Assalamu'alaikum wr wb,

Perang Urat Saraf dan Tipuan Dajjal

Ini adalah satu contoh perang urat saraf. Di mana dalil dan logika bisa 
diputar-balikkan sehingga yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar. 
Terus terang ini mengingatkan saya akan Dajjal yang lihai menipu sehingga 
banyak orang mengira Api/Neraka adalah Air/Surga, demikian sebaliknya.
Dari Rib’iy bin Hirasy, katanya: “Saya berangkat dengan Abu Mas’ud al-Anshari 
ke tempat Hudzaifah al-Yaman ra, lalu Abu Mas’ud berkata kepadanya: 
“Beritahukanlah kepadaku apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah s.a.w. 
perihal Dajjal.” Hudzaifah lalu berkata: “Nabi s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya 
Dajjal itu keluar dan sesungguhnya beserta Dajjal itu ada air dan api. Adapun 
yang dilihat oleh para manusia sebagai air, maka sebenarnya itu adalah api yang 
membakar, sedang apa yang dilihat oleh para manusia sebagai api, maka 
sebenarnya itu adalah air yang dingin dan tawar. Maka barangsiapa yang menemui 
Dajjal diantara engkau semua, hendaklah masuk dalam benda yang dilihatnya 
sebagai api, karena sesungguhnya ini adalah air tawar dan nyaman sekali.” 
Setelah itu Abu Mas’ud berkata: “Sayapun benar-benar pernah mendengar yang 
seperti itu.” (Muttafaq ‘alaih)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2013/05/19/dajjal-sang-penipu/
Alhamdulillah saat remaja saya pernah belajar ilmu Mantiq / Logika (mudah2an 
ini berbagi dan bukan riya’) dan saat kuliah banyak belajar Logika Pemrograman, 
dsb. Dari situ kita bisa belajar analisa dan menarik kesimpulan yang tepat dgn 
berbagai metodologi seperti Deduksi, Induksi, dsb.
Secara umum kita bisa mengatakan semua manusia berkaki dua. Amir manusia, 
berarti Amir kakinya dua. Secara umum benar meski untuk beberapa kasus tertentu 
ada yg cuma punya 1 kaki bahkan tidak berkaki sama sekali.
Sebaliknya kita tidak bisa mengatakan semua manusia berkaki dua. Monyet berkaki 
dua. Berarti monyet adalah manusia. Kesimpulan keliru jika menggunakan premis 
yang keliru.
Rajin juga mencari seluruh dalil Al Qur’an dan Hadits berkaitan tentang satu 
topik, sehingga bisa mencari kebenaran yang sesungguhnya. Minimal menurut 
keyakinan saya lah meski 80% benar menurut saya mudah2an bisa menghantar ke 
surga dan terhindar dari neraka.
Contohnya ada beberapa ulama yang berbeda pendapat apakah Iblis dari Jin atau 
Malaikat karena beberapa ayat seolah2 menggambarkan Iblis adalah malaikat 
karena saat itu Iblis memang senantiasa bertasbih bersama Malaikat. Namun jika 
kita cari semua ayat tentang itu niscaya kita akan menemukan ayat yang 
menjelaskan Iblis itu dari Jin:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu 
kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin… 
(Kahfi 50)
Semakin banyak dalil kita kuasai, semakin sulit kita ditipu oleh Dajjal atau 
pengikut Dajjal yang kadang memang sengaja mengambil sepotong ayat untuk 
kepentingan mereka.
Begitu pula informasi yang kita dapat. Semakin banyak informasi yang kita 
kuasai dari berbagai sumber/sanad, semakin mudah kita menganalisa informasi 
mana yang benar dan mana yang salah.
Ini satu tulisan yang bagus dari pak Ali Akbar bagaimana seseorang bisa 
memberikan argumentasi yang meyakinkan. Orang awam akan tertipu jika tidak 
mengetahui argumen yang lebih kuat dan lebih logis. Pak Ali ini insya Allah 
seorang Sunni dan sedang belajar PBA at Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim 
Malang (paling tidak status FBnya begitu):
Ali Akbar Bin Agil:
Perang Urat Saraf yang Argumentatif
Dalam perang Shifin antara Ali putra Abu Thalib dan Muawiyah putra Abu Sufyan, 
terbunuhlah Ammar putra Yaasir, sahabat senior Nabi yang sangat disayang oleh 
beliau. Ammar berada di pihak Ali dalam perang saudara yang berdarah-darah itu. 
Prediksi Nabi tidak meleset bahwa Ammar akan tewas di tangan kelompok yang 
memberontak pemerintahan yang sah. Kata Nabi SAW, “Wahai Ammar, engkau akan 
dibunuh oleh kelompok pembangkang.”
Mengetahui Ammar tewas di tangan pasukan Muawiyah, kelompok Muawiyah mulai 
dilanda ketakutan dan rasa khawatir. Mereka mulai ragu akan jalan yang ditempuh 
oleh Muawiyah. Mereka balik meyakini bahwa langkah yang diambil oleh Muawiyah 
dan sekutunya adalah salah besar. Melihat gelagat keragu-raguan di pihaknya, 
Muawiyah menunjukkan kelihaiannya dalam mengangkat moral pasukannya. Dia 
berkata, “Orang yang membunuh Ammar adalah orang yang membawanya ke dalam 
peperangan ini. Dialah yang membunuh dan masuk golongan pemberontak,” kata 
Muawiyah berkelit.
Mendengar ucapannya, para tentara mulai sedikit tenang. Namun rasa tenang itu 
buyar ketika dibalas oleh Ali dengan jawaban yang tidak kurang argumentatif. 
Katanya, “Jika dia mengatakan bahwa yang membunuh Ammar adalah orang yang 
membawanya, berarti yang membunuh umat Islam dalam perang Badar adalah Rasul 
SAW sendiri karena beliaulah yang membawa para sahabat dalam medan perang; jika 
dia mengatakan bahwa yang membunuh Ammar adalah orang yang membawanya, berarti 
yang membunuh pasukan Islam dalam perang Uhud dan perang-perang lainnya adalah 
Rasul SAW sendiri bukan orang kafir, sebab beliaulah yang membawa para sahabat 
dalam jihad tersebut.”
Mendengar jawaban jitu yang meluncur dari Ali bin Abi Thalib, pasukan Muawiyah 
tidak bisa berkata apa-apa lagi.
***
Perang urat saraf yang argumentatif pernah terjadi di masa hidup Muhammad Abduh 
yang ketika itu sedang berada di Perancis untuk menghadiri sebuah acara. Dalam 
lawatannya itu Abduh ditanya oleh sejumlah cendekiawan di sana, “Kalian (Umat 
Islam) mengatakan bahwa babi haram, karena memakan sampah yang mengandung 
cacing pita, mikroba dan bakteri-bakteri lainnya. Tapi itu sudah tidak berlaku. 
Pasalnya, sudah ditemukan alat yang mampu membersihkan babi dari 
kotoran-kotoran yang dilengkapi plus sistem peternakan yang modern. Dengan 
begitu, kebersihannya sangat terjamin.”
Menjawab gugatan keharaman mengonsumsi babi, Abduh meminta kepada mereka untuk 
menghadirkan dua ekor ayam jantan beserta satu ayam betina dan dua ekor babi 
jantan beserta satu babi betina. Tidak lama, permintaan Abduh dipenuhi. Kedua 
ayam jantan dan satu betina dilepas. Apa yang terjadi? Kedua ayam pejantan 
bertarung habis-habisan, mati-matian, untuk mendapatkan ayam betina, sampai 
nyaris tewas. Abduh meminta agar kedua ayam tadi dipisahkan.
Lepas itu, Abduh meminta kedua babi jantan dan satu babi betina diletakkan di 
sebuah tempat. Berbeda dengan keadaan ayam-ayam tadi yang saling ‘baku pukul’ 
untuk merebutkan ‘hati’ si betina. Kali ini justru sesama babi jantan saling 
membantu untuk menyalurkan hasrat seksualnya, tanpa rasa cemburu, tanpa harga 
diri atau rasa keinginan untuk menjaga babi betina dari temannya.
Usai ‘pertandingan’ antara dua jenis hewan tersebut, Abduh melontarkan 
argumentasinya mengapa babi tetap diharamkan meski telah ditemukan alat modern 
untuk membersihkan kotoran-kotoran yang ada pada babi. “Saudara-saudara, daging 
babi membunuh gairah orang yang memakannya. Itulah yang akan terjadi pada diri 
kalian. Seorang laki-laki dari kalian akan membiarkan begitu saja saat melihat 
istrinya bersama lelaki lain, tanpa rasa cemburu. Dan, seorang bapak di antara 
kalian juga akan membiarkan melihat anak perempuannya bersama lelaki asing, 
tanpa rasa was-was. Daging babi itu akan menularkan sifat-sifatnya pada orang 
yang memakannya.”
—–
Adakalanya kita perlu menyampaikan materi dakwah yang lebih bersifat 
rasional-argumentatif tanpa meninggalkan dalil normatif. Di tengah arus zaman 
yang mengandung energi kebaikan sekaligus kemakskiatan, kita butuh 
jawaban-jawaban yang mendiamkan, menutup rapat-rapai lisan orang yang mencoba 
mencederai ajaran dan keyakinan.

Kirim email ke