) 
dan istiqomah mengikuti tharikat-tharikat tasawuf. Laurens mengupah ulama-ulama 
yang anti tharikat dan anti mazhab untuk menulis buku buku yang menyerang 
tharikat dan mazhab. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan 
dibiayai oleh pihak orientalis.

Contoh yang terkenal adalah penyalahgunaan perkataan Imam Syafi'i ra yang 
dikutip dari Manaqib Al Imam As Syafi'i yang ditulis oleh Imam Al Baihaqi yakni 
ungkapan "Jika seorang belajar tasawuf di pagi hari, sebelum datang waktu 
dhuhur engkau akan dapati dia menjadi orang dungu." Penjelasan perkataan Imam 
Syafi'i ra tersebut telah disampaikan dalam tulisan pada 
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/05/06/apakah-tasawuf/

Silahkan periksa kurikulum atau silabus pada perguruan tinggi Islam maka 
tasawuf adalah tentang ihsan atau tentang akhlak

Ahmad Shodiq, MA-Dosen Akhlak & Tasawuf, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 
mengatakan dahulu di pesantren, pendidikan akhlak diajarkan bukan hanya level 
teoritis, tetapi praktis, sehari-hari, membentuk sub-kultur yang berbeda dengan 
hedonisme masyarakat luar pesantren.

Pendidikan akhlak (tasawuf) terlembaga, tidak dalam kurikulum formal, tetapi 
dalam tradisi wirid, keberanian mengutamakan motivasi keilahian diatas tarikan 
ego, menjadikan standar minimalis bagi materi, dan maksimalis bagi 
spiritualitas. Dan setelah itu, tidak perlu nilai : C, untuk mata pelajaran 
akhlak.

Pendidikan akhlak (tasawuf) merupakan dilema, antara jauhnya standar akhlak 
menurut kualitas hidup sufi, dengan angkuh sistem pendidikan. Dilema sistemik 
ini dipersedih oleh fakta bahwa para gurupun ternyata jauh dari standar akhlak, 
dalam sebuah ruang kelas, dimana para murid hanya mencari coretan nilai, atau 
sebatas titik absensi. Selengkapnya telah disampaikan dalam tulisan pada 
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/07/pendidikan-akhlak/

Pada hakikatnya upaya kaum Zionis Yahudi menjauhkan kaum muslim dari tasawuf 
adalah dalam rangka merusak akhlak kaum muslim sebagaimana mereka 
menyebarluaskan pornografi, gaya hidup bebas, liberalisme, sekulerisme, 
pluralisme, hedonisme dan lain lain.

Imam Sayyidina Ali ra menasehatkan puteranya "Sejak awal aku bermaksud menolong 
mengembangkan akhlak yang mulia dan mempersiapkanmu menjalani kehidupan ini. 
Aku ingin mendidikmu menjadi seorang pemuda dengan akhlak karimah, berjiwa 
terbuka dan jujur serta memiliki pengetahuan yang jernih dan tepat tentang 
segala sesuatu di sekelilingmu".  Nasehat selengkapnya dalam tulisan pada  
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/06/26/2010/11/04/nasehat-sayyidina-ali-ra/
   Imam Sayyidina Ali ra dalam nasehatnya telah menegaskan bahwa pengembangan 
akhlak yang mulia adalah hal yang utama dalam menjalankan kehidupan ini.

Tasawuf adalah jalan untuk mencapai muslim yang ihsan yakni muslim yang 
bermakrifat

Muslim yang bermakrifat atau muslim yang menyaksikan Allah ta'ala dengan hati 
(ain bashiroh) adalah muslim yang selalu meyakini kehadiranNya, selalu sadar 
dan ingat kepadaNya.

Imam Qusyairi mengatakan "Asy-Syahid untuk menunjukkan sesuatu yang hadir dalam 
hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga 
seakan-akan pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksikan-Nya, 
sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati 
seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi)"

Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam 
berkata: "Seutama-utama iman seseorang, jika ia telah mengetahui (menyaksikan) 
bahwa Allah selalu bersamanya, di mana pun ia berada"

Rasulullah shallallahu alaihi wasallm bersabda "Iman paling afdol ialah apabila 
kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada". (HR. Ath 
Thobari)

حَدَّثَنَا 
أَبُو بَكْرِ 
بْنُ أَبِي 
شَيْبَةَ 
حَدَّثَنَا 
حَفْصٌ عَنْ 
عَبْدِ 
الْمَلِكِ 
عَنْ عَطَاءٍ 
عَنْ ابْنِ 
عَبَّاسٍ 
قَالَ رَآهُ 
بِقَلْبِه

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan 
kepada kami Hafsh dari Abdul Malik dari `Atha' dari Ibnu Abbas dia berkata, 
"Beliau telah melihat dengan mata hatinya." (HR Muslim 257)

Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi'lib 
Al-Yamani, "Apakah Anda pernah melihat Tuhan?"
Beliau menjawab, "Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?"
"Bagaimana Anda melihat-Nya?" tanyanya kembali.
Sayyidina Ali ra menjawab "Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan 
manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati"

Sebuah riwayat dari Ja'far bin Muhammad beliau ditanya: "Apakah engkau melihat 
Tuhanmu ketika engkau menyembah-Nya?" Beliau menjawab: "Saya telah melihat 
Tuhan, baru saya sembah". "Bagaimana anda melihat-Nya?" dia menjawab: "Tidak 
dilihat dengan mata yang memandang, tapi dilihat dengan hati yang penuh Iman."

Jika belum dapat melihat Allah dengan hati (ain bashiroh) atau bermakrifat maka 
yakinlah bahwa Allah Azza wa Jalla melihat kita.

Lalu dia bertanya lagi, `Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ` Beliau menjawab, 
`Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya (bermakrifat), 
maka jika kamu tidak melihat-Nya (bermakrifat) maka sesungguhnya Dia 
melihatmu." (HR Muslim 11)

Firman Allah ta'ala yang artinya "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di 
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama" (QS Al Faathir [35]:28)

Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah 
Azza wa Jalla atau mereka yang selalu memandang Allah dengan hatinya (ain 
bashiroh), setiap akan bersikap atau berbuat sehingga mencegah dirinya dari 
melakukan sesuatu yang dibenciNya , menghindari perbuatan maksiat, menghindari 
perbuatan keji dan mungkar hingga dia dekat dengan Allah ta'ala karena 
berakhlakul karimah meneladani manusia yang paling mulia Sayyidina Muhammad 
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Tujuan beragama atau tujuan hidup adalah untuk menjadi muslim yang berakhlakul 
karimah

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda "Sesungguhnya aku diutus 
(Allah) untuk menyempurnakan Akhlak." (HR Ahmad)

Firman Allah ta'ala yang artinya,

"Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia". (QS Al-Qalam:4)

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik 
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari 
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah". (QS Al-Ahzab:21)

Imam Sayyidina Ali ra berpesan, "Allah subhanahu wa ta'ala telah menjadikan 
akhlak mulia sebagai perantara antara Dia dan hambaNya. Oleh karena 
itu,berpeganglah pada akhlak, yang langsung menghubungkan anda kepada Allah"

Salah satu tanda yang utama dari seorang muslim yang dekat dengan Allah adalah 
berakhlakul karimah sehingga akan berkumpul dengan Rasulullah shallallahu 
alaihi wasallam, para Nabi, para Shiddiqin dan Syuhada

Firman Allah ta'ala yang artinya,

"…Sekiranya kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya, niscaya tidak ada 
seorangpun dari kamu yang bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) 
selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa saja yang dikehendaki…" (QS 
An-Nuur:21)

"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada 
mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri 
akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk 
orang-orang pilihan yang paling baik." (QS Shaad [38]:46-47)

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang 
yang paling taqwa di antara kamu" (QS Al Hujuraat [49]:13)

"Tunjukilah kami jalan yang lurus , (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau 
beri ni'mat kepada mereka" (QS Al Fatihah [1]:6-7)

"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan 
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu : 
Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang 
sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya ." (QS An Nisaa [4]: 69)

Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah 
sehingga meraih maqom disisiNya dan menjadi kekasih Allah (wali Allah) adalah 
shiddiqin, muslim yang membenarkan dan menyaksikan Allah dengan hatinya (ain 
bashiroh) atau muslim yang bermakrifat. Bermacam-macam tingkatan shiddiqin 
sebagaimana yang diuraikan dalam tulisan pada 
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/14/2011/09/28/maqom-wali-allah

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda "sesungguhnya ada di antara 
hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para 
Syuhada'. Mereka dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada' pada hari kiamat karena 
kedudukan (pangkat) mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala" Seorang dari 
sahabatnya berkata, "siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah? Semoga kita 
dapat mencintai mereka". Nabi shallallahu `alaihi wasallam menjawab dengan 
sabdanya: "Mereka adalah suatu kaum yang saling berkasih sayang dengan anugerah 
Allah bukan karena ada hubungan kekeluargaan dan bukan karena harta benda, 
wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar 
dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakannya dan tiada 
mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita". (HR. an Nasai dan Ibnu 
Hibban dalam kitab shahihnya)

Hadits senada, dari `Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi 
wasallam bersabda, "Sesungguhnya diantara hamba-hambaku itu ada manusia manusia 
yang bukan termasuk golongan para Nabi, bukan pula syuhada tetapi pada hari 
kiamat Allah `Azza wa Jalla menempatkan maqam mereka itu adalah maqam para Nabi 
dan syuhada." Seorang laki-laki bertanya : "siapa mereka itu dan apa amalan 
mereka?"mudah-mudahan kami menyukainya". Nabi bersabda: "yaitu Kaum yang saling 
menyayangi karena Allah `Azza wa Jalla walaupun mereka tidak bertalian darah, 
dan mereka itu saling menyayangi bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh 
wajah mereka itu bercahaya, dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya, dan 
mereka itu tidak takut seperti yang ditakuti manusia, dan tidak susah seperti 
yang disusahkan manusia," kemudian beliau membaca ayat : " Ingatlah, 
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan 
tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS Yunus [10]:62)

Kaum yang dicintai-Nya dan mereka mencintai Allah adalah kaum muslim yang 
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap 
orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada 
celaan orang yang suka mencela.

Firman Allah ta'ala yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, barang siapa 
di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan 
suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang 
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap 
orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada 
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada 
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha 
Mengetahui." (QS Al Ma'iadah [5]:54)

 

Wassalam

 

Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830

Kirim email ke