Date sent:              Wed, 12 Jul 2000 16:01:20 -0600 (MDT)
To:                     [EMAIL PROTECTED]
From:                   [EMAIL PROTECTED]
Subject:                [INDONESIA-NEWS] KMP - Kepemimpinan Nasional Gus Dur dan 
Konsolidasi Demokrasi


(....)

>  Langkah-langkah elite politik untuk memelihara momentum
> konsolidasi demokrasi, menangkal kembalinya anasir Orde Baru dan
> mencegah kekuatan politik desintegratif, serta memberikan kontribusi
> pemikiran dan menjalankan aksi politik yang berancangan ke depan,
> jauh lebih penting dibanding upaya terus menerus mempersoalkan
> langgam kepemimpinan nasional yang dinilai "inkonvensional" atau
> mendorong proses perubahan hubungan-hubungan kekuasaan politik yang
> tidak mustahil mengubur kita dalam krisis politik berkepanjangan. 



    Mulyana bicarfa dalam bahasa diplomatik, makanya saya ingin
    menterjemahkan bahasa ini kebahasa sehari-hari: 

    Amien Rais, Adi Sasono, Ismail Sunny, Dawam Rahardjo (yang satu
    ini agak mengagetkan) pada hakikatnya adalah sisa-sisa Orde Baru,
    karena mereka lebih menghabiskan waktu mereka untuk mencari-cari
    kesalahan Abdurrachman Wahid dan bukan untuk mencari dan berusaha
    memperbaiki kesalahannya. 

    Agar jelas: Abdurrachman Wahid tiap minggu bikin kesalahan,
    kesalahan gede, seperti penolakan usul Marry Robinson dan Koffi
    Annan untuk mendirikan Mahkamah Internasional, seperti
    keengganannya untuk menyeret Soeharto dan tukang bunuh dan
    tukang suruh bunuh lain kedepan pengadilan sebagai pelaku
    kejahatan terhadap kemanusiaan. 

    Dan belasan kesalahan lain. 

    Kesalahan Abdurrachman Wahid ini memperlambat tegaknya demokrasi
    dan keadilan di Indonesia.. 

    Kesalahan ini adalah kesalahan serius. 

    Tai manusia yang disebut Mulyana itu tidak mengeritik kesalahan
    Abdurrachan Wahid ini, dan yang lebih penting, MEREKA TIDAK
    DATANG DENGAN USUL ALTERNATIF. 

    Mereka hanya sibuk mencari-cari kesalahan Abdurrachman Wahid dan
    menjatuhkannya. 

    Agar jelas: mereka itu hanyalah politisi BONEK, kepala kelompok
    anak-anak brandal yang mengaggap politik itu sebagai main
    tawuran. 

    Crossboy, kata Hendradi. 

    Untuk menghindarkan salah paham, saya tidak berpindah dari
    posisi saya sejak dulu, saya tetap tidak mendukung Abdurrachan
    Wahid, tapi apa yang dilakukan oleh para bonek kepala gerombolan
    anak brandal itu sungguh-sungguh nista dan menjijikkan. 

    Diam dihadapan kenistaan ini adalah kesalahan moral. 


Jusfiq Hadjar gelar Sutan Maradjo Lelo
=====================================

* Ijtihad untuk mencerdaskan ajaran Islam yang sekarang ini penuh ketololan, 
kedunguan, kegoblokan dan kebodohan

* Ijtihad untuk memanusiawikan ajaran Islam yang sekarang ini biadab, keji dan nista


Kirim email ke