Rosi lagi ngamuk kirim email banyak pisan satu blom selesai baca muncul satu lagi ehh pengirimnya dari rosi lagi selamat deh buat rosi atas postingan hari ini maju terus klo ada orang nyebrang di rem biar gak nabrak
----- Original Message ----- From: Mayrosi Wibawa (Mr) To: May Rosi Wibawa Sent: Wednesday, May 02, 2007 9:09 AM Subject: e-ketawa :-) Jalan Terjal Mengulur Jilbab Terlepas dari bentuk dan jiwa jilbab modern yang mungkin menjadi penggunjingan ada satu hal yang saya kutip dari perkataan putri iran atau mana ya? negaranya saya lupa tapi beliou tinggal di timur tengah tentang jilbab saat di wawancarai oleh Oprah di Metro TV waktu lalu, bahwa " Tidak Semua umat ISlam mengenakan Jilbab dan bukan berarti yang tidak memakai jilbab bukan islam yang baik, tapi dalam islam seorang wanita dianjurkan untuk menutup aurat nya. dan tidak berarati pula bahwa wanita muslim menutup diri dan terbelakang. berdoa 5 kali sehari dan memerankan peran seorang ibu dengan mulai dari menyipakan sarapan untuk anak dan suami nya , mengantar sekolah anak nya dan menjadi istri yang baik beliou juga seorang putri atau pemimpin bagi rakyat nya / kepala pemerintahan. suatu upaya untuk memberikan penjelasan tentang makna sesungguhnya sebuah way of life yang mana tidak bisa disatukan dengan asumsi atau apapun karena kepercayaan adalah hadir dari hati yang lahir dari sebuah penghormatan akan kepatuhan pada yang di yakini. salam Selasa, 13 Februari 2007 Jalan Terjal Mengulur Jilbab Para perawat di RS Kebonjati, Bandung, bisa sedikit lega. Perjuangan mereka untuk berjilbab di tempat kerja mulai mendapatkan jalan keluar. Sejak kemarin, secara pribadi, perwakilan direksi mengaku tidak keberatan perawatnya mengenakan jilbab. Tapi, itu baru keputusan yang bersifat pribadi. Meski begitu, seorang perawat, Ratna Suminar (29 tahun) menyambut kenyataan itu dengan haru. Maklum, selama ini, mereka secara ketat diharuskan memakai seragam perawat yang sangat tidak memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai jilbab. Terpaksa, wanita yang sudah bekerja selama 10 tahun di rumah sakit tersebut melepas jilbabnya begitu berada di tempat kerja. Seragam yang wajib dikenakan itu berupa rok terusan berwarna putih yang panjangnya selutut. Sebagian malah terlihat di atas lutut. Lengan rok tersebut juga panjangnya tidak sampai menutup siku. Yang lebih menyiksa, seragam tersebut tidak menutup bagian dada secara sempurna. Hal ini menjadi siksaan tersendiri buat Ratna, juga perawat lain yang meyakini wajibnya berjilbab bagi kaum wanita. Mereka merasa, dengan melepas jilbabnya di tempat kerja sama dengan mengingkari kewajiban untuk menutup auratnya. Dengan izin yang bersifat pribadi itulah dia berjanji akan terus berjilbab, apa pun risikonya. Izin pribadi itu muncul setelah kemarin sedikitnya 28 perawat bersama Front Pembela Islam (FPI) Bandung secara terbuka menyampaikan aspirasi soal jilbab kepada pihak manajemen rumah sakit. FPI Bandung memang menjadi ormas Islam pertama yang mengendus ketidakberesan di rumah sakit tersebut. ''Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan langsung datang ke kantor kami dan meminta kami melakukan advokasi terkait jilbab,'' ujar Asep Syarifudin, wakil ketua FPI Bandung. Berbekal permintaan itu, Asep mengatakan, FPI akhirnya memutuskan untuk melakukan pembicaraan dengan manajemen RS Kebonjati dan meminta dilakukan pencabutan pelarangan mengenakan jilbab. ''Kami bertekad memperjuangkan hak yang dimiliki para perawat, terutama untuk mengenakan jilbab,'' ungkap dia. Dengan mediasi dari kepolisian, FPI beserta perawat, kemarin mereka bertemu dengan manajemen RS Kebonjati. Pihak manajemen diwakili Wakil Direktur Bidang Non Akademis, dr Yunandi. Dalam pertemuan itu, perwakilan FPI menyodorkan selembar kertas berisi pernyataan persetujuan pemakaian jilbab yang dibuat dengan tulisan tangan oleh Kepala Divisi Personalia RS Kebonjati, Euis Hasanah. Yunandi akhirnya mau menandatangani surat tersebut, tapi dengan tegas menyatakan tanda tangan itu bersifat pribadi. Sebelumnya, Euis Hasanah dan Wakil Direktur Bidang Medis RS Kebonjati, dr Yoyo Mulyadi, melakukan hal yang sama. Sikap pribadi para wakil direksi itu, tentu belum menjadi sikap resmi lembaga. ''Saat ini, mohon maaf, keputusan secara lembaga masih seperti dulu. Hanya, secara pribadi, saya tidak mempermasalahkan pemakaian jilbab oleh perawat,'' ujar Yunandi. Apa artinya? Secara kelembagaan, rumah sakit tersebut masih mewajibkan perawatnya mengenakan seragam perawat yang tidak bisa sempurna menutup aurat. Di akhir pertemuan itu, Yunandi berjanji untuk segera membawa masalah tersebut dalam pertemuan manajemen. Dalam pertemuan itu, dia mengaku akan meminta manajemen secara kelembagaan bisa mencari solusi yang tepat. Janji ini sempat diprotes Ratna. ''Kenapa harus nanti dibicarakannya. Sekarang saja, toh semua direksi sudah ada,'' ucap Ratna dengan suara lantang. Namun, permintaan itu tak bisa dipenuhi Yunandi. Meski masih bersifat pribadi, keputusan itu menjadi kekuatan tersendiri bagi para perawat yang terbiasa berjilbab. Setelah pernyataan itu ditandatangani, para perawat yang biasa berjilbab langsung ke ruang ganti dan mengganti seragamnya dengan jilbab. Perawat lain, Nining Sarininsih (26 tahun), mengaku sangat risi mengenakan seragam perawat yang diwajibkan di tempat kerjanya. Dia mengungkapkan dengan seragam tersebut, sebagian auratnya akan terlihat saat harus berjongkok memandikan bayi, atau saat harus naik-turun tangga. Namun selama ini, dia terpaksa mengenakannya karena pihak rumah sakit mewajibkan seragam tersebut. ''Padahal, kalau pakai celana panjang terlihat kan lebih sopan,'' ungkap dia. Sebenarnya, sejak 2004, para perawat ini sudah berusaha untuk meminta kepada direksi supaya diizinkan mengenakan jilbab di tempat kerja. Namun, keinginan para perawat itu selalu ditentang direksi. Pihak direksi beralasan rumah sakit yang dikelolanya itu tidak membawa bendera agama tertentu. Yunandi pun beranggapan seperti itu. Menurut dia, RS Kebonjati adalah rumah sakit umum. Dia membantah bahwa manajemen rumah sakit melarang pegawainya mengenakan jilbab. ''Tapi, memang kami punya aturan soal seragam perawat yang sudah jelas gambarnya,'' ujar Yunandi. Sikap direksi yang seperti itu, selama ini menjadi tekanan berat bagi para perawat yang meyakini wajibnya kaum wanita untuk berjilbab. __________ NOD32 1869 (20061116) Information __________ This message was checked by NOD32 antivirus system. http://www.eset.com