Eh, ada yang ngambek.....
Ditanggapin sedikit aja ya.. aslinya sih males, tapi daripada dianggap gak mau 
nanggapin....??
Itu jelasnya dianggap dongeng aja deh... 
Kenyataan == Apa ormas berkedok agama yang paling sering anarkis? Apa ormas 
berkedok agama yang paling sering memaksakan kehendak? Mending kalau mereka 
punya nyali -berani single gitu..-, eh.. beraninya kalau datang segerombolan 
trus pasti bikin rusuh...... Apa itu ya, sepertinya masyarakat pasti tau deh?
Kalau tidak salah:>>>
Fanatik: Hanya menganggap golongannya-lah yang paling benar, paling superior, 
paling baik, paling suci...

Picik: Memandang kebenaran hanya datang dari satu sisi yang sempit saja, dan 
cenderung menganggap pendapatnya lah yang paling benar....

Munafik: alias hipokrit, pura2 mengutuk tapi ada maunya... kalau diberi 
kesempatan ternyata mau juga..

Termasuk yang mana diri kita? Mbok ya ngurusi masalah yang riil aja deh...
----- Pesan Asli ----
Dari: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: e-ketawa@yahoogroups.com
Cc: e-ketawa@yahoogroups.com
Terkirim: Rabu, 2 Mei, 2007 12:09:42
Topik: Re: Hal: e-ketawa :-) Selamat Datang di Republik Porno









  


    
            


dongeng orang yg fanatik, picik, dan munafik...


hati-hati loe kalo ngomong, gw pikir

itu bukan sekedar dongeng dan yang forward tentu bukan orang yang fanatik,

picik apalagi munafik tapi justru orang yang peduli dengan masalah umat

dan masyarakat.. .


but, gw setuju kalo sebaiknya artikel

seperti itu lebih baik lagi kalau di share di forum terbatas yang lain

adja...


thanks,


keep our respect...


rgds,














Herrybertus Febrianto Mulya

<herry_milanisti@ yahoo.co. id> 


Sent by: [EMAIL PROTECTED] s.com

05/02/2007 08:30 AM







Please respond to


[EMAIL PROTECTED] s.com














To


[EMAIL PROTECTED] s.com





cc









Subject


Hal: e-ketawa :-) Selamat Datang di

Republik Porno



































Ini forward-an email yang Ga ada hubungannya

dengan e-ketawa...! !! (moderator.. ?!?!)


Tambah Ilmu apaan..?? 


Tapi cukup lucu sih, kalau sekedar untuk dengerin dongeng orang yg fanatik,

picik, dan munafik...





----- Pesan Asli ----


Dari: Mayrosi Wibawa (Mr) <[EMAIL PROTECTED] net>


Kepada: [EMAIL PROTECTED] s.com


Terkirim: Rabu, 2 Mei, 2007 8:30:46


Topik: e-ketawa :-) Selamat Datang di Republik Porno





sekedar foward loe, isi di luar tanggung jawab

pengirim just for know aja, baca untuk sekedar tambah ilmu aja 







Playboy Bebas


Selamat Datang di Republik Porno


Bebasnya Pemred Playboy menjadi preseden

buruk bagi masyarakat Indonesia. Putusan pengadilan menjadi aspek legalitas

berkembangnya produk serupa. Aparat keamanan takkan berani merampas produk

pengumbar syahwat itu lantaran telah sah secara hukum. Bukan tak mungkin,

aparat justru akan menindak para penentang media berbau porno itu.





Kamis (5/4) di ruang sidang Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan. Jarum jam sudah berdetak ke angka sepuluh. Ruangan yang

biasanya digunakan untuk mengadili kasus-kasus besar, terutama kasus-kasus

korupsi yang melibatkan tokoh-tokoh penting Indonesia, pada hari itu tampak

padat dipenuhi pengunjung. Maklum, hari itu kasus Pemimpin Redaksi Majalah

Playboy Indonesia Erwin Arnada segera akan diputuskan. 


Pengunjung sidang yang kebanyakan dari massa Forum Umat Islam (FUI) terlihat

resah menunggu. Waktu yang ditetapkan untuk memulai persidangan sudah lewat

satu jam. Massa yang sudah datang sejak pagi itu khawatir, dengan alasan

yang tidak jelas, persidangan bisa saja ditunda lagi seperti penundaan

pembacaan tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) sebelumnya.


Pagi itu, massa pengunjung yang kebanyakan dari elemen laskar Front Pembela

Islam (FPI), yang terdiri dari ibu-ibu dengan jilbab putih dan laskar FPI

tak cukup untuk menandingi jumlah aparat kepolisian yang diterjunkan. Tak

tanggung-tanggung, 600 lebih aparat kepolisian dikerahkan. Mereka menyebar

di luar gedung, membentuk lingkaran yang siap mengepung massa jika terjadi

keributan. Itu belum termasuk aparat berpakaian preman alias intel yang

menyebar di setiap penjuru dalam ruang sidang. 


Truk-truk besar pengangkut aparat sengaja diparkir di depan pagar gedung

pengadilan. Panser meriam air (water cannon) yang beda dari biasanya, dengan

bentuk lebih besar dan panjang, juga nangkring di depan pagar gedung pengadilan.

Di dalam halaman pengadilan, dua panser meriam air dalam bentuk yang lebih

kecil juga terlihat parkir. 


Untuk menenangkan suasana, polisi wanita yang pagi itu juga berjejer manis

mengawasi setiap gerak-gerik massa, memutar kaset yang berisi lantunan

ayat-ayat al-Qur'an. Suaranya begitu nyaring, menggema ke seantero luar

gedung pengadilan. Mengenai jumlah aparat ini, menurut mantan Ketua YLBHI

Munarman, bisa saja sengaja dikerahkan oleh Playboy kepada kepolisian untuk

mengawal persidangan ini. “Setahu saya, untuk mengerahkan personil hingga

600 orang harus mengerahkan seluruh kekuatan (full power). Satu Polres

itu jumlah personilnya antara 500-600, satu batalion. Untuk membiayai demikian

besarnya pengerahan personil itu, nggak mungkin Polisi mengeluarkan dana

sendiri. Biasanya ada bantuan eksternal (donatur, red). Bisa saja diambil

dana operasional dari Playboy,” ujar Munarman pada Sabili yakin meski

untuk membuktikan hal itu tidak mudah.


Sidang belum juga dimulai meski waktu sudah beranjak siang. Sabili yang

juga datang sejak pagi berusaha mencari tahu, kenapa sidang ini molor.

Dari petugas berseragam kejaksaan yang berjaga, diperoleh kabar bahwa Majelis

Hakim sedang briefing sebentar untuk menyiapkan vonis. Sabili menyelinap

ke belakang ruang sidang, mendekati kerumunan pria-pria berbadan gempal

yang tak lain adalah intel. Desas-desus dari obrolan antar mereka, didapat

informasi bahwa kemungkinan besar Erwin Arnada bebas. Sidang vonis belum

dijatuhkan, tapi aparat intel itu sudah bisa memprediksi bos Playboy itu

akan bebas.


Waktu terus beranjak siang. Ruang sidang mulai padat dan pengap oleh banyaknya

pengunjung. Shaf terdepan sebelah kiri, bangku pengunjung sidang sudah

diduduki intel yang menyamar. Massa FUI yang sudah tak sabar akhirnya berorasi

di ruang sidang. Pekik takbir bersahut-sahutan. "Kita menanti vonis

terhadap orang yang sudah menjajakan pornografi dan merusak moral bangsa

ini. Kita harus lawan kepentingan kapitalis global yang dibawa oleh Amerika

untuk merusak bangsa ini," teriak aktivis Hizbut Tahrir Indonesia

(HTI) Irwan Syaifullah.


Tak lama Irwan berorasi, Erwin memasuki ruang sidang dengan pengawalan

ketat. Seorang massa berdiri dari berteriak lantang. "Ikhwan fiddin

(saudara-saudara satu agama, red), makhluk terkutuk perusak moral itu sekarang

sudah ada di ruangan ini. Kita berharap dia dihukum seberat-beratnya. Takbir!"

"Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!" teriak massa FUI

yang berpakaian hitam itu.


Tak lama berselang, sekitar pukul 11.00 WIB, Majelis Hakim dengan pengawalan

ketat memasuki ruang persidangan. membacakan amar putusan, majelis hakim

menyatakan tuntutan Jaksa penuntut umum terhadap Erwin tidak bisa diterima.

Karena itu, majelis hakim menolak tuntutan terhadap Erwin, membebani biaya

perkara kepada negara, dan memutuskan sidang ditutup.


Mendengar putusan hakim yang tak begitu tegas, membuat massa yang hadir

di ruang sidang terbengong-bengong. "Jadi putusannya gimana, tuh?"

ujar massa FPI saling bertanya satu sama lain. Pengunjung lain pun bingung

dan banyak yang tak mengerti. Dari sekian banyak pengunjung, yang cuma

paham soal putusan hakim itu mungkin cuma Munarman. Dia langsung memberikan

keterangan kepada pers dan menyatakan, "Perang ini belum berakhir.”


Berita bebasnya Erwin, siang itu juga menyebar lewat SMS. Banyak orang

yang terkaget-kaget, termasuk mungkin Habib Rizieq Syihab yang siang itu

tidak bisa hadir menyaksikan persidangan.


Aksi anarkis yang tadinya dikhawatirkan aparat tidak terjadi. Dengan sangat

kecewa, massa FPI pulang dengan tertib. Aparat yang jumlahnya 600 personil

juga mulai berkemas. Dari kerumunan pengunjung, dengan lantang terdengar

teriakan, “Selamat Datang di Republik Porno!” Seorang aktivis HTI tampak

mengepal tangannya.


* * * 


Di ruang lain gedung persidangan itu, Erwin yang sudah mendapatkan vonis

bebas mengadakan jumpa pers. Meski raut wajahnya masih diliputi ketegangan,

Erwin masih bisa sedikit menyunggingkan senyum. Secarik kertas bertuliskan

God Save the Bunnies (Tuhan telah menyelamatkan para kelinci, red), ia

tunjukkan ke hadapan wartawan. Ia juga mengatakan, vonis ini jatuh tepat

satu tahun keberadaan majalah Playboy Indonesia. Ibaratnya, inilah kado

terindah dari majelis hakim untuk Erwin dan majalah Playboy. "Selama

setahun saya dan teman-teman bekerja dalam tekanan," ujar Erwin sambil

mengatakan majalah yang dipimpinnya juga akan melakukan terobosan dengan

Go Asia Pacific. Kalau terobosan ini jadi, maka Playboy Asia Pacific akan

berpusat dan digerakkan dari Indonesia, negeri dengan penduduk Muslim terbesar

di dunia. 


* * *


Sejak awal, sebagian kalangan mengkhawatirkan persidangan ini. Betapa tidak,

sidang yang menghadirkan terdakwa yang terkena kasus berkaitan dengan masalah

publik ternyata digelar secara tertutup. Hakim berdalih bahwa terdakwa

melakukan tindak pidana kesusilaan, sehingga masyarakat tidak boleh tahu

proses dalam persidangan. “Ini menyangkut masalah kesusilaan,” ujar Humas

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Suhady kepada Chairul Achmad dari Sabili

yang menyambanginya di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jum’at

(13/4).


Padahal seperti dituturkan Sekjen FUI Muhammad al-Khaththath, orang awam

pun tahu, terdakwa bukanlah orang yang secara langsung melakukan tindak

pencabulan, pemerkosaan, pelecehan, atau sejenisnya. Ia didakwa karena

telah menyebarkan gambar yang melanggar kesusilaan dengan menerbitkan majalah

untuk tujuan sebagai pekerjaan guna mendapat keuntungan. Sehingga apa yang

dilakukan terdakwa, bukanlah tindakan yang merugikan objek pribadi/seseorang

tapi masalah publik.


Bandingkan proses ini dengan kasus serupa yang menghadirkan Nano Riantiarno,

Pemimpin Redaksi Majalah Matra pada 2000. Saat itu majelis hakim tidak

pernah melakukan persidangan secara tertutup. Sidang berlangsung secara

terbuka sejak awal hingga akhir.


Sempat tersiar kabar bahwa majelis hakim menjadikan sidang itu tertutup,

dengan alasan keamanan. Pasalnya, setiap sidang, ruang sidang selalu dipenuhi

pengunjung terutama dari kalangan umat Islam yang mengajukan gugatan kasus

ini. Kalau alasan ini benar, tentu argumentasinya tidak masuk akal. Sejak

sidang dibuka, pengunjung memang banyak. Namun mereka tidak melakukan tindakan

anarkis.


Karena itu, tidak bisa disalahkan pula jika kemudian muncul dugaan negatif

dari masyarakat terhadap proses persidangan ini. Apalagi semua orang tahu,

persidangan ini sebenarnya bukan sekadar menyidangkan seorang Erwin Arnada,

tapi menyidangkan sebuah ikon internasional yang memiliki kekuatan modal

dan pengaruh luar biasa. Tidak seperti propaganda pengacara Erwin yang

berceloteh bahwa Playboy Indonesia bukanlah Playboy Amerika, justru terungkap

dalam pembacaan putusan majelis hakim, bahwa pembagian keuntungannya adalah

8 persen untuk Playboy Indonesia dan 92 persen untuk Playboy Amerika. “Sebagian

keuntungan yang didapat Playboy Indonesia, kita share (bagi, red) ke Playboy

Amerika,” kata Ina Rachman, pengacara Pemred Playboy. 


Sayangnya, Erwin Arnada tak mudah dihubungi. Menurut sekretarisnya, Erwin

sedang berada di luar kota. “Kebetulan dia (Erwin, red) sedang berada

di luar kota, Bali kalau nggak salah,” ujar Ade kepada Sabili. Ia pun

menyarankan untuk mengirimkan pertanyaan via email.


Sabili pun mengirimkan beberapa pertanyaan ke email yang disebutkan Ade.

Namun hingga tulisan ini diturunkan, tak ada jawaban dari Erwin atau 
sekretarisnya.

Preduser film Jakarta Undercover itu tetap tak ada kabar. 


Bebasnya Playboy, akan menjadi preseden buruk bagi masyarakat. Pornografi

akan kian marak. Akan lahir majalah dan produk-produk porno lainnya. Putusan

pengadilan ini menjadi aspek legalitas untuk berkembangnya majalah dan

produk serupa. Kalau sudah begitu, apa yang bisa dilakukan aparat keamanan?

Mereka pasti takkan berani menyita atau merampas produk-produk pengumbar

syahwat karena semuanya telah sah secara hukum. Bukan tidak mungkin, aparat

kepolisian justru akan menindak orang-orang yang memerangi media berbau

porno. 


“Yang perlu saya tegaskan di sini, Playboy Indonesia tidak akan pernah

menerbitkan, mempublikasikan foto, imej atau kartu telanjang,” ujar Erwin

seperti dikutip beberapa media usai persidangan (detik.com, 5/4). Namun

siapa yang bisa menjamin janji itu dengan kondisi penegakan hukum seperti

Indonesia sekarang. 


Erwin juga sempat mengatakan bahwa medianya takkan dijual bebas. “Kami

juga menghindari penjualan Playboy di pusat permainan anak-anak. Tujuannya

agar mereka tidak membacanya,” tegas Erwin. Tapi benarkah demikian? Majalah

Playboy justru bisa dengan mudah kita dapatkan.


Seruan Presiden SBY agar menghentikan tayangan mengumbar aurat tak digubris.

MUI seperti tak bergigi. Beberapa lembaga dan ormas Islam bungkam. 


Nah, dapat dibayangkan bagaimana nasib Indonesia ke depan. Apalagi hingga

kini UU Antipornografi tak ketahuan nasibnya. Pornografi dianggap legal

dan negeri ini akan menjadi Republik Porno! 




Hepi Andi Bastoni


Laporan: Artawijaya, E Sudarmaji, Chairul Achmad














__________ NOD32 2076 (20070222) Information __________





This message was checked by NOD32 antivirus system.


http://www.eset.

com








__________ NOD32 2076 (20070222) Information __________





This message was checked by NOD32 antivirus system.


http://www.eset.

com











Kunjungi halaman depan Yahoo!

Indonesia yang baru!

 









    
  

    
    




<!--

#ygrp-mlmsg {font-size:13px;font-family:arial, helvetica, clean, sans-serif;}
#ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}
#ygrp-mlmsg select, input, textarea {font:99% arial, helvetica, clean, 
sans-serif;}
#ygrp-mlmsg pre, code {font:115% monospace;}
#ygrp-mlmsg * {line-height:1.22em;}
#ygrp-text{
font-family:Georgia;
}
#ygrp-text p{
margin:0 0 1em 0;}
#ygrp-tpmsgs{
font-family:Arial;
clear:both;}
#ygrp-vitnav{
padding-top:10px;font-family:Verdana;font-size:77%;margin:0;}
#ygrp-vitnav a{
padding:0 1px;}
#ygrp-actbar{
clear:both;margin:25px 0;white-space:nowrap;color:#666;text-align:right;}
#ygrp-actbar .left{
float:left;white-space:nowrap;}
.bld{font-weight:bold;}
#ygrp-grft{
font-family:Verdana;font-size:77%;padding:15px 0;}
#ygrp-ft{
font-family:verdana;font-size:77%;border-top:1px solid #666;
padding:5px 0;
}
#ygrp-mlmsg #logo{
padding-bottom:10px;}

#ygrp-vital{
background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;padding:2px 0 8px 8px;}
#ygrp-vital #vithd{
font-size:77%;font-family:Verdana;font-weight:bold;color:#333;text-transform:uppercase;}
#ygrp-vital ul{
padding:0;margin:2px 0;}
#ygrp-vital ul li{
list-style-type:none;clear:both;border:1px solid #e0ecee;
}
#ygrp-vital ul li .ct{
font-weight:bold;color:#ff7900;float:right;width:2em;text-align:right;padding-right:.5em;}
#ygrp-vital ul li .cat{
font-weight:bold;}
#ygrp-vital a {
text-decoration:none;}

#ygrp-vital a:hover{
text-decoration:underline;}

#ygrp-sponsor #hd{
color:#999;font-size:77%;}
#ygrp-sponsor #ov{
padding:6px 13px;background-color:#e0ecee;margin-bottom:20px;}
#ygrp-sponsor #ov ul{
padding:0 0 0 8px;margin:0;}
#ygrp-sponsor #ov li{
list-style-type:square;padding:6px 0;font-size:77%;}
#ygrp-sponsor #ov li a{
text-decoration:none;font-size:130%;}
#ygrp-sponsor #nc {
background-color:#eee;margin-bottom:20px;padding:0 8px;}
#ygrp-sponsor .ad{
padding:8px 0;}
#ygrp-sponsor .ad #hd1{
font-family:Arial;font-weight:bold;color:#628c2a;font-size:100%;line-height:122%;}
#ygrp-sponsor .ad a{
text-decoration:none;}
#ygrp-sponsor .ad a:hover{
text-decoration:underline;}
#ygrp-sponsor .ad p{
margin:0;}
o {font-size:0;}
.MsoNormal {
margin:0 0 0 0;}
#ygrp-text tt{
font-size:120%;}
blockquote{margin:0 0 0 4px;}
.replbq {margin:4;}
-->








      
________________________________________________________ 
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! 
http://id.yahoo.com/

Kirim email ke