Salam kenal semua, ini dari milis sebelah numpang forward pendapat, biar nggak timpang
 
> Dari tetangga sebelah ..

 >Nggak tahu apakah ini benar atau tidak, tapi penting untuk dibaca ..>>
Subject: FW: [sebelas87] Lion Air Crash - > Be Careful with Lion Air.
Satu lagi tragedi menimpa industri transportasi udara nasional. Kali ini
musibah terjadi > pada salah satu maskapai penerbangan nasional yang
cukup terkenal, yaitu Lion Air.


>Supaya bacanya enak dan cover both sides ini tak kirim pula dari milis
tetangga.


>Dear All.
 
>Saya hanya ingin sedikit meluruskan beberapa hal yang dilihat dari
Flight Operations pont of view,

   >1. Fuel ( bahan bakar ) yang dibawa oleh setiap pesawat terbang,
      termasuk Airline, komposisi quantitynya adalah meliputi sebagai
      berikut: Enroute fuel (Fuel yg dibutuhkan ke airport  tujuan )  ,
      ditambah reserve Fuel to Alternate ( bisa juga untuk return to
      base bilamana tidak ada alternate), ditambah lagi dengan Holding
      Fuel sekitar 45 menit (Holding fuel ini digunakan, just in case
      harus berputar2 diudara menunggu sampai cuaca mengijinkan untuk
      mendarat. Masih ditambah lagi dengan Ground Fuel yaitu untuk Taxi
      dsb. Aturan baku tersebut juga ada di CASR ( Civil Aviation Safety
      Regulation ), KUHP nya penerbangan, saya kira se nekad2 nya
      seorang Captain tidak akan pernah mau jeopardizing keselamatan
      penumpang, apalagi juga menyangkut nyawanya sendiri dengan
      mengurangi jumlah minimal fuel yang harus dibawa. Ada ungkapan,
      seorang pilot lebih takut dipecat oleh Tuhan ataupun Auhority,
      daripada oleh companynya.
   >2. Tidak pernah di ada didalam theory Flying Technique manapun yang
      mengajarkan technique, 2x touch down atau sering disebut bouncing.
      Kalau terjadinya secara tdk sengaja bouncing memang mungkin bisa
      terjadi. Dari penyebabnya, ada dua kemungkinan yang terjadi.,
      kalau kecepatannya masih tinggi pada saat touch down, bisa saja
      airborne atau mengudara sesaat kembali karena wing masih mampu mem
      produce daya angkat (lift ) walaupun kemudian touch down lagi.
      Kemungkinan kedua adalah, bouncing karena dynamic impact, akibat
      touch down yang agak keras ( relatively higher G number ) sehingga
      pesawat mental sesaat, kemudian touch down lagi. Jadi sekali lagi
      percayalah bahwa kedua macam landing ini sama2 dihindari oleh
      pilot dimanapun juga, dan yang jelas there is no point untuk
      melakukan landing semacam itu. Melakukan pendaratan suatu pesawat,
      seringkali diibaratkan seperti melakukan pukulan Golf, tidak
      pernah ada yang persis sama dalam ribuan pukulan sekalipun. Banyak
      sekali parameter yang ber peran pada saat melakukan pendaratan:
      Angin, Power setting, Berat pesawat, Pilot Depth perception ,
      Approach angle dan masih banyak lagi contributing factor lainnya.
   >3. Tidak ada istilah membuka jalan bagi pesawat terbang, apalagi
      dalam situasi berkabut dimana visibility sangat buruk, Karena
      pesawat terbang sudah dilengkapi peralatan navigasi untuk mendarat
      sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat bantu navigasi
      didarat. Cara ini biasanya dikenal sebagai, mendarat secara
      Instrument, bilamana secara Visual tidak dapat dilakukan.
      Instrument landing ini masih terbagi lagi dalam dua kategori yaitu
      Non Precision ( Hanya mengandalkan lateral guidance)/ ADF (
      Automatic Direction Finder ), GPS (Global Positioning System )dan
      Precission Approach ( selain lateral, juga mengandalkan vertical
      guidance )/ ILS (Instrument Landing System.  Meskipun pendaratan
      dilakukan secara instrument, namun demikian, fase terakhir tetap
      harus dilakukan secara visual dan melihat landasan. Sebab itulah
      dikenal istilah DH (Decisiion Height ), suatu ketinggian dimana
      Pilot harus memutuskan untuk mendarat, bilamana Runway dapat
      terlihat, atau Overshoot/Go arround bilamana Runway tidak
      terlihat. Jadi sekali lagi tidak mungkin dan tidak dapat suatu
      pesawat membuka jalan bagi pesawat lainnya ditengah kabut .
   >4. Accident prevention, memang merupakan kewajiban kita bersama untuk
      melakukannya termasuk tentunya Aviation Accident, tetapi
      seyogyanya marilah kita sama2 merujuk kepada sumber2 serta
      referensi2 yang akurat dan benar, janganlah terlalu cepat
      mengambil kesimpulan dari ceritera2 yang hanya berupa rumors
      seperti : Katanya, saya dengar. dsb. Dan karena kita sama2 masih
      ingin menjadi bangsa yang maju marilah kita saling meng edukasi
      satu sama lain sesuai dengan bidang dan expertise kita masing2.
      Semua moda transportasi memang mempunya resiko masing2, sehingga
      yang bisa kita lakukan secara maksimal adalah meminimize risk, tdk
      mungkin meng eliminer.  Terima kasih atas perhatian teman teman.

>Shalom,
 
>Toos- Irene
>Bandung
 
 

Best Regards
 
 
Johan
----- Original Message -----
Sent: Monday, December 20, 2004 5:17 PM
Subject: e-ketawa :-) Benarkah Begini Beritanya???

benarkah begini beritanya ? gak tau bener atau gak...

Satu lagi tragedi menimpa industri transportasi
udara nasional. Kali ini musibah terjadi pada
salah satu maskapai penerbangan nasional yang
cukup terkenal, yaitu Lion Air.

Mengutip laporan Komite Kecelakaan Nasional
Transportasi (KKNT), Public Relation Manager
Lion Air menyatakan bahwa kecelakaan yang
terjadi disebabkan karena buruknya cuaca.

Namun, sebenarnya kecelakaan itu terjadi karena
buruknya kebijakan strategi Lion Air sendiri.
Kebijakan yang pertama ialah keputusan Lion Air
untuk mengisi tangki bahan bakar secara pas-
pasan sesuai dengan jarak tujuan. Dengan
demikian, Lion Air mampu mengurangi cost per
travel dari sisi bahan bakar dan juga mengurangi
beban muatan pesawat. Sehingga, penumpang
dapat membawa lebih banyak barang dan Lion
Air sendiri mendapatkan additional income dari
cargo space yang ditawarkan pada perusahaan
cargo.

Konsekuensi dari kebijakan ini adalah apabila
terjadi suatu hal yang diluar dugaan (misal: cuaca
buruk, kabut, dsb), pesawat Lion Air tidak dapat
mengambil alternatif untuk mengalihkan
pesawatnya ke kota lain. Andaikata ada pesawat
yang berangkat dari Jakarta menuju Surabaya,
namun bila cuaca buruk, pesawat tidak dapat
diarahkan menuju Bali atau Makassar (misalnya),
karena BAHAN BAKARNYA TIDAK MENCUKUPI
UNTUK MENUJU KE KOTA TERSEBUT!! Jadi,
pilot tidak memiliki alternatif lain, kecuali HARUS
MENDARAT di kota tersebut, WALAUPUN
CUACA BURUK.

Kebijakan yang kedua ialah Lion Air menerapkan
suatu standar mendarat yang "kurang nyaman"
namun dapat menghemat bahan bakar pesawat.
Apabila anda terbang bersama Lion Air, coba
anda perhatikan baik-baik bagaimana cara
pesawat tersebut mendarat. Pesawat Lion Air
cenderung mendal 2 kali saat mendarat. Jadi saat
roda belakang pesawat pertama kali menyentuh
landasan, dia akan terangkat sebentar dan
menyentuh landasan lagi untuk yang kedua
kalinya. Cara inilah yang berbeda dengan rata-
rata cara mendarat maskapai penerbangan
lainnya. Bila dilihat lagi dari kutipan salah satu
korban yang selamat di koran Kompas pada tgl 1
Desember 2005, terdapat pengakuan bahwa
mereka merasa bahwa mereka "terangkat dan
terhempas." Cara pendaratan Lion Air inilah yang
menyebabkan hal tersebut. Dengan kondisi hujan
dan angin yang cukup kencang, cara pendaratan
seperti ini jelas sangat berbahaya mengingat
potensi gangguan yang dapat menyebabkan
pesawat menjadi tidak stabil.

Kebijakan ini diakui sendiri oleh salah satu
petinggi Lion Air yang pernah menjadi dosen
tamu dalam salah satu kelas kuliah program
Magister Manajemen di salah satu universitas
terkemuka di Jakarta. Pengalaman ini pun pernah
dialami oleh salah seorang teman saya yang
dalam salah satu penerbangannya bersama Lion
Air terjadi kabut tebal sehingga landasan tak
terlihat. Sehingga sebenarnya saat itu tidak
memungkinkan untuk memaksakan diri untuk
mendarat. Namun, karena mepetnya persediaan
bahan bakar, pesawat Lion Air yang dia tumpangi
HARUS MENDARAT, walaupun dalam kondisi
KABUT TEBAL. Akibatnya, sebuah pesawat
Mandala Air yang sedang parkir, terpaksa
terbang sebentar untuk membuka jalan di tengah
kabut tersebut agar pesawat Lion Air dapat
mendarat. Sebuah pengalaman yang mengerikan,
menurutnya.

Bila cuaca cerah, tentunya resiko-resiko tersebut
dapat berkurang. Namun, di tengah-tengah musim
hujan yang disertai angin kencang dan kabut.....
Tidak ada salahnya anda berpikir dua kali untuk
menggunakan Lion Air.


Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail - Helps protect you from nasty viruses.


Ketawa dot Com - http://ketawa.com/
CV Global Intermedia - http://www.g-im.com/






Ketawa dot Com - http://ketawa.com/
CV Global Intermedia - http://www.g-im.com/



Yahoo! Groups Sponsor
ADVERTISEMENT
click here


Yahoo! Groups Links

Kirim email ke