KUTITIPKAN TEMANKU; CALON ORANG PENTING DI NEGERI INI!

Rumah mungil yang hanya sepetak itu berada dekat sekali dengan pasar dan
kolong jalan tol. Di sekitarnya tampak kekumuhan yang memedihkan mata.
Itulah Rumah Cahaya Penjaringan. Tempat ini dirintis oleh teman-teman
Bunda di Forum Lingkar Pena dan Fojis. Yang mengurus Om Andi, penulis
yang memakai nama pena Biru Laut itu lho. Om Andi dulu tinggal di dekat
sini dan mantan preman. Aku terkejut juga. Banyak teman preman Om Andi
yang suka rela membantu Rumah Cahaya. Ada Om Rojak, Om Tarjo dan banyak
Om lainnya. Mereka hebat!

Aku sampai pagi itu dan terkejut dengan sambutan meriah dari teman-teman
kecil di Rumah Cahaya. Usia mereka antara 5-13 tahun. Aku tersenyum dan
menyalami mereka. Wah mereka ramah!. Mereka menatapku seolah aku ini
artis. Aku jadi tidak enak sekali. Aku mencoba untuk lebih akrab.

Tante Asma dan bunda membuat beberapa acara. Ruangan mungil itu seakan
hampir runtuh karena ramainya sorak anak-anak. Apalagi saat mereka
bermain tebak-tebakan dan ekspresi untuk mendapatkan banyak hadiah imut
yang kami bawa. Nah di tengah keramaian itu tiba-tiba aku melihat
sesuatu, tepat di sebelah rumah cahaya.

"Tempat apa itu? Peralatan apa?" tanyaku pada teman di sebelahku.

"Itu tempat perjudian," katanya. "Dan itu alat-alatnya," tambah anak
berbaju biru itu lagi. "Anak-anak suka main di situ. Padahal seharusnya
itu tak terjadi."

Aku sering mendengar di daerah dekat Rumah Cahaya ada tempat perjudian.
Tapi aku tak menyangka kalau tepat di sebelah Rumah Cahaya!

Aku menyalami anak berbaju biru itu dan berkenalan. Namanya Hengki
Rifai. Lalu tiba-tiba kami sudah mengobrol seperti teman lama.

"Di sini banyak penduduk yang kesusahan. Yang putus sekolah juga
banyak," kata Hengki. "Saya berdoa dan berjuang supaya bisa terus
sekolah."

Hengki berumur 12 tahun dan duduk di kelas 6 SD. Aku baru 9 tahun dan
baru kelas III SD, tapi asyiknya obrolan kami nyambung.

"Boleh aku ke rumahmu?" tanyaku.

Hengki mengangguk. "Tapi rumahku aneh. Tidak apa?"

"Aku suka rumah aneh," ujarku tersenyum.

Hengki tertawa, matanya yang bulat bersinar.

Kami pun berangkat bersama Om Rojak dan Om Tarjo, preman baik hati
pendukung Rumah Cahaya.

Perjalanan ke rumah Hengki melewati lorong-lorong kumuh di bawah kolong
tol. Aku  prihatin karena lorong tersebut kotor, gelap dan bau.
Anak-anak kecil buang air besar di got kecil yang cetek itu. Rumah-rumah
di sana tidak layak huni. Kumuh sekali. Hampir semua rumah tidak
beratap. Atapnya langsung jembatan tol itu. Aduh, aku jadi ingin
menangis.

Akhirnya aku sampai juga di rumah Hengki.  Aduh rumah Hengki membuatku
sedih. Rumah itu kecil, kumuh sekali. Lebih mirip gudang. Di sebelahnya
ada kandang-kandang ayam. Tapi kata Hengki tinggal kandangnya, sudah tak
ada ayamnya lagi. Aku tidak bisa membayangkan ada orang menempati rumah
seperti ini. Ya Allah aku istighfar dan menahan airmataku yang ingin
cepat turun.

Ternyata Hengki anak yatim. Yang membuatku ingin menangis lagi, Ibu
Hengki sebenarnya masih hidup. Tapi pergi meninggalkannya begitu saja.
Hengki hidup bersama kakek dan neneknya. Neneknya punya warung mungil di
depan rumah mereka. Hengki sering membantu neneknya berjualan. Aku juga
ngobrol dengan nenek Hengki yang ramah. Hatiku tersayat lagi melihat
orang setua itu masih harus bekerja.

Aku kagum, meski mereka kesusahan tapi sangat mengutamakan tamu. Aku
minum teh botol tapi mereka tak mau dibayar. Terang saja aku memaksa.
Aku paksa Hengki sekalian menerima sedikit tabunganku yang kubawa hari
itu. Hengki kaget. Dia malu tapi bersyukur. Rupanya dia belum bayar uang
sekolah beberapa bulan. Aku juga memberikan buku-buku karyaku pada
Hengki. Hengki tertawa. Katanya dia sudah membaca semua puisiku di Rumah
Cahaya, tapi belum punya bukunya. Dia berterimakasih sekali. Ah, Hengki.
Sebenarnya aku yang berterimakasih padamu. Kamu mengingatkanku lagi akan
arti syukur dan peduli pada sesama.

Sayang, aku tak bisa lama mengobrol dengan Hengki. Sebab acara di Rumah
Cahaya belum selesai. Aku harus kembali ke sana. Aku menyalami nenek,
menyalami dan memeluk Hengki. Aku katakan padanya begini: "Kita terus
bersahabat ya! Apapun yang terjadi!"

Hengki mengangguk dan menjabatku erat.

"Kamu tahu Hengki, aku yakin, meski keadaanmu sekarang begini, suatu
saat kamu akan jadi orang hebat! Orang penting! Jadi kamu tidak boleh
menyerah sekarang!" pesanku padanya.

Hengki tertawa, menampakkan giginya yang putih bersih. Aku senang
melihat Hengki yang hitam manis. Dia cerdas dan baik hati. Aku tahu
suatu saat, kalau dia tetap berjuang dan dekat dengan Tuhan, dia
benar-benar akan menjadi orang penting di negara ini!

"Aku akan datang lagi!" seruku. Aku melambai pada Hengki dan nenek,
sambil berusaha menahan haru.

Ditemani Om Rojak, Om Joni, Om Tarjo, preman-preman baik hati itu, aku
kembali menuju Rumah Cahaya Penjaringan. Mereka menatapku heran. Aku
juga menatap mereka kagum.

Preman pahlawan, aku tahu Allah akan menjaga sahabatku Hengki Rifai.
Tapi tolong ya, aku titip juga calon orang penting ini pada kalian!

(Abdurahman Faiz)



<Disclaimer> :
This e-mail is confidential. If you are not the intended recipient you must
not disclose, distribute or use the information in it as this could be a
breach of confidentiality. If you have received this message in error,
please advise us immediately by return e-mail and delete the document. The
address from which this message has been sent is strictly for business mail
only and the company reserves the right to monitor the contents of
communications and take action where and when it is deemed necessary. Thank
you for your co-operation.



"TENGGO IS OUR WAY OF LIFE" - Komenk

Mau tebakan sama temannya?
Ketik TTH Kirim ke 3911 - IM3, Mentari, Matrix, ProXL, Telkom Fleksi
Rp. 1000,-/SMS

Ketawa dot Com - http://ketawa.com/
CV Global Intermedia - http://www.g-im.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/e-ketawa/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke