Date sent:              Fri, 02 Apr 1999 17:50:56 +0700
To:                     [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
From:                   Permadi Witjaksono <[EMAIL PROTECTED]>
Subject:                [demi-demokrasi] Re: Tentang Potong Tangan -- The 
Misunderstood (fwd)
Send reply to:          Permadi Witjaksono <[EMAIL PROTECTED]>


    Sekarang saya ulang ajakan saya untuk membandingkan kehidupan di negera
    Islam (termasuk di Madinah semasa Nabi Muhamamd masih hidup) dengan
    Euroland    yang (praktis) sekuler, dimana urusan agama itu tidak menjadi
    urusan negara. 

    Jaminan sosial di negeri-negeri ini bagus, sehingga penganggur pakansinya
    juga ke Bali. 

    (Istilah cari makan tidak ada artinya di Eroland, karena istilah orang mati
    kelaparan tidak ada.). 

    Jaminan kesehatan begitu bagus sehingga orang sakit cuma perlu mikiran
    sakitnya aja (yang udah berat memang, dapat pilek aja udah sebel, apalagi
    dapat tbc kayak yang pernah saya alami) jadi nggak usah mikirin beli obat,
    bayar dokter, bayar rumah sakit, bayar laboratorium dll. 

    Dan dokter + apotheker + para medis itu kerjanya serius, nggak main-main. 

    Tidak berarti di negeri ini tidak ada clochard atau orang gelandangan.

    Ada, tapi ini lebih merupakan pilihan dan bukan keterpaksaan. 

    (Di Perancis dengan RMI semua orang ada penghasilan, termasuk penganggur.
    Jadi istilah tidak punya pekerjaan di Euroland  itu tidak berarti tidak
    punya penghasilan). 

    Saya teringat cerita se orang gelandangan di Den Haag. Cuman seorang dan
    dia suka tidur di taman. 

    Segera setelah ada yang ngelapor di koran bahwa ada orang gelandangan di
    taman, semua dinas sosial sungsang sumbel nyari tu orang yang suka pindah
    taman tempat tidur. Dan ternyata kemudian orang itu tidur di taman karena
    dia menolak dikasih rumah oleh jawatan sosial. 

    Tidak ada paksaan untuk tinggal di rumah di negeri Belanda. 

    Dibalik itu, tidak bararti bahwa di Eropa tidak ada kesengsaraan lain:
    bisa anda bayangkan anda berumur 100 tahun dan anda cuma sendiri didunia
    ini?

    Rumah ada, pensiun ada, semua ada - tv, oven mircrowave dll. 

    Makanan panaspun diantar orang sekali sehari (orang Belanda biasanya makan
    panas cuma sekali sehari). 

    Atau anda dirawat - dengan baik - dirumah jompo. 

    Tapi hidup sendiri itu lho! 

    Tidak punya keluarga atau keluarga ada tapi jauh. 

Jusfiq
=======================================


> Koreksi, mas Sampurna. Saya ngelihat pengemis-pengemis buntung itu di
> Jeddah, bukan di Dhahran. Jadi saya rasa semua yang pernah naik Haji bisa
> mengkonfirmasi cerita saya ini.
> 
> Ada satu hal yang saya ingin share dengan netters sekalian. Ini bukan
> berarti saya membesar-besarkan hal ini, atau menyerang mas Ihsan. Ini
> cuman pengalaman pribadi yang saya rasa bakalan susah lupanya.
> 
> Jadi waktu itu di Jeddah saya lagi jalan-jalan di Souk (pasar). Tahu-tahu
> ada anak perempuan pengemis ndeketin saya. Anak itu tampangnya rada bule,
> Arab bule begitu. Wajahnya manis, meskipun pakaiannya ya gembel. Pas dia
> minta-minta ternyata tangan kanannya buntung sebatas pergelangan. Karena
> saya lihat dia nggak penyakitan saya tanya temen saya yang sudah lama di
> Saudi. Dia bilang buntung itu karena dipotong. Sebatas pergelangan itu
> berarti nyolongnya (relatif) kecil-kecilan.
> 
> Buset! Saya tertegun banget waktu itu. Itu anak kecil, for God's sake!
> Remaja aja belum. Dan cuman gara-gara nyolong kecil-kecilan dia musti
> cacat seumur hidup! Terus di mana dijaganya kesejahteraan dia oleh
> pemerintah? Kalo kata temen saya lagi, orang-orang yang menggelandang itu
> bukan orang Saudi. Mereka dari Lebanon, Irak, Syria, dsb. Makanya mereka
> miskin. Tapi apa hal ini bisa jadi justifikasi pemotongan tangan anak
> kecil?
> 
> At 19:11 01/04/99 -0600, Ihsan wrote:
> >
> >
> >On Thu, 1 Apr 1999, Sampurna Sampurno wrote:
> >
> >> Apakah Nabi Muhammad telah memikirkan masa depan
> >> dimana orang-orang di Dhahran (koreksi Permadi)
> >> berbuntungan tangannya dan meminta-minta ke masjid.
> >> 
> >> Bukankah ini berarti Nabi Muhammad telah gagal mengembangkan
> >> sistem yang memakmurkan orang-orang Islam. 
> >> 
> >> Setiap tangan yang buntung karena mencuri dengan terpaksa
> >> untuk menghilangkan kelaparan seharusnya 
> >> merupakan tanggung jawab Nabi Muhammad karena kegagalan sistem
> >> nya dan bukan orang itu.
> >
> >Karena sistem itu tidak diterapkan secara utuh......
> >
> 
> To unsubscribe send a message to [EMAIL PROTECTED] with in the
> message body the line: unsubscribe demi-demokrasi
> 


Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo                                             =
======================================


To unsubscribe send a message to [EMAIL PROTECTED] with in the
message body the line:
unsubscribe demi-demokrasi

Kirim email ke