Dukungan orang banyak terhadap Megawati, cabo dwi-fungsi dan cabo
    avonturir politik ini adalah 'nightmare', nighmare yang mirip dengan yang
    dimaksudkan oleh Karl Marx ketika filsuf itu menganalisa situasi Perancis
    dalam bukunya "18 Brumaire". 

    Megawati, karena dia anak Soekarno akan didukung (mayoritas) orang abangan
    di Jawa Timur, Bali, sebahagian Jawa Tengah. Apapun yang  dikatakan
    Megawati, apapun yang dilakukan oleh Megawati. 

    Seperti juga Abdurrachman Wahid, yang betapapun langkahnya salah dilihat
    dari segi moral dan segi politik akan selalu di 'pahami' oleh sebahagian
    santri (constituency NU) dan ... orang Nasrani. (Cf. antara lain rangkaian
    tulisan LEON di Indonesia-l ).  Atau majoritas orang Minangkabau  yang akan
    memilih 'baris' Natsir atau Hamka dst.dst.  

    Sekali lagi, kenyataan sosiologis ini tidak hanya terdapat di Indonesia,
    tapi juga terdapat di negara demokratik. 

    Bedanya terutama dalam skala: di Indonesia hampir seluruh masyarakat
    pedesaan - yang majoritas penduduk Indonesia - dan juga urban menurutkan
    patron berfikir ini sedangkan di Eropa sektor opini umum yang menurutkan
    patron berfikir lain jauh lebih besar.    

    Dan yang mengkhawatirkan - terlepas dari konstatasi sosiologis ini -
    adalah bahwa Megawati yang geblek lagi tidak becus itu sekarang ini sedang
    dicaboi oleh avonturir politik seperti Frans Seda, Sabam,  Theo Syafei dll.

    Ngeri! 

    Makanya saya anggap, tugas demokrat adalah untuk menghalangi sekuat tenaga
    agar PDI-Perjuangan tidak mempunyai peluang untuk ikut menentukan politik
    di Indonesia. 

    Megawati adalah bahaya untuk usaha penegakkan demokrasi! 

Jusfiq

=========================================

Date sent:              Wed, 31 Mar 1999 13:05:04 +0800
To:                     [EMAIL PROTECTED]
From:                   [EMAIL PROTECTED] (Redaksi PEMBEBASAN)
Subject:                [Minangkabau] Soal Mega Calon Presiden
Send reply to:          [EMAIL PROTECTED] (Redaksi PEMBEBASAN)

> Catatan : Kami posting milist dari reformasitotal ini. 
> Sekaligus kami akan menjelaskan posisi dukungan PRD 
> terhadap Megawati pada saat PRD dideklarasaikan 3 tahun lalu :
> 
> 1. Dukungan itu adalah critical-support, bukan tanpa reserve.
> 
> 2. Dukungan diberikan kepada PDI cq Megawati bukan karena 
> sikap politiknya atau kualitasnya (yang memang sejak dahulu buruk), 
> tapi karena Mega/PDI sedang dizalimi rejim. Jadi, dukungan 
> tersebut lebih merupakan advokasi. Bagi PRD, siapapun yang 
> dizalimi dan ditindas harus dibela apapun latar belakang dan 
> garis politik mereka, ini seperti halnya PRD membela PKI, membela NII,
> membela Kasus Tj. Priuk, membela kasus Lampung, juga membela partai-partai
> yang digagalkan ikut pemilu.
> 
> 3. Dukungan PRD terhadap pencalonan Mega sebagai presiden (dulu) 
> adalah dukungan MORAL (bukan politik), karena waktu itu hanya Soeharto
> yang boleh menjadi calon presiden dan Megawati dijegal antara lain karena
> mencalonkan diri sebagai presiden. Sedang PRD sendiri berpandangan bahwa
> Megawati sendiri tak akan mampu memimpin republik ini dan tidak akan mampu
> membawa periubahan (ke arah demokrasi) karena ia sendiri feodal dan
> merupakan pemimpin dari sebuah partai yang tidak demokratis. Apalagi
> sekarang Megawati sudah menjadi musuh demokrasi dengan ditandai menolak
> Timor Timur merdeka. PRD sendiri sudah mempunyai calon pemimpin mendatang,
> yaitu Ditasari (ketua PPBI yang masih dipenjara) sebagai Perdana Menteri
> dan Budiman (ketua PRD yang masih dalam penjara Cipinang ) sebagai
> presiden. PRD akan memperjuangkan Trias Politika yang tegas dan kabinet
> parlementer, dimana kekuasaan presiden hanyalah kepala Negara sedang
> kepala pemerintahan dipegang PM yang bisa dijatuhkan oleh DPR
> sewaktu-waktu jika menyimpang dan tak mampu.
> 
> ---------------------------------------------
> 
> MEREKA BICARA TENTANG MEGA
> ==========================
> 
> Dr. Arief Budiman (Aktivis Demokrasi):
> --------------------------------------
> "Kita tidak bisa memahami kenapa saat mahasiswa membutuhkan
> kehadiran Mega di Semanggi, kok kita hanya mendapat pesan
> dari Satpamnya bahwa Mega tidak bisa diganggu karena sedang
> tidur".
> -Tekad, Edisi 15-21 Maret 1999
> 
> Nursyahbani K. (Ketua LBH APIK):
> --------------------------------
> 1. "Terus-terang saya sampai gemes sekali dengan sikap
> diamnya. Waktu mahasiswa ke DPR, Mega tidak menyatakan
> apapun".
> 2. "Untuk jadi presiden, kapasitas Mega masih kurang. Ini
> terutama (berkaitan) dengan kondisi Indonesia seperti
> sekarang ini. Kita sekarang memerlukan pemimpin yang
> kreatif dan penuh inovasi. Dan Mega belum mempunyai
> kedua-duanya. Mega itu feodal".
> -Tekad, Edisi 15-21 Maret 1999
> 
> Rachmat Witoelar (Barnas):
> --------------------------
> "Kita memang kecewa dengan sikap politik Mega yang terlalu
> banyak diam. Padahal banyak kejadian politik yang mestinya
> memerlukan tanggapan dia sebagai ketua partai"
> -Tekad, Edisi 15-21 Maret 1999
> 
> Dr.J.Kristiadi (Direktur Eksekutif CSIS):
> -----------------------------------------
> "Megawati jangan hanya diam saja. Pola silent is golden
> bisa menjadi bumerang. Kalau begitu terus pamor Megawati
> bisa runtuh. Apa yang selama ini dilakukan Megawati? Apa
> sikap politiknya? Semuanya kan belum ada. Contohnya, saya
> belum pernah dengar Megawati merespon secara gigih ancaman
> praktek money politics"
> -Republika, Edisi 24 Februari 1999
> 
> Kwik Kian Gie (Ketua Litbang PDI Perjuangan):
> ---------------------------------------------
> "Mbak Mega memang diragukan kemampuannya. Tapi yang terpen-
> ting kan apakah pemimpin bangsa itu bisa dipercaya rakyat,
> permintannya dituruti rakyat atau tidak"
> -Panji, Edisi 15 Juli 1999
> 
> Vedi R. Hadiz (Peneliti LIPI):
> ------------------------------
> "Mega telah terlambat start untuk menarik simpati rakyat.
> Saat rakyat hendak terperangkap ke jurang krisis, Mega
> hanya diam. Giliran dia ngomong, justru melarang masyarakat
> menghujat Soeharto. Itu kan jauh dari substansi".
> -Panji, Edisi 15 Juli 1999
> 
> Syamsudin Haris (Peneliti LIPI):
> --------------------------------
> "Megawati sebetulnya tidak punya banyak pilihan politik.
> Gagasannya mengenai masa depan bangsa dan pemulihan krisis
> ekonomi juga belum begitu jelas. Saya khawatir pilihan-
> pilihan politiknya kelak akan mengecewakan calon pendukung-
> nya. Contoh yang paling jelas, sejauh yang saya baca, PDI
> Perjuangan tidak punya sikap yang jelas dalam dua soal:
> dwifungsi ABRI dan pengusutan harta Soeharto"
> -Detak, Edisi 13-19 Oktober 1999
> 
> Dr. Jeffrey Winters (Pengamat Politik dari AS):
> -----------------------------------------------
> "Saya kira Megawati punya beberapa kesalahan. Pertama,
> komunikasi politik dia memang kurang. Kedua, dia masih
> terlalu jauh dari rakyatnya".
> -Adil, Edisi 20-26 Januari 1999
> 
> Permadi (paranormal):
> ---------------------
> "Saya harus jujur, bahwa dia (red. Megawati) masih hanya
> menjadi pemimpinnya PDI, bukan Indonesia".
> -Tekad, Edisi 15-21 Maret 1999
> 
> Ratna Sarumpaet (Ketua Badan Pekerja Koalisi Nasional):
> -------------------------------------------------------
> 1. "Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian penting. Tapi
> kita mendengar tidak suara beliau. Mega selalu mengata-
> kan ini saatnya merenung. Kalau kondisinya seperti ini,
> rakyat diajak merenung, ya repot dong. Peristiwa Ambon,
> kalau hanya diajak merenung, repot".
> 2. "Ada banyak sekali ukuran untuk menjadi calon pemimpin.
> Salah satunya, ya berbicara. Jadi jangan salahkan saya
> kalau saya butuh pembuktian bahwa calon Presiden itu
> (red. Megawati) memang layak"
> 3. "Ketika misalnya kita mempertanyakan ABRI di DPR, tim
> (yang di sekeliling Megawati) itu juga diam saja. Jadi,
> tim yang solid itu ternyata juga tidak pernah mengelu-
> arkan pernyataan berbobot yang mewakili PDI Perjuangan".
> 4. "Jangan nanti kita seperti membeli kucing dalam karung.
> Hanya dibilang, oh ini yang ada dalam karung anaknya
> pendiri republik. Masa hanya seperti itu"
> -Tekad, Edisi 15-21 Maret 1999
> 
> Arbi Sanit (Pengamat Politik):
> ------------------------------
> 1. "Dia (red. Megawati) bereaksi lamban terhadap persoalan
> krusial apa pun. Ia terlalu hati-hati, karena memang
> secara pribadi tidak menguasai masalah. Ini kelemahan
> utama sebagai calon presiden. Respon politiknya lamban.
> Padahal ini persyaratan minimal. Jadi Mega memang masih
> dibawah standar"
> 2. "Tidak cukup (dengan didampingi tim yang solid), ada
> persyaratan minimal (untuk menjadi presiden). Kalau
> persyaratan minimal itu saja Mega dibawah standar,
> bangsa ini mau dibawa kemana".
> -Tekad, Edisi 15-21 Maret 1999
> 
> Eep Saefulloh Fatah (Pengajar & Peneliti di FISIP UI):
> ------------------------------------------------------
> "Pekan lalu, Mbak Mega sudah memberikan penjelasan tentang
> sikap diamnya, bahwa ia tidak ingin membuat masyarakat
> lebih bingung lantaran terlalu banyaknya irang bicara. Saya
> terus-terang tidak bisa menerima logika penjelasan itu.
> Menurut saya, di tengah lalulintas isu yang sangat padat,
> ketika banyak sekali suara terdengar, justru dibutuhkan
> pandangan-pandangan yang jernih dan menyejukkan dari para
> (calon) pemimpin. Setiap orang sebetulnya berhak melarikan
> diri menjauh dari lalulintas isu yang bising ini. Tetapi,
> hak itu sebaiknya tidak diberlakukan leluasa bagi para
> (calon) pemimpin. Mereka seyogyanya ada di tengah laulintas
> yang bising itu dan melakukan langkah-langkah proaktif
> didalamnya untuk menghindari kemacetan total".
> -Tekad, Edisi 15-21 Maret 1999
> 
> Manai Sophian (Mantan Tokoh PNI; Ayahanda Sophan Sophian):
> ----------------------------------------------------------
> 1. "Saya pikir Mega memang lebih baik banyak diam. Daripada
> banyak omong, tapi membuat bingung orang. Kalau banyak
> omong, dia bisa salah".
> 2. "Tim (yang disekeliling Mega) ini bisa membantu Mega
> dalam menjalankan negara nati. Berbeda dengan Bung
> Karno, ia kuat karena kekuatan itu hampir semuanya
> datang dari pribadinya"
> -Tekad, Edisi 15-21 Maret 1999
> 
> 
> MARI SIMAK MEGA BICARA
> ======================
> 
> 1. "Saya tidak percaya kalau Pak Harto terus dihujat.
> Karena ini tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila.
> Hati saya merasa tertusuk dengan adanya hujatan kepada
> Pak Harto dan ini harus dihentikan"
> - (1 Juni 1998 di Jakarta)
> 
> 2. "Tolong itu mahasiswa segera mengembalikan tenda yang
> dipakai untuk kemah di rumah saya. Karena itu sangat
> mengganggu kinerja PDI Perjuangan"
> - (November 1998 saat jumpa pers dengan wartawan seusai
> pertemuan Deklarasi Ciganjur)
> 
> 3. "Saya keberatan Timtim dilepas dengan alasan terlalu
> membebani bangsa Indonesia. Apa pun Timtim adalah bagian
> dari Indonesia. Timtim harus dipertahankan sebagai
> bagian dari wilayah negara kesatuan"
> 
> 4. "Masalah ini adalah persoalan Pak Theo pribadi. Sama
> sekali bukan urusan PDI Perjuangan. Untuk itu biar Pak
> Theo sendiri yang menyelesaikannya".
> - (10 Januari 1999 di Jakarta)
> 
> 5. "Kita menolak adanya usulan negara federasi. Karena
> nanti akan merepotkan. Nanti untuk berjalan ke provinsi
> lain, kita harus mempunyai paspor".
> - (27 Februari 1999 di Jakarta)
> 
> 6. "Terlalu banyak yang bicara. Saya ingin menunjukkan
> sikap konkret demi kecintaan saya kepada negeri ini
> dengan mengambil sikap diam. Tetapi, orang malah balik
> bertanya, kok aneh. Padahal, diam itu merupakan sikap
> politik juga".
> - (2 Maret 1999 di Medan)
> 
> 7. "Saya dicemooh karena hanya bisa senyum-senyum. Dan
> methenteng (red. terpaku) diam, tidak ada suaranya. Saya
> dianggap planga-plongo (red. bodoh), dan sebagainya.
> Nah, kalau kalian mendengarkan cemoohan seperti itu,
> kalian jangan lantas panas hatinya. Saya anjurkan kalian
> menjawabnya cukup hanya dengan tersenyum saja".
> - (7 Maret 1999 di Surabaya)
> 
> "BOIKOT PEMILU BERSAMA RAKYAT-MAHASISWA, ATAU PILIH PRD ! "
> 
> ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
> Bantuan dana untuk PRD: 
> BCA  KCP Pasar Cikini          
> N0. 3051255435                      
>  A/n Nurelly Yudha              
> ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
> 
> PEMBEBASAN
> Diterbitkan oleh : Partai Rakyat Demokratik (PRD)
> Jl. Jendral Basuki Rachmat, N0 7B, Jakarta Timur
> Phn/Fax; (021) 856 1542, HP 0818 880718
> 
> E-mail : [EMAIL PROTECTED]
> Web-page : http://www.pegasus.com.au/~prdint1  atau
> http://www.xs4all.nl/~prdeuro  atau htpp://www.peg.apc.org/~asiet
> atau http://www.xs4all.nl/~peace
> 
> Mailing List PEMBEBASAN
> Subscribe : [EMAIL PROTECTED]
> UNsubscribe : [EMAIL PROTECTED]
> Posting : [EMAIL PROTECTED]
> Data di Web-site : http://www.egroups.com/list/pembebasan-list
> (Disini Anda juga bisa melakukan subscribe/unsubscribe/posting)
> 
> 
> To unsubscribe sent a message to [EMAIL PROTECTED] with in the message
> body the line: UNSUBSCRIBE RANTAU-D
> 


Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo                                             =
======================================


To unsubscribe send a message to [EMAIL PROTECTED] with in the
message body the line:
unsubscribe demi-demokrasi

Kirim email ke