Kategori Al-Masaa'il : Politik
Pemimpin Ideal
Oleh
Ustadz Abu Ihsan al-Atsari


Al-Mawardi rahimahullah dalam kitab al-Ahkâm ash-Shulthaniyah menyebutkan 
syarat-syarat seorang pemimpin, di antaranya:
Pertama, adil dengan ketentuan-ketentuannya.
Kedua, ilmu yang bisa mengantar kepada ijtihad dalam menetapkan permasalahan 
kontemporer dan hukum-hukum.
Ketiga, sehat jasmani, berupa pendengaran, penglihatan dan lisan, agar ia dapat 
langsung menangani tugas kepemimpinan.
Keempat, normal (tidak cacat), yang tidak menghalanginya untuk bergerak dan 
bereaksi.
Kelima, bijak, yang bisa digunakan untuk mengurus rakyat dan mengatur 
kepentingan negara.
Keenam, keberanian, yang bisa digunakan untuk melindungi wilayah dan memerangi 
musuh.

Nilai lebih dalam hal kebijakan, kesabaran, keberanian, sehat jasmani dan 
rohani serta kecerdikan merupakan kriteria yang mutlak harus dimiliki oleh 
seorang pemimpin. Tanpa memiliki kriteria itu, seorang pemimpin akan kesulitan 
dalam mengatur dan mengurus negara dan rakyatnya.

Muhammad al-Amin asy-Syinqithi menjelaskan, "Pemimpin haruslah seseorang yang 
mampu menjadi Qadhi (hakim) bagi rakyatnya (kaum muslimin). Haruslah seorang 
alim mujtahid yang tidak perlu lagi meminta fatwa kepada orang lain dalam 
memecahkan kasus-kasus yang berkembang di tengah masyarakatnya!"[1]

Ibnul-Muqaffa' dalam kitab al-Adabul-Kabir wa Adabush-Shaghir menyebutkan 
pilar-pilar penting yang harus diketahui seorang pemimpin: "Tanggung jawab 
kepemimpinan merupakan sebuah bala` yang besar. Seorang pemimpin harus memiliki 
empat kriteria yang merupakan pilar dan rukun kepemimpinan. Di atas keempat 
kriteria inilah sebuah kepemimpinan akan tegak, (yaitu): tepat dalam memilih, 
keberanian dalam bertindak, pengawasan yang ketat, dan keberanian dalam 
menjalankan hukum".

Lebih lanjut ia mengatakan: "Pemimpin tidak akan bisa berjalan tanpa menteri 
dan para pembantu. Dan para menteri tidak akan bermanfaat tanpa kasih sayang 
dan nasihat. Dan tidak ada kasih sayang tanpa akal yang bijaksana dan 
kehormatan diri".

Dia menambahkan: "Para pemimipin hendaklah selalu mengawasi para bawahannya dan 
menanyakan keadaan mereka. Sehingga keadaan bawahan tidak ada yang tersamar 
baginya, yang baik maupun yang buruk. Setelah itu, janganlah ia membiarkan 
pegawai yang baik tanpa memberikan balasan, dan janganlah membiarkan pegawai 
yang nakal dan yang lemah tanpa memberikan hukuman ataupun tindakan atas 
kenakalan dan kelemahannya itu. Jika dibiarkan, maka pegawai yang baik akan 
bermalas-malasan dan pegawai yang nakal akan semakin berani. Jika demikian, 
kacaulah urusan dan rusaklah pekerjaan".

Ath-Thurthusyi dalam Sirâjul-Mulûk mengatakan: "Allah Subhanahu wa Ta'ala telah 
berfirman:

"Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebagaian 
yang lain, pasti rusaklah bumi ini" [al-Baqarah/2:251].

Yakni, seandainya Allah tidak menegakkan pemimpin di muka bumi untuk menolak 
kesemena-menaan yang kuat terhadap yang lemah dan membela orang yang dizhalimi 
atas yang menzhalimi, niscaya hancurlah orang-orang yang lemah. Manusia akan 
saling memangsa. Segala urusan menjadi tidak akan teratur, dan hiduppun tidak 
akan tenang. Rusaklah kehidupan di atas muka bumi. Kemudian Allah menurunkan 
karunia kepada umat manusia dengan menegakkan kepemimpinan. Allah l mengatakan, 
tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. -Qs. 
al-Baqarah/2 ayat 251- yaitu dengan mengadakan pemerintahan di muka bumi, 
sehingga kehidupan manusia menjadi aman.

Karunia Allah Azza wa Jalla atas orang yang zhalim, ialah dengan menahan 
tangannya dari perbuatan zhaliman. Sedangkan karunia-Nya atas orang yang 
dizhalimi, ialah dengan memberikan keamanan dan tertahannya tangan orang yang 
zhalim terhadapnya.

Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu telah meriwayatkan, bahwa Nabi Shallallahu 
'alaihi wa sallam bersabda:

"Tiga doa yang tidak tertolak: Doa pemimpin yang adil, orang yang puasa hingga 
berbuka, dan doa orang yang dizhalimi" [2].

Diriwayatkan, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Tujuh orang yang akan dinaungi Allah pada hari yang tiada naungan selain 
naungan-Nya: (1) Seorang imam yang adil (2) Seorang pemuda yang menghabiskan 
masa mudanya dengan beribadah kepada Allah. (3) Seorang yang hatinya selalu 
terkait dengan masjid. (4) Dua orang yang saling mencintai karena Allah, 
berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah. (6) Lelaki yang diajak 
seorang wanita yang cantik dan terpandang untuk berzina lantas ia berkata: 
"Sesungguhnya aku takut kepada Allah". (5) Seorang yang menyembunyikan 
sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh 
tangan kanannya. (6) Seorang yang berdzikir kepada Allah seorang diri hingga 
menetes air matanya." [3]

Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata,"Amal seorang imam yang adil terhadap 
rakyatnya sehari, lebih utama daripada ibadah seorang ahli ibadah di tengah 
keluarganya selama seratus atau lima puluh tahun."

Qeis bin Sa'ad berkata,"Sehari bagi imam yang adil, lebih baik daripada ibadah 
seseorang di rumahnya selama enam puluh tahun."

Masruq berkata,"Andaikata aku memutuskan hukum dengan hak sehari. maka itu 
lebih aku sukai daripada aku berperang setahun fi sabilillah."

Diriwayatkan bahwa Sa'ad bin Ibrâhîm, Abu Salamah bin Abdurrahmân, Muhammad bin 
Mush'ab bin Syurahabil dan Muhammad bin Shafwan berkata kepada Sa'id bin 
Sulaiman bin Zaid bin Tsabit: "Menetapkan hukum secara hak satu hari, lebih 
utama di sisi Allah, daripada shalatmu sepanjang umur".
Kebenaran perkataan ini akan nampak jelas, jika melihat kebaikan yang 
didapatkan rakyat karena kebaikan pemimpinnya.

Wahab bin Munabbih rahimahullah berkata,"Apabila seorang pemimpin berkeinginan 
melakukan kecurangan atau telah melakukannya, maka Allah akan menimpakan 
kekurangan pada rakyatnya di pasar, di sawah, pada hewan ternak dan pada segala 
sesuatu. Dan apabila seorang pemimpin berkeinginan melakukan kebaikan dan 
keadilan atau telah melakukannya niscaya Allah akan menurunkan berkah pada 
penduduknya."

Umar bin 'Abdul-Aziz rahimahullah berkata,"Masyarakat umum bisa binasa karena 
ulah orang-orang (kalangan) khusus (para pemimpin). Sementara kalangan khusus 
tidaklah binasa karena ulah masyarakat. Kalangan khusus itu adalah para 
pemimpin. Berkaitan dengan makna inilah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
••
"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang 
yang zhalim saja di antara kamu" [al-Anfâl/8:25].

Al-Walid bin Hisyam berkata,"Sesungguhnya rakyat akan rusak karena rusaknya 
pemimpin, dan akan menjadi baik karena baiknya pemimpin."

Sufyan ats-Tsauri berkata kepada Abu Ja'far al-Manshur: "Aku tahu, ada seorang 
lelaki yang bila ia baik, maka umat akan baik; dan jika ia rusak, maka rusaklah 
umat." Abu Ja'far al-Manshur (ia adalah pemimpin) bertanya: "Siapa dia?" Sufyan 
menjawab: "Engkau!"

Pemimpin yang paling baik ialah pemimpin yang ikut berbagi bersama rakyatnya. 
Rakyat mendapat bagian keadilan yang sama, tidak ada yang diistimewakan. 
Sehingga pihak yang merasa kuat tidak memiliki keinginan melakukan 
kezhalimannya. Adapun pihak yang lemah tidak merasa putus asa mendapatkan 
keadilan. Dalam sebuah kata-kata hikmah disebutkan: Pemimpin yang baik, ialah 
pemimpin yang orang-orang tak bersalah merasa aman dan orang-orang yang 
bersalah merasa takut. Pemimpin yang buruk, ialah pemimpin yang orang-orang tak 
bersalah merasa takut dan orang-orang yang bersalah merasa aman."

Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu 'anhu berkata kepada al-Mughirah ketika 
mengangkatnya menjadi gubernur Kufah: "Hai Mughirah, hendaklah orang-orang baik 
merasa aman denganmu dan orang-orang jahat merasa takut terhadapmu".

Dalam sebuah kata-kata hikmah disebutkan: Seburuk-buruk harta, ialah yang tidak 
diinfakkan. Seburuk-buruk teman, ialah yang lari ketika dibutuhkan. 
Seburuk-buruk pemimpin, ialah pemimpin yang membuat orang-orang baik takut. 
Seburuk-buruk negeri, ialah negeri yang tidak ada kemakmuran dan keamanan. 
Sebaik-baik pemimpin, ialah pemimpin yang seperti burung elang yang dikelilingi 
bangkai, bukan pemimpin yang seperti bangkai yang dikelilingi oleh burung elang.

Oleh karena itu dikatakan, pemimpin yang ditakuti oleh rakyat lebih baik 
daripada pemimpin yang takut kepada rakyat.

Seorang pemimpin, hendaklah juga memiliki sifat pemaaf. Maaf dari orang yang 
kuat adalah fadhilah. Sifat pemaaf yang dimiliki pemimpin, ibarat mahkota bagi 
seorang raja. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengatakan:

"Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta 
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh". [al-A'râf/7:199].

Demikian pula firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menganjurkan memberi maaf:

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun 
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. 
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan". [Ali 'Imrân/3:134].

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan 
keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. -asy-Syûra/42 ayat 37- 
kecuali bila yang dilanggar itu adalah hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala.

'Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata,"Aku tidak pernah melihat Rasulullah 
Shallallahu 'alaihi wa sallam membalas dendam terhadap kezhaliman yang 
dilakukan terhadap beliau. Hanya saja, bila sesuatu dari hukum Allah dilanggar, 
maka tidak ada satupun yang dapat menghadang kemarahan beliau Shallallahu 
'alaihi wa sallam."

Ketika Uyainah bin Hishn masuk menemui Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu 
'anhu, ia berkata: "Hai Ibnul-Khaththab, demi Allah, engkau tidak memberi kami 
secara cukup dan engkau tidak menghukum di antara kami secara adil!" Marahlah 
Umar dan beliau ingin memukulnya. Salah seorang saudaranya berkata: "Hai 
Amirul- Mukminin, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman, (yang 
artinya): Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, 
serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. -al-A'râf/7 ayat 199 dan 
sesungguhnya dia ini termasuk orang bodoh".

Demi Allah, ketika ia mendengar ayat itu dibacakan, Umar tidak jadi memukulnya. 
Karena Umar seorang yang sangat komitmen mengikuti Kitabullah.

Seorang pemimpin hendaklah memiliki sifat kasih sayang. Nabi Shallallahu 
'alaihi wa sallam bersabda:
"Sayangilah orang-orang di bumi, niscaya Allah yang ada di langit akan 
menyayangimu". [HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani t dalam 
Shahih Sunan at Tirmidzi, no. 1924]

Orang yang paling berhak menjadi pemimpin ialah yang paling kasih lagi paling 
penyayang. Sebaik-baik pemimpin ialah yang bisa menjadi teladan dan pemberi 
hidayah bagi rakyatnya, dan seburuk-buruk pemimpin ialah pemimpin yang 
menyesatkan. Dahulu dikatakan, bahwa rakyat berada di bawah agama pemimpinnya. 
Jika bagus agama pemimpinnya, maka bagus pulalah agama rakyatnya. Jika kacau 
agama pemimpinnya, maka kacau pulalah agama rakyatnya.

Dalam hadits Tsauban Radhiyallahu 'anhu dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 
sallam, ia bersabda:
"Sesungguhnya, yang paling aku khawatirkan atas dirimu ialah imam-imam yang 
menyesatkan". [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan At-Tirmidzi, ia berkata: Hadits 
ini hasan shahîh]

Di dalam kitab ash-Shahîh disebutkan, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah 
bersabda:

"Sesungguhnya, Allah tidak mengangkat ilmu sekaligus dari umat manusia, namun 
Allah mengangkatnya dengan mewafatkan para ulama. Sehingga apabila tidak lagi 
tersisa seorang pun ulama, manusia mengangkat orang-orang jahil sebagai 
pemimpin. Ketika ditanya, mereka mengeluarkan fatwa tanpa dasar ilmu. Akhirnya 
mereka sesat lagi menyesatkan" [4].

Imam ath-Thurthûsyi rahimahullah berkata,"Resapilah hadits ini baik-baik. 
Sesungguhnya, musibah menimpa manusia bukan karena ulama, bila para ulama telah 
wafat lalu orang-orang jahil mengeluarkan fatwa atas dasar kejahilannya, saat 
itulah musibah menimpa manusia."

Ia melanjutkan perkataannya: "Umar Ibnul-Khaththab Radhiyallahu 'anhu telah 
menerangkan maksud tersebut. Dia berkata,'Seorang yang amanat tidak akan 
berkhianat. Hanya saja pengkhianat diberi amanat, lantas wajar saja kalau ia 
berkhianat'."

Wallahu a'lam bish-Shawab.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan 
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi Km.8 Selokaton 
Gondangrejo Solo 57183, Telp. 0271-761016]
________
Footnote
[1]. Adhwâ'ul-Bayân, I/67.
[2]. HR. at Tirmidzi dan Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al 
Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Ibnu Majah, no. 1432
[3]. HR. Bukhari dan Muslim
[4]. HR. Bukhari
***** This message may contain confidential and/or privileged information. If 
you are not the addressee or authorized to receive this for the addressee, you 
must not use, copy, disclose or take any action based on this message or any 
information herein. If you have received this communication in error, please 
notify us immediately by responding to this email and then delete it from your 
system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the proper and complete 
transmission of the information contained in this communication nor for any 
delay in its receipt. *****


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
 Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar 
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    daarut-tauhiid-dig...@yahoogroups.com 
    daarut-tauhiid-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    daarut-tauhiid-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke