Keikhlasan, Penentu dalam Barisan Dakwah oleh: *Shalih Hasyim*
*DI MASYARAKAT *dikenal istilah, *Teman senasib seperjuangan. *Istilah ini biasa dipakai dalam ikatan persahabatan dan ikatan di masa-masa awal perjuangan. Bisa terjadi pada hubungan ikatan pertemanan sekolah, ikatan kerja bahkan ikatan dalam perjuangan dakwah. Masa-masa awal perjuangan biasanya adalah masa-masa manis penuh kenangan yang tak mudah begitu saja dilupakan. Maklum, masa awal biasanya penuh perjuangan, prihatin bahkan berdarah-darah. Seseorang/kelompok/perusahaan/lembaga bisa menjadi besar karena melewati masa-masa manis seperti ini. Namun jangan keliru, kadangkala, perjalanan manis itu banyak pula berbuah petaka yang justru menyebabkan perpecahan di saat masa-masa sulit sudah terlewati. Berapa banyak orang/kelompok/perusahaan pecah justru di saat mereka berada di posisi puncak? Begitu pula yang terjadi pada kelompok-kelompok yang bergelut pada lembaga dakwah dan perjuangan umat. *Ikhlas, iman dan Thagha'* **Salah satu pengganggu utama dalam perjuangan dakwah adalah masalah keikhlasan. Tidak sedikit orang berubah pandangan dalam perjuangan dakwah justru karena godaan yang satu ini. Tidak sedikit orang pecah dalam wadah perjuangan hanya karena faktor keikhlasan. Bahkan karena faktor-faktor kecil dan sepele saja, melupakan tujuan utama dakwah dan sejarah perjuangan masa lalu mereka yang telah dikumpulkan dengan berdarah-darah. Urusan jabatan, perbedaan tugas, kewajiban, gaji, perolehan dll serta penyakit yang masuk kategori *thaqha *(melampau batas) dan jenis penyakit hati, bisa mengganggu dan membuat berubahnya seseorang dalam perjuangan dakwah. Sesungguhnya, orang beriman itu lahir dan batinnya tidaklah ada perbedaan. Karena iman itu perpaduan dari amalan hati, lisan dan anggota tubuh. Jika iman sudah merasuk ke lubuk hati yang paling dalam, ketulusan dan kesejukan hati akan muncul. Maka bahaya laten virus ruhani *takatsur* (saling berebut pengaruh, jabatan, lahan pekerjaan, berebut massa dll) yang menjadi pintu masuknya tiga penyakit berbahaya (*thoma*yang diwariskan oleh Adam, sombong yang diwariskan oleh setan dan hasud yang diwariskan oleh Qabil) akan lenyap. ÅöíøóÇßõãú æóÇáúßöÈúÑó ÝóÅöäøó ÅöÈúáöíúÓó Íóãóáóåõ ÇáúßöÈúÑõ ÃóáÇøó íóÓúÌõÏó öáÂÏóãó æóÅöíøóÇßõãú æóÇáúÍöÑúÕó ÝóÅöäøó ÂÏóãó Íóãóáóåõ ÇáúÍöÑúÕõ Úóáóì Ãóäú Âßóáó ÇáÔóÌóÑóÉó æóÅöíøóÇßõãú æóÇáúÍóÓóÏó ÝóÅöäøó ÇÈúäóíó ÂÏóãó ÞóÊóáó ÃóÍóÏõåõãóÇ ÇúáÂÎóÑó ÍóÓóÏðÇ åõäøó ÃóÕúáõ ßõáøö ÎóØöíúÆóÉò (ÑæÇå ÇÈä ÚÓÇßÑ Úä ÇÈä ãÓÚæÏ ÑÖí Çááå Úäå) *Waspada dan jauhi al-kibr (sombong), karena sesungguhnya Iblis terbawa sifat al-kibr sehingga menolak perintah Allah subhanahu wa taala agar bersujud (menghormati) kepada Adam alaihis salam. Waspada dan jauhi al-hirsh (serakah), karena sesungguhnya Adam alaihis salam terbawa sifat al-hirsh sehingga makan dari pohon yang dilarang oleh Allah subhanahu wa taala. Waspada serta jauhi al-hasad (dengki), karena sesungguhnya kedua putra Adam alaihis salam salah seorang dari keduanya membunuh saudaranya hanya karena al-hasad. Ketiga sifat tercela itulah asal segala kesalahan (di dunia ini).* (HR Ibnu Asakir dari Ibnu Masud, dalam Mukhtaru al-Ahadits). Jadi, iman, *thagha *(melampui batas) termasuk penyakit hati lain tidak akan dapat dikompromikan dan dipersandingkan hingga hari kiamat. Iman dan thagha bagaikan air dan minyak tanah. Benturan peradaban yang dibangun dengan hawa nafsu dan peradaban yang dibangun di atas nilai-nilai keikhlasan akan terus berlangsung secara permanen. Çäú áóãú ÊõÔúÛöáú äóÝúÓóßó ÈÇö áØÇÚóÉö ÔóÛóáóÊúßó ÈÇöáúãóÚúÕöíóÉö Imam Syafii mengatakan, *Jika jiwamu tidak sibuk dalam ketaatan, maka akan menyibukkanmu dalam kemaksiatan. *Karenanya, mustahil, ada dua perbuatan bertemu saling kontradiktif (bertentangan) satu sama lain dalam satu rongga hati. Sebagaimana tidak mungkin menyatunya al Haq dan al Bathil. Kebohongan dan kejujuran, keaslian dan kepalsuan, keikhlasan dan riya serta sumah. ãøóÇ ÌóÚóáó Çááøóåõ áöÑóÌõáò ãøöä ÞóáúÈóíúäö Ýöí ÌóæúÝöåö *Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya (QS. *Al Ahzab (33) : 4). Sekalipun thagha dan penyakit hati itu abstrak, kita tidak dapat mendeteksinya, tetapi efek yang ditimbulkannya dapat dirasakan dan menimbulkan kontaminasi lingkungan sosial. Tagha disamping memberikan dampak negatif kepada pelakunya, pula berdampak sosial. Kelemahan apapun tidak dapat menghalangi seseorang untuk membangun sinergi kepada yang lain, kecuali kelemahan thagha. Kita, sulit menyerap konsep perjuangan kita, kemungkinan di dalam diri kita masih bersemayam sikap thagha. *Indikator Keikhlasan* Ada beberapa indikator perilaku thagha itu nampak pada pelakunya dan bagaimana ia menyikapi dan menempatkan dirinya dan pandangannya ia dalam menyikapi dan menempatkan orang lain. Di antara beberapa indikator yang dijadikan standarisasi bahwa seseorang itu terbebas dari penyakit *thagha.* *Pertama*: Khawatir terhadap popularitas dan keharuman nama pada dirinya dan agamanya, terutama jika ia termasuk orang yang berpotensi. Ia meyakini sepenuh hati bahwa Allah menerima amal berdasarkan niat (motivasi intrinstik) yang tersimpan di dalam batin, tidak dengan penampilan dan asesoris lahiriyah. Ia juga meyakini sekalipun ketenaran namanya telah tersebar ke seluruh penjuru, ke sudut-sudut kota dan perkampungan, namun tidak seorangpun yang bisa dijamin dapat membebaskan dan menebusnya serta menyelamatkannya dari siksa neraka. Fenomena inilah yang menyebabkan ulama salaf dan orang-orang shalih sebelum kita takut terhadap fitnah ketenaran, tipuan pangkat, keharuman nama, dan mereka juga memperingatkan kepada murid-muridnya dari hal-hal tersebut. Imam Al-Ghozali telah meriwayatkan beberapa kisah tentang hal ini. Ibrahim bin Adham (putra mahkota yang lebih memilih tinggal di pondok pesantren), berkata : Tidak akan jujur kepada Allah Subhanahu Wataala orang yang mencintai ketenaran. Sulaim bin Hanzhalah berkata: Saat kami berjalan di belakang Ubai bin Kaab ra tiba-tiba Umar ra melihatnya, lantas Umar mengangkat cemeti yang diarahkan kepadanya. Maka Umar berkata, Wahai Amirul Mukminin, apa yang hendak kamu lakukan? Umar ra menjawab: Ini merupakan kehinaan bagi yang mengikuti dan yang diikuti. Kisah tersebut menggambarkan ketajaman pandangan Umar bin Khathab tentang suatu fenomena yang awalnya terlihat sederhana, namun dapat mengakibatkan terjadinya hal serius dan berdampak krusial dalam diri orang-orang yang mengikuti dan dalam diri para pemimpin yang diikuti. Al Hasan meriwayatkan bahwa pada suatu hari Ibnu Masud keluar dari rumahnya, lantas beberapa orang berjalan di belakangnya (mengikutinya). Maka ia menoleh kepada mereka seraya berkata: Kenapa kalian mengikutiku? Demi Allah, andai kalian mengetahui apa yang kurahasiakan, tentu tiada dua orang pun dari kaian yang mau mengikutiku. Al Hasan berkata: Sesungguhnya suara sandal di sekitar orang dapat menggoyahkan hati orang yang bodoh. Pada suatu hari Al Hasan keluar dari rumah, lantas diikuti oleh banyak orang. Maka ia berkata kepada mereka : Aapakah kalian mempunyai suatu keperluan? Bila tidak ada keperluan maka bukankah hal ini dapat menjadikan hati orang beriman berbelok dari arah yang lurus? Abu Ayyub As-Sikhtiyani keluar untuk melakukan sebuah perjalanan, lalu beberapa orang mengikuti dari belakangnya. Maka ia berkata : Andai aku tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui hatiku membenci hal ini, tentu aku takut kemurkaan Allah Subhanahu Wataala. Ibnu Masud berkata: Jadilah kalian sebagai sumber mata air ilmu, lampu-lampu (cahaya) petunjuk, yang menetap di rumah-rumah, pelita di waktu malam yang hatinya selalu baru, dan yang kusut pakaiannya. (Jadilah kalian) orang yang dikenal oleh penduduk langit, tetapi tersembunyi dari penduduk bumi. Fudhail bin Iyadh berkata: Bila kamu mampu menjadi orang yang tidak di kenal, maka lakukanlah. Sebab apa kerugianmu bila kamu tidak dikenal? Apa kerugianmu bila tidak dipuji? Dan apa kerugianmu bila kamu menjadi orang yang tercela di hadapan manusia, tetapi terpuji di hadapan Allah? Riwayat-riwayat diatas jangan dipahami secara sempit dan sepotong-sepotong. Bukan dipahami sebagai seruan untuk uzlah (mengisolir diri), sebab orang-orang yang meriwayatkan kisah-kisah di atas adalah tokoh-tokoh dai yang terjun di lapangan kehidupan, bergaul dengan masyarakat, para pemandu kebaikan yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam memberikan arahan dan bimbingan di tengah-tengah masyarakat. Akan tetapi secara keseluruhan harus dipahami sebagai kewaspadaan, terhadap syahwat jiwa yang tersembunyi, dan kehati-hatian terhadap pntu-pintu dan jendela-jendela yang dapat dilalui setan menembus hati nurani. Pada prinsipnya popularitas itu bukan suatu hal yang tercela, sebab tiada yang lebih terkenal melebihi dari para Nabi dan Khulafaur Rasyidin. Karena itu, ketenaran yang tidak dipaksakan (tidak disengaja) dan bukan didasari oleh ambisi, tidak dipandang sebagai suatu cacat. Imam Al Ghozali mengatakan : (Ketenaran itu) fitnah bagi orang-orang yang lemah (keimanan), dan tidak demikian bagi orang-orang yang kuat (keyakinannya kepada Allah Subhanahu Wataala). *Kedua: *Orang yang ikhlas selalu menuduh dirinya teledor dalam menunaikan hak-hak Allah Subhanahu Wataala dan teledor dalam melakukan berbagai kewajiban. Hatinya tidak dirasuki oleh perasaan ghurur (tertipu) dan kekaguman terhadap diri sendiri, bahkan ia selalu takut jika kesalahan-kesalahannya tidak diampuni, dan amal shalihnya tidak diterima oleh Allah Subhanahu Wataala. Dahulu, sebagian orang shalih menangis pilu saat sedang sakit, lalu sebagian orang menjenguknya dan bertanya : Mengapa engkau menangis? Padahal engkau ahli puasa dan shalat malam, engkau telah berjihad, bersedekah, berhaji, mengajarkan ilmu, dan berdzikir. Ia enjawab : Siapa yang dapat menjamin bahwa itu semua memperberat timbangan amal baikku, dan siapa yang menjamin bahwa amalku di terima di sisi Tuhanku? Sedangkan Allah berfirman: æóÇÊúáõ Úóáóíúåöãú äóÈóÃó ÇÈúäóíú ÂÏóãó ÈöÇáúÍóÞøö ÅöÐú ÞóÑøóÈóÇ ÞõÑúÈóÇäÇð ÝóÊõÞõÈøöáó ãöä ÃóÍóÏöåöãóÇ æóáóãú íõÊóÞóÈøóáú ãöäó ÇáÂÎóÑö ÞóÇáó áóÃóÞúÊõáóäøóßó ÞóÇáó ÅöäøóãóÇ íóÊóÞóÈøóáõ Çááøåõ ãöäó ÇáúãõÊøóÞöíäó *Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil : "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.*" (QS: Al Maidah (5) : 27). At Tirmidzi meriwayatkan bahwa Aisyah ra berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam tentang ayat : æóÇáøóÐöíäó íõÄúÊõæäó ãóÇ ÂÊóæÇ æøóÞõáõæÈõåõãú æóÌöáóÉñ Ãóäøóåõãú Åöáóì ÑóÈøöåöãú ÑóÇÌöÚõæäó *Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.*(QS: Al Mukminun (23) : 60). Maksudnya, karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima tuhan. Aisyah berkata : Apakah mereka itu orang yang meminum khamar dan mencuri ?. Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam menjawab: Tidak, wahai putri Abu Bakar Ash Shiddiq. Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah. Tetapi, mereka takut kalau amal mereka tidak diterima (oleh Allah Subhanahu WataalaSubhanahu Wataala). Mereka inilah orang-orang yang bersegera menuju kepada berbagai kebajikan. *Ketiga: *Orang yang tulus lebih mencintai amal yang tersembunyi daripada amal yang diliputi oleh hiruk-pikuk publikasi dan gaung ketenaran. Ia lebih mengutamakan menjadi seperti akar pohon dalam suatu jamaah, akar itulah yang menjadikan pohon tegak dan hidup, akan tetapi ia tersembunyi di dalam tanah, tidak terlihat oleh mata manusia. Ia ingin seperti binatang penyu. Jika ia bertelur di tempat yang sepi, dapat menghasilkan 500-3000 buah. Setelah bertelur ia menyembunyikan diri. Berbeda dengan ayam, baru bertelur satu buah ia berteriak dengan keras. Dari Umar bin Khathab ra pada suatu hari ia keluar menuju masjid Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam Shallallahu alaihi Wassalam tiba-tiba ia menjumpai Muadz bin Jabal ra yang sedang duduk dan menangis di dekat makam Nabi Shallallahu alaihi Wassalam. Maka Umar bertanya kepadanya, apa yang menyebabkanmu menangis? Muadz menjawab : Saya menangis karena (ingat) sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam Shallallahu alaihi Wassalam. Saya mendengar Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam Shallallahu alaihi Wassalam bersabda: Sesungguhnya riya (beramal karena mencari pujian manusia) yang sangat kecil itu termasuk kemusyrikan. Dan sesungguhnya barangsiapa yang memusuhi wali Allah, maka berarti menantang perang dengan Allah. Sesungguhnya Allah Subhanahu Wataalamencintai orang-orang yang baik, yang bertakwa, dan tersembunyi. Yaitu orang-orang yang bila tidak ada, tidak dicari, dan bila sedang hadir tidak dipanggil dan tidak dikenal. Hati mereka adalah lampu-lampu (cahaya) penerang. Mereka keluar dari malam yang gelap gulita. (HR. Ibnu Majah). *Keempat*: Amalnya ketika memimpin dan saat menjadi anggota tidak berbeda, selama keduanya masih dalam rangka memberikan pelayanan pada gerakan dakwah. Hatinya tidak dirasuki suka tampil, selalu ingin di depan, selalu ingin number one, dan ambisi kepemimpinan, bahkan orang yang hatinya bersih lebih mengutamakan menjadi anggota biasa, karena khawatir tidak dapat menunaikan kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab kepemimpinannya. Dengan kata lain, orang ikhlas tidak ambisius terhadap jabatan untuk dirinya, tetapi jika diberi amanah, ia menerimanya dengan penuh tanggung jawab dan memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu Wataala. Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam menjelaskan profil manusia seperti itu dalam salah satu sabdanya : Berbahagialah seorang hamba yang memegang tali kudanya di jalan Allah, rambutnya acak-acakan, dan dua kakinya berdebu. Bila ia (ditugaskan) di pos penjagaan, maka ia di pos penjagaan tersebut, dan bila (ditempatkan) di barisan belakang, maka ia tetap di barisan belakang tersebut .........(*Fathul Bari*: 6/95, Nomor : 2887). Contoh keikhlasan memimpin dan dipimpin dalam sejarah Islam adalah apa yang dilakukan oleh Khalid bin Walid ra. Saat datang kepadanya surat penggantian dirinya sebagai panglima dari Amirul Mukminin, Umar bin Khathab. Karena kemaslahatan tertentu, maka Khalifah Islam II itu memerintahkan Khalid agar menyerahkan jabatannya kepada Abu Ubaidah Amir bin Jarrah ra. Padahal saat itu bendera sedang berada di tangan Khalid dan kaum Muslimin tengah memasuki kancah pertempuran yang terdahsyat dalam potongan sejarah Islam. Pasukan Islam tidak lebih dari 40.000 personil itu harus melawan pasukan kuat dari Persia dan Romawi yang jumlahnya tidak kurang dari 200.000 personil. Akan tetapi bendera tidak bergeser sedikit pun di tangannya. Dan perang tidak terhenti gara-gara masalah besar yang berkecamuk dalam jiwanya, ia melanjutkan peperangan hingga kemenangan berada di pihak pasukan Allah Subhanahu Wataala. Setelah itu, sebelum ia masuk ke dalam kemahnya, ia memanggil anak buahnya Abu Ubaidah di hadapan seluruh pasukan, lalu ia menyerahkan bendera, memakaikan sorban kepemimpinan dengan tangannya sendiri, lalu membacakan SK khalifah. Kemudian ia berkata kepada Abu Ubaidah: Saya adalah prajuritmu yang siap mendengar dan taat, wahai Abu Ubaidah. Maka, peristiwa itu menjadi teladan di sepanjang sejarah Islam. Sungguh, indah gambaran yang diungkapkan oleh seorang penyair Mesir, Hafizh Ibrahim tentang peristiwa tersebut! Tanyakan penakluk Persia dan Romawi, apakah dia puas Pada penaklukan, cukupkah baginya kemenangan beruntun (70 kali pertempuran) Ia berperang, dan kuda Allah Subhanahu Wataalaitu telah mengukir Kemenangan gemilang di ubun-ubunnya Tiada suatu negara pun kecuali mendengarnya Allahu Akbar, menggema di setiap penjurunya Khalid di jalan Allah, tengah menunggangnya Dan Khalid di jalan Allah, tengah mengendalikannya Tiba-Tiba datang kepadanya perintah khalifah, maka ia terima dengan legowo Dan kebanggaan terhadap jiwa, tidak membuatnya terluka (tersinggung). Ketika prajuritnya bertanya kepada Khalid tentang kebijakan Khalifah, Apakah anda tidak kecewa dan tersinggung dengan kebijakan Amirul Mukminin yang terkesan mendadak itu! Khalid menjawab: Aku berperang karena Allah Subhanahu Wataala. Bukan karena pemimpin saya, Umar bin Khathab. *Kelima*: Tidak menggubris keridhaan manusia, bila dibalik itu terdapat kemurkaan Allah Subhanahu Wataala. Sebab tabiat manusia berbeda-beda. Demikian pula cara berpikirnya, kecenderungannya, dan tujuan-tujuannya.Upaya mencari keridhaan mereka adalah batas yang mustahil dapat dicapai. Orang yang ikhlas tidak disibukkan oleh hal-hal yang sepele itu. Ia tenang, kontak batin dengan Allah Subhanahu Wataala. Seperti ahli syair yang mengungkapkan kecintaannya kepada Allah Subhanahu Wataala. Dengan-MU ada kelezatan meski hidup terasa pahit Kuharapkan ridha-MU meski seluruh manusia marah Kuharapkan hubunganku dengan-MU tetap harmonis Meski hubunganku dengan seluruh alam berantakan Bila cinta-MU kudapatkan, semua akan terasa ringan Sebab, semua yang diatas tanah adalah tanah belaka. *Keenam*: Kemurkaan dan keridhaannya, keengganan dan kesukaannya untuk memberi didasari karena Allah Subhanahu Wataala dan dalam timbangan agama. Bukan untuk kepentingan dirinya sendiri. Orang ikhlas tidak seperti orang munafik yang hanya meraih kepentingan pribadi. æóãöäúåõã ãøóä íóáúãöÒõßó Ýöí ÇáÕøóÏóÞóÇÊö ÝóÅöäú ÃõÚúØõæÇú ãöäúåóÇ ÑóÖõæÇú æóÅöä áøóãú íõÚúØóæúÇú ãöäåóÇ ÅöÐóÇ åõãú íóÓúÎóØõæäó *Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.* (QS: At Taubah (9) : 58). Kita dapat melihat orang yang berguguran di medan perjuangan karena memknai berjuang (mencari baju dan uang), atau dicela oleh saudaranya, teman dekatnya dan kerabatnya. Atau mendengarkan kata-kata yang melukai dan menyakiti perasaannya. Keikhlasan niat menjadikan seseorang tetap teguh, konsisten, komitmen di jalan perjuangan, sekalipun parah kerusakan yang ada di dalam barisan dakwah, karena ia beramal hanya untuk Allah Subhanahu Wataala. Bukan untuk kepentingan dirinya dan orang-orang terdekatnya. Dakwah adalah milik Allah Subhanahu Wataala bukan milik seseorang. Maka orang yang ikhlas tidak meninggalkan perjuangan hanya karena sikap seseorang. *Ketujuh*: Orang yang ikhlas tidak stagnan, jenuh, malas, berputus asa, karena panjangnya jalan yang akan dilalui, lamanya waktu memanen buah amal, tertundanya keberhasilan, banyaknya cita rasa dan kecenderungan. Sebab, ia beramal bukan semata-mata mencari kesuksesan, atau kemenangan. Akan tetapi ia beramal untuk mencari ridha Allah Subhanahu Wataala. Dan menjalankan perintah-Nya. Pada suatu hari nanti, Allah Subhanahu Wataala tidak akan menanyakan kepada manusia, mengapa kalian tidak memperoleh kemenangan? Akan tetapi Allah Subhanahu Wataala akan bertanya, Mengapa kalian tidak berjihad? Allah Subhanahu Wataala tidak menanyakan, Mengapa kalian tidak sukses? Tetapi, Allah akan bertanya, Mengapa kalian tidak beramal? *Kedelapan*: Bergembira dengan munculnya orang-orang yang berprestasi di dalam barisan dakwah, yang dapat mengibarkan bendera jihad serta berpartisipasi di dalamnya. Ia memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada setiap orang yang berbakat untuk menggantikan posisinya, tanpa sedikitpun menghalang-halangi, tanpa ada rasa keberatan, kedengkian. Bahkan orang yang ikhlas akan *legowo *(ridha) meninggalkan posisinya, bila ada orang lain yang lebih baik dan lebih kompeten untuk kedudukannya itu. Ia mempersilahkan orang tersebut maju, dan ia akan mundur dengan senang hati.* *Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com<http://www.hidayatullah.com/read/27955/02/04/2013/undefined>, tinggal di Kudus, Jawa Tengah * * * *sumber:* http://www.hidayatullah.com/read/27955/02/04/2013/keikhlasan,-penentu-dalam-barisan-dakwah-(2).html [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ ==================================================== Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam ==================================================== Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar ==================================================== website: http://dtjakarta.or.id/ ====================================================Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: daarut-tauhiid-dig...@yahoogroups.com daarut-tauhiid-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: daarut-tauhiid-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/