Dear all
Saya setuju dengan adanya pemetaan intervensi dari hulu ke hilir dalam upaya penurunan AKI dan AKB. Saat ini sebenarnya DIY telah banyak melakukan upaya untuk pencegahan kematian ibu dan bayi dengan pendekatan di hulu, melalui pemberdayaan masyarakat, dengan Gerakan Sayang Ibu (GSI). Upaya ini melibatkan masyarakat yang dimotori oleh pemerintah, namun dalam pelaksanaannya yang paling banyak berperan adalah pemerintah, selain itu masih banyak kendala-kendala yang dihadapi, contohnya pada pertemuan diskusi bulanan yang diadakan oleh PKMK FK UGM pada senin, 07/10/2013, terungkap bahwa Gerakan Sayang Ibu ini hanya bergaung pada saat lomba saja. Masih banyak masyarakat yang tidak begitu memahami masalah GSI dan masyarakat juga tidak tahu akan berpartisispasi dimana karena tidak adanya akses. Seharusnya gerakan ini betul-betul menjadi gerakan dari masyarakat sehingga masyarakat bisa mengelola sendiri dan bertanggungjawab terhadap gerakan ini yang pada akhirnya gerakan ini bisa berjalan berkesinambungan tanpa tergantung dari program dan pembiayaan pemerintah. Namun permasalahannya siapa yang akan bertanggungjawab untuk memberdayakan masyarakat ini? Salam Armiatin ________________________________ Dari: Noor Zaenab <noor.zae...@yahoo.com> Kepada: "desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com" <desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com> Dikirim: Rabu, 9 Oktober 2013 15:19 Judul: Re: [des-kes] Re: Diskusi: Model Pemetaan Intervensi KIA (tanggal 7 - 12 Oktober 2 Betul mbak noor sari, kalau semua menunggu program pemerintah (sektor kesehatan) maka tidak mungkin dapat menyelesaikan semuanya. Intervensi kepada keluarga melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma) memegang peranan penting. Permasalahannya bagaimana memberdayakan toma (dalam praktek sesungguhnya) sehingga mampu mengintervensi keluarga-keluarga di wilayahnya, dan siapa yang bertanggungjawab melakukan itu? Mungkin diantara peserta diskusi ada yang punya best practise upaya intervensi kepada toma ini, sehingga bisa mengisi kolom "intervensi" bagian "hulu" dalam bagan mapping intervention (klik www.kesehatan-ibuanak.net). On Wednesday, October 9, 2013 1:53 PM, noor sari <may_az...@yahoo.com> wrote: Kematian ibu dan anak menanggapi permasalahan tingginya KIA di Indonesia, saya ingin mengajak rekan-rekan untuk melihat atau berkaca, dari ibu-ibu yang mengalami kelahiran normal dengan resiko komplikasi yang kecil. Ibu hamil dan keluarga (suami, ibu)nya biasanya memang memiliki pengetahuan yang memadai pra, saat dan paska melahirkan. Kebutuhan gizi selama kehamilan, sanitasi dan hygiene. Sehingga perlu intervensi pada ibu-ibu hamil dan keluarganya. intervensi ini mengenai bagaimana penanganan kehamilan bagi ibu-ibu. Intervensi kepada keluarga ibu hamil perlu dilakukan, melihat keluarga memegang peranan penting untuk memutuskan dimanakah pelayanan kehamilan ibu dilakukan (tidak hanya di desa, dikota dan dimanapun keluarga mempunyai peranan penting). Pihak puskesmas atau dukun desa, bisa saja menjadi sarana penyampaian pengetahuan/ penyuluhan ini, bahkan mungkin kepala desa/suku atau orang yang disegani di daerah tersebut yang memberikan penyuluhan. Jika membebankan semua permasalahan kepada penyelenggara kesehatan, kelihatannya ini akan menjadi PR yang berat, bila tidak didukung dari hal yang paling mendasar. Noor Rohmah Mayasari Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat-FK/UGM Peminatan Gizi dan Kesehatan email : may_az...@yahoo.com web : dapur-rohmah.biz mobile :085726434829