yup..setuju,,,,,,,,,
apapun yang kita lakukan semua itu landasannya ada lah niat
makanya awali semua dengan niat yang baik , itikad yang baik
meski benar kata orang tidak semua yang baik itu bisa diterima
orang dengan baik dan di nilai baik^_^.




"Triyanto, Danang" <[EMAIL PROTECTED]> on 09/07/2006 10:09:38 PM

Please respond to e-ketawa@yahoogroups.com

To:   e-ketawa@yahoogroups.com
cc:    (bcc: FinalAss'y-Material CD-ROM/MKI)

Subject:  RE: e-ketawa :-) Fwd: Pernikahan dan Pelacuran




Saya kira tidak ada yang salah kalo setiap orang punya kriteria dalam
menentukan pasanganya,

Dalam Islam sendiri, wanita itu dinikahi karena 4 hal :

1. kecantikanya
2. keturunanya
3. hartanya
4. Agamanya
Tidak ada wanita itu dinikahi karena alasan kejelekanya, apalagi kerena
kemiskinanya.
Kalo gitu apa yang salah dengan datuk K menikahi  Siti????????????



-----Original Message-----
From: e-ketawa@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of
Desy R. Pratiwi
Sent: Thursday, September 07, 2006 1:13 PM
To: e-ketawa@yahoogroups.com
Subject: Re: e-ketawa :-) Fwd: Pernikahan dan Pelacuran


mangkanya.... kan sedari awal udah desy bilang... doi patah hati ama CT...



On 9/7/06, [EMAIL PROTECTED]
<mailto:[EMAIL PROTECTED]>  <
<mailto:[EMAIL PROTECTED]>
[EMAIL PROTECTED]> wrote:



artikel yang aneh.........
INGAT.......pelacuran juga bisa dengan tulisan dan kata kata.....
so......lebih baik koreksi diri sendiri dan jangan pernah cap seseorang
sekelompok orang ato sebuah kaum dengan kesimpulan yang diambil
sendiri , boleh berpendapat tp alangkah lebih baik bila tidak menCAP orang
dengan hal2 yang belum tentu kebenarannya , lebih baik memikirkan
orang2 yang ada disekitar kita siapa tau mereka lebih butuh diperhatikan
dan dibantu. atau bahkan mungkin diri sendiri yang butuh diperhatikan
dan dibantu.




"Desy R. Pratiwi" <  <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
[EMAIL PROTECTED]> on 09/07/2006 10:24:15 AM

Please respond to e-ketawa@yahoogroups.com <mailto:e-ketawa@yahoogroups.com>


To:   "  <mailto:e-ketawa@yahoogroups.com> e-ketawa@yahoogroups.com" <
e-ketawa@yahoogroups.com <mailto:e-ketawa@yahoogroups.com> >
cc:    (bcc: FinalAss'y-Material CD-ROM/MKI)

Subject:  e-ketawa :-) Fwd: Pernikahan dan Pelacuran




Milis e-ketawa : tempat orang2 keren yg NO SARU & NO SARA

peace yo..!!

Ketawa dot Com - http://ketawa.com/ <http://ketawa.com/>
Yahoo! Groups Links



   (Yahoo! ID required)

   mailto: [EMAIL PROTECTED]
<mailto:[EMAIL PROTECTED]>






dari yg patah hati ama siti.....
====================

---------- Forwarded message ----------

Pernikahan dan Pelacuran

Hati saya benar-benar hancur melihat kenyataan bahwa Siti Nurhaliza akhirnya
menikah dengan Datuk K. Dalam hati saya berkata, teganya Siti menjual
dirinya kepada lelaki kaya hidung belang.

Pernikahan tsb membuktikan kebenaran sinyalemen saya beberapa waktu lalu,
bahwa wanita, sekaya apa pun dia, akan tetap memilih lelaki yang lebih kaya
darinya sebagai suami. Dalam kasus ini, kurang apa lagi "mbak" Siti, dari
segi materi? Kenapa dia lebih suka memilih lelaki, yang konon, sebetulnya
adalah suami orang?

Seperti banyak dirumorkan media Malaysia dan media jirannya, bahwa CT (Siti)
lebih suka nemplok di pelukan suami orang, daripada di pelukan lelaki yang
masih membujang. Karena kehadiran Siti di hati sang Datuk lah, maka istri
Datuk memilih cerai daripada dimadu.

Kalau cuma suka pada lelaki beristri, kenapa sih, bukan memilih saya atau
anda saja? Ah, tentu saja kehadiran saya tidak akan ada artinya bagi
berlangsungnya jaminan sosial sang diva. Financial security, itulah alasan
kebanyakan wanita menikah. Sedangkan lelaki lebih suka menikah karena bakat
bawaan instink primitifnya yaitu, tertarik "barang" bagus.

Lelaki berduit mana yang tak menginginkan wanita yang mirip boneka barbie
itu? Jangankan lelaki berduit, lelaki yang tak berduit pun pasti berkhayal,
malu-malu atau tidak malu-malu, untuk menikah dengan penyanyi bersuara emas
itu. Apalagi karakternya yang anggun dalam penampilan, sopan dalam bertutur
kata, dan tidak suka pamer aurat itu, pasti menambah hasrat setiap pria
untuk mendapatkan sorga dunia.

Walaupun saya tidak suka mendengar musik, tapi sepintas saya dapat menilai
bahwa si Siti Nurjazila ini mempunyai bakat besar dalam menyanyi (betul apa
tak betul?). Dan yang saya kagumi juga, dia tak pernah berpakaian ala barat
di setiap kali penampilannya. Dia tidak terpengaruh untuk ikut-ikutan
menggunakan pakaian yang seksi, minim atau ketat.

Berbeda jauh dengan para penyanyi wanita kita, yang lebih suka memamerkan
lekuk-lekuk tubuhnya dengan berpakaian ketat atau minim, dalam rangka
mendongkrak pendapatan belanja rumah tangga. Malah bukan rahasia lagi kalau
para penyanyi wanita yang sudah beristri pun, rela meninggalkan suami dan
anaknya berhari-hari karena dibooking "manggung" oleh organisasi ini,
organisasi itu.

Di sini terlihat dengan jelas, bahwa berdasarkan salah satu fenomena tsb,
sebetulnya batas antara penyanyi wanita (artis) dan pelacur sangatlah tipis.
Boleh dibilang tak ada batasnya, sebab keduanya sama-sama menjajakan sex
appeal yang mereka miliki, baik melalui suara atau tubuh mereka.

Dengan sex appeal (daya tarik seksual) yang menjadi andalan mereka berbisnis
inilah, yang kemudian mendasari mereka untuk memasang harga, baik ketika
show yang sebenarnya, atau show yang pakai tanda kutip, "show". Lebih jauh
lagi, dalam segala aspek, harga tinggi tersebut kemudian berdampak pada
tingginya gengsi, sehingga segala sesuatunya, disebut pantas atau tidak
pantas, dengan nominal uang.

Contohnya dalam perkawinan yang dialami banyak kaum selebritis, tak ada satu

pun yang rela menikah dengan orang miskin, atau katakanlah, dengan orang
yang standar ekonomi menengah. Dan penyakit masyarakat tersebut ternyata
juga bukan menjangkiti para selebritis yang sering nongol di TV, orang-orang

kampung yang tidak pernah masuk berita pun, mematok harga tinggi bagi anak
gadisnya. Apalagi kalau sang anak bertampang cantik atau mirip-mirip artis,
maka harga jualnya pun tentu lebih tinggi lagi.

Anda boleh saja protes, tapi hal ini benar adanya. Banyak orangtua yang
bertingkah seperti germo atau bromocorah yang memasang tarif tinggi bagi
siapa yang hendak meminang anak gadisnya. Terkadang sang anak gadis pun
merasa dirinya cantik dan memang merasa pantas dihargai dengan harga tinggi.



Jadilah di sini batas pelacuran dan pernikahan jadi kabur. Dalam kedua event
tsb, sang lelaki sebagai konsumen, sama-sama harus mempunyai budjet yang
banyak untuk mendapatkan seorang wanita. (Berdasarkan kenyataan ini,
barangkali nanti, para "ulama" jaringan islamliberal akan mengeluarkan fatwa
bahwa melacur itu halal karena, sama-sama mengeluarkan uang, seperti laiknya
pernikahan).

Kalau jiwa pelacur dan germo sudah menguasai, maka segalanya harus serba
wah, termasuk memilih calon suami, seperti yang menimpa Siti Nurhalija.
Sopan santun dalam bertutur kata, elok dalam berpakaian, hanyalah kamuflase
untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dari lelaki hidung belang.
Pengetahuan agamanya hanya dijadikan umpan untuk menjaring konsumen yang
lebih banyak.

Menyinggung tipisnya batas pernikahan dan pelacuran, berarti menyinggung
sebuah kosa kata lain, yaitu kebaikan yang diwakili polisi,lawan kejahatan
yang diwakili penjahat. Batas antara kebaikan dan kejahatan hanyalah sebuah
benang yang transparan.

Seorang polisi dan seorang penjahat sama saja statusnya, sama-sama merugikan
masyarakat. Penjahat merugikan orang lain tanpa menggunakan institusi resmi,

sedangkan polisi, pejabat pemerintah, anggota DPR/DPRD, hakekatnya adalah
penjahat juga, sebab mereka suka memakan uang rakyat dengan menjual hukum.

Bahkan ketika seorang terpidana harus masuk penjara untuk bertobat, segala
infra strukturnya tidak mendukung sama sekali untuk bertobat. Seorang
terpidana, yang seharusnya segala nafsu kriminalnya dibelenggu oleh aparat,
masih bisa melakukan segala bentuk criminal, baik sebagai bandar narkoba,
atau yang kecil-kecilan, jualan rokok.

Lebih edan lagi, dosa dan kejahatan itu juga menjadi kewajiban bagi penjaga
penjara, karena mereka mewajibkan para pengunjung membayar sekian rupiah
untuk sekali bezuk. Jadi sebetulnya semua mata rantai dalam penjara itu,
baik polisi, hakim, yang terpidana, sipirnya, ketua lapasnya, dan
pengunjungnya sama-sama tukang criminal.

Jadi seseorang masuk penjara bukanlah sebuah jaminan akan terbebas dari
menebus sebuah dosa, sebab dosa yang lain sedang menanti.

Well, bagaimana pun juga kehidupan terus berjalan. Pelacuran dan perkawinan
tak akan pupus dari dunia, selama para wanita cantik dan tidak cantik masih
merasa sebagai barang yang mahal. Polisi, pejabat, anggota dewan dan
penjahat tetap saja masih satu derajat, selama mereka tidak menyadari betapa
berharganya secuil nasi tetangga yang tercecer di atas meja.

Kembali ke soal perkawinan Siti Nurhaliza vs |Datuk K. Sebagai seorang
muslim yang baik, mustinya Datuk K tidak hanya sekedar melegitimasi
perkawinan untuk melampiaskan nafsunya. Sebagai anggota dari umatan wasatan,
mustinya Datuk K, dan juga kita, dalam hal perkawinan mempunyai sebuah misi,

baik itu misi sosial, ekonomi maupun pendidikan.

Bukan hanya sharing, maaf, alat kelamin, dengan bayaran yang mahal, tapi
juga musti sharing harta-benda dan intelektual. Dengan kata lain, mustinya
seorang yang kaya menikah dengan seorang yang miskin. Orang pandai menikah
dengan orang yang kurang pandai. Seorang ahli agama mustinya kawin dengan
seorang yang buta agama. Dengan demikian terjadi sharing ekonomi, sosial dan
intelektual.

Kalau seorang kaya kawin dengan orang kaya, orang miskin musti kawin dengan
orang miskin, ustadz kawin dengan ustadzah, menurut saya mereka bukan
termasuk orang-orang yang beruntung, dan tidak mengerti makna visi dan misi
beragama.

Dalam hal ini saya salut dengan orang-orang Singapura yang mau menikahi para

janda miskin dari bangsa Indonesia. Padahal para janda itu rata-rata
bertampang jauh memprihatinkan dari Siti Nurhaliza (dan tak bisa menyanyi).
Dan dari segi ekonominya pun tergolong pas-pasan, karena mereka kebanyakan
tadinya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, baby sitter, tukang masak,
dll.

Kalau seorang Siti Nurhaliza dan yang senasib dengannya masih juga mencari
lelaki yang lebih kaya, menurut saya, mereka tak ada beda dengan pelacur.
Walau mereka nampak terhormat, tapi mental mereka mental pelacur. Begitu
juga Datuk Khalid, walaupun kedudukannya terpuji di mata Malaysia, tapi
mentalnya tetap mental hidung belang.

Sebagai Penutup, walaupun saya kurang setuju dengan keputusan yang diambil
oleh "dik" Siti dan datuknya, saya tetap berlaku sportif. Saya ucapkan
semoga pasangan Datuk K dan Siti boleh berkekalan selama-lamanya Siti mampu
bertahan. Dan sebagai seorang lelaki, saya selalu berkeyakinan bahwa,
kesempatan kedua itu selalu ada, jadi?saya menunggu jandanya sajalah!

wassalam










Milis e-ketawa : tempat orang2 keren yg NO SARU & NO SARA

peace yo..!!

Ketawa dot Com - http://ketawa.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/e-ketawa/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/e-ketawa/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 
Saya kira tidak ada yang salah kalo setiap orang punya kriteria dalam menentukan pasanganya,
 
Dalam Islam sendiri, wanita itu dinikahi karena 4 hal :
 
1. kecantikanya
2. keturunanya
3. hartanya
4. Agamanya
Tidak ada wanita itu dinikahi karena alasan kejelekanya, apalagi kerena kemiskinanya.
Kalo gitu apa yang salah dengan datuk K menikahi  Siti????????????
 
 
-----Original Message-----
From: e-ketawa@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]On Behalf Of Desy R. Pratiwi
Sent: Thursday, September 07, 2006 1:13 PM
To: e-ketawa@yahoogroups.com
Subject: Re: e-ketawa :-) Fwd: Pernikahan dan Pelacuran

mangkanya.... kan sedari awal udah desy bilang... doi patah hati ama CT...


 
On 9/7/06, [EMAIL PROTECTED] < [EMAIL PROTECTED]> wrote:


artikel yang aneh.........
INGAT.......pelacuran juga bisa dengan tulisan dan kata kata.....
so......lebih baik koreksi diri sendiri dan jangan pernah cap seseorang
sekelompok orang ato sebuah kaum dengan kesimpulan yang diambil
sendiri , boleh berpendapat tp alangkah lebih baik bila tidak menCAP orang
dengan hal2 yang belum tentu kebenarannya , lebih baik memikirkan
orang2 yang ada disekitar kita siapa tau mereka lebih butuh diperhatikan
dan dibantu. atau bahkan mungkin diri sendiri yang butuh diperhatikan
dan dibantu.




"Desy R. Pratiwi" < [EMAIL PROTECTED]> on 09/07/2006 10:24:15 AM

Please respond to e-ketawa@yahoogroups.com

To:   " e-ketawa@yahoogroups.com" <e-ketawa@yahoogroups.com>
cc:    (bcc: FinalAss'y-Material CD-ROM/MKI)

Subject:  e-ketawa :-) Fwd: Pernikahan dan Pelacuran




Milis e-ketawa : tempat orang2 keren yg NO SARU & NO SARA

peace yo..!!

Ketawa dot Com - http://ketawa.com/
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
   http://groups.yahoo.com/group/e-ketawa/

<*> Your email settings:
   Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
   http://groups.yahoo.com/group/e-ketawa/join
   (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
   mailto: [EMAIL PROTECTED]
   mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
   [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
   http://docs.yahoo.com/info/terms/




dari yg patah hati ama siti.....
====================

---------- Forwarded message ----------

Pernikahan dan Pelacuran

Hati saya benar-benar hancur melihat kenyataan bahwa Siti Nurhaliza akhirnya
menikah dengan Datuk K. Dalam hati saya berkata, teganya Siti menjual
dirinya kepada lelaki kaya hidung belang.

Pernikahan tsb membuktikan kebenaran sinyalemen saya beberapa waktu lalu,
bahwa wanita, sekaya apa pun dia, akan tetap memilih lelaki yang lebih kaya
darinya sebagai suami. Dalam kasus ini, kurang apa lagi "mbak" Siti, dari
segi materi? Kenapa dia lebih suka memilih lelaki, yang konon, sebetulnya
adalah suami orang?

Seperti banyak dirumorkan media Malaysia dan media jirannya, bahwa CT (Siti)
lebih suka nemplok di pelukan suami orang, daripada di pelukan lelaki yang
masih membujang. Karena kehadiran Siti di hati sang Datuk lah, maka istri
Datuk memilih cerai daripada dimadu.

Kalau cuma suka pada lelaki beristri, kenapa sih, bukan memilih saya atau
anda saja? Ah, tentu saja kehadiran saya tidak akan ada artinya bagi
berlangsungnya jaminan sosial sang diva. Financial security, itulah alasan
kebanyakan wanita menikah. Sedangkan lelaki lebih suka menikah karena bakat
bawaan instink primitifnya yaitu, tertarik "barang" bagus.

Lelaki berduit mana yang tak menginginkan wanita yang mirip boneka barbie
itu? Jangankan lelaki berduit, lelaki yang tak berduit pun pasti berkhayal,
malu-malu atau tidak malu-malu, untuk menikah dengan penyanyi bersuara emas
itu. Apalagi karakternya yang anggun dalam penampilan, sopan dalam bertutur
kata, dan tidak suka pamer aurat itu, pasti menambah hasrat setiap pria
untuk mendapatkan sorga dunia.

Walaupun saya tidak suka mendengar musik, tapi sepintas saya dapat menilai
bahwa si Siti Nurjazila ini mempunyai bakat besar dalam menyanyi (betul apa
tak betul?). Dan yang saya kagumi juga, dia tak pernah berpakaian ala barat
di setiap kali penampilannya. Dia tidak terpengaruh untuk ikut-ikutan
menggunakan pakaian yang seksi, minim atau ketat.

Berbeda jauh dengan para penyanyi wanita kita, yang lebih suka memamerkan
lekuk-lekuk tubuhnya dengan berpakaian ketat atau minim, dalam rangka
mendongkrak pendapatan belanja rumah tangga. Malah bukan rahasia lagi kalau
para penyanyi wanita yang sudah beristri pun, rela meninggalkan suami dan
anaknya berhari-hari karena dibooking "manggung" oleh organisasi ini,
organisasi itu.

Di sini terlihat dengan jelas, bahwa berdasarkan salah satu fenomena tsb,
sebetulnya batas antara penyanyi wanita (artis) dan pelacur sangatlah tipis.
Boleh dibilang tak ada batasnya, sebab keduanya sama-sama menjajakan sex
appeal yang mereka miliki, baik melalui suara atau tubuh mereka.

Dengan sex appeal (daya tarik seksual) yang menjadi andalan mereka berbisnis
inilah, yang kemudian mendasari mereka untuk memasang harga, baik ketika
show yang sebenarnya, atau show yang pakai tanda kutip, "show". Lebih jauh
lagi, dalam segala aspek, harga tinggi tersebut kemudian berdampak pada
tingginya gengsi, sehingga segala sesuatunya, disebut pantas atau tidak
pantas, dengan nominal uang.

Contohnya dalam perkawinan yang dialami banyak kaum selebritis, tak ada satu
pun yang rela menikah dengan orang miskin, atau katakanlah, dengan orang
yang standar ekonomi menengah. Dan penyakit masyarakat tersebut ternyata
juga bukan menjangkiti para selebritis yang sering nongol di TV, orang-orang
kampung yang tidak pernah masuk berita pun, mematok harga tinggi bagi anak
gadisnya. Apalagi kalau sang anak bertampang cantik atau mirip-mirip artis,
maka harga jualnya pun tentu lebih tinggi lagi.

Anda boleh saja protes, tapi hal ini benar adanya. Banyak orangtua yang
bertingkah seperti germo atau bromocorah yang memasang tarif tinggi bagi
siapa yang hendak meminang anak gadisnya. Terkadang sang anak gadis pun
merasa dirinya cantik dan memang merasa pantas dihargai dengan harga tinggi.


Jadilah di sini batas pelacuran dan pernikahan jadi kabur. Dalam kedua event
tsb, sang lelaki sebagai konsumen, sama-sama harus mempunyai budjet yang
banyak untuk mendapatkan seorang wanita. (Berdasarkan kenyataan ini,
barangkali nanti, para "ulama" jaringan islamliberal akan mengeluarkan fatwa
bahwa melacur itu halal karena, sama-sama mengeluarkan uang, seperti laiknya
pernikahan).

Kalau jiwa pelacur dan germo sudah menguasai, maka segalanya harus serba
wah, termasuk memilih calon suami, seperti yang menimpa Siti Nurhalija.
Sopan santun dalam bertutur kata, elok dalam berpakaian, hanyalah kamuflase
untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dari lelaki hidung belang.
Pengetahuan agamanya hanya dijadikan umpan untuk menjaring konsumen yang
lebih banyak.

Menyinggung tipisnya batas pernikahan dan pelacuran, berarti menyinggung
sebuah kosa kata lain, yaitu kebaikan yang diwakili polisi,lawan kejahatan
yang diwakili penjahat. Batas antara kebaikan dan kejahatan hanyalah sebuah
benang yang transparan.

Seorang polisi dan seorang penjahat sama saja statusnya, sama-sama merugikan
masyarakat. Penjahat merugikan orang lain tanpa menggunakan institusi resmi,
sedangkan polisi, pejabat pemerintah, anggota DPR/DPRD, hakekatnya adalah
penjahat juga, sebab mereka suka memakan uang rakyat dengan menjual hukum.

Bahkan ketika seorang terpidana harus masuk penjara untuk bertobat, segala
infra strukturnya tidak mendukung sama sekali untuk bertobat. Seorang
terpidana, yang seharusnya segala nafsu kriminalnya dibelenggu oleh aparat,
masih bisa melakukan segala bentuk criminal, baik sebagai bandar narkoba,
atau yang kecil-kecilan, jualan rokok.

Lebih edan lagi, dosa dan kejahatan itu juga menjadi kewajiban bagi penjaga
penjara, karena mereka mewajibkan para pengunjung membayar sekian rupiah
untuk sekali bezuk. Jadi sebetulnya semua mata rantai dalam penjara itu,
baik polisi, hakim, yang terpidana, sipirnya, ketua lapasnya, dan
pengunjungnya sama-sama tukang criminal.

Jadi seseorang masuk penjara bukanlah sebuah jaminan akan terbebas dari
menebus sebuah dosa, sebab dosa yang lain sedang menanti.

Well, bagaimana pun juga kehidupan terus berjalan. Pelacuran dan perkawinan
tak akan pupus dari dunia, selama para wanita cantik dan tidak cantik masih
merasa sebagai barang yang mahal. Polisi, pejabat, anggota dewan dan
penjahat tetap saja masih satu derajat, selama mereka tidak menyadari betapa
berharganya secuil nasi tetangga yang tercecer di atas meja.

Kembali ke soal perkawinan Siti Nurhaliza vs |Datuk K. Sebagai seorang
muslim yang baik, mustinya Datuk K tidak hanya sekedar melegitimasi
perkawinan untuk melampiaskan nafsunya. Sebagai anggota dari umatan wasatan,
mustinya Datuk K, dan juga kita, dalam hal perkawinan mempunyai sebuah misi,
baik itu misi sosial, ekonomi maupun pendidikan.

Bukan hanya sharing, maaf, alat kelamin, dengan bayaran yang mahal, tapi
juga musti sharing harta-benda dan intelektual. Dengan kata lain, mustinya
seorang yang kaya menikah dengan seorang yang miskin. Orang pandai menikah
dengan orang yang kurang pandai. Seorang ahli agama mustinya kawin dengan
seorang yang buta agama. Dengan demikian terjadi sharing ekonomi, sosial dan
intelektual.

Kalau seorang kaya kawin dengan orang kaya, orang miskin musti kawin dengan
orang miskin, ustadz kawin dengan ustadzah, menurut saya mereka bukan
termasuk orang-orang yang beruntung, dan tidak mengerti makna visi dan misi
beragama.

Dalam hal ini saya salut dengan orang-orang Singapura yang mau menikahi para
janda miskin dari bangsa Indonesia. Padahal para janda itu rata-rata
bertampang jauh memprihatinkan dari Siti Nurhaliza (dan tak bisa menyanyi).
Dan dari segi ekonominya pun tergolong pas-pasan, karena mereka kebanyakan
tadinya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, baby sitter, tukang masak,
dll.

Kalau seorang Siti Nurhaliza dan yang senasib dengannya masih juga mencari
lelaki yang lebih kaya, menurut saya, mereka tak ada beda dengan pelacur.
Walau mereka nampak terhormat, tapi mental mereka mental pelacur. Begitu
juga Datuk Khalid, walaupun kedudukannya terpuji di mata Malaysia, tapi
mentalnya tetap mental hidung belang.

Sebagai Penutup, walaupun saya kurang setuju dengan keputusan yang diambil
oleh "dik" Siti dan datuknya, saya tetap berlaku sportif. Saya ucapkan
semoga pasangan Datuk K dan Siti boleh berkekalan selama-lamanya Siti mampu
bertahan. Dan sebagai seorang lelaki, saya selalu berkeyakinan bahwa,
kesempatan kedua itu selalu ada, jadiĀ… saya menunggu jandanya sajalah!

wassalam




Kirim email ke