tanks, aku dah pernah baca kisah ini, tp ketika aq baca lg, rasa haru q muncul 
lg seperti
awal dulu membacanya
kita memang kadang egois dan merasa orang lain berpandangan seperti kita, 
padahal
ad sisi dimana kitapun dapat terhenyak oleh pandangan orang yg paling sederhana 
sekalipun
back to famly


----- Pesan Asli ----
Dari: Maulana Reeza <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: milis ti_2002 <[EMAIL PROTECTED]>; Alumni TI ITI <[EMAIL PROTECTED]>; 
milis ketawa <e-ketawa@yahoogroups.com>
Terkirim: Sabtu, 2 Juni, 2007 12:03:40
Topik: e-ketawa :-) Bagi yang terlalu sibuk ber-karir

Seperti biasa SURYO, Senior Consultant di sebuah perusahaan swasta terkemuka di 
Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, ATEK, 
putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD yang membukakan pintu. Ia 
nampaknya sudah menunggu cukup lama.
“Kok, belum tidur?” sapa SURYO sambil mencium anaknya. Biasanya, ATEK memang 
sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke 
kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, ATEK 
menjawab, “Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?” 
“Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?” “Ah, enggak. 
Pengen tahu aja.” “Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja 
sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000 ,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 
22 hari kerja. Sabtu dan minggu libur, kadang sabtu Ayah masih lembur. Jadi, 
gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?” ATEK berlari mengambil kertas dan 
pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan 
televisi. 
Ketika SURYO beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, ATEK berlari 
mengikutinya. “Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti 
satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong,” katanya. “Wah, pinter kamu. Sudah, 
sekarang cuci kaki, bobok,”perintah SURYO. Tetapi ATEK tak beranjak. Sambil 
menyaksikan ayahnya berganti pakaian, ATEK kembali bertanya, Ayah, aku boleh 
pinjam uang Rp.5.000,- nggak?” “Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa 
minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah. “Tapi, 
Ayah…”Kesabaran SURYO habis. “Ayah bilang tidur!” hardiknya mengejutkan ATEK. 
Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. 
Usai mandi, SURYO nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok ATEK di kamar 
tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. ATEK didapatinya sedang 
terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil 
berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, SURYO berkata, “Maafkan Ayah, 
Nak. Ayah sayang sama ATEK.Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau 
mau beli mainan, besok’kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah 
kasih.” “Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau 
sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini. “Iya,iya, tapi buat 
apa?” tanya SURYO lembut.”Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main 
ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu 
sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu Ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 
15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka 
setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,- . Makanya aku
 mau pinjam dari Ayah,” kata ATEK polos.
SURYO terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat 
dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia 
berikan selama ini, tidak cukup untuk “membeli” kebahagiaan anaknya.


Food fight? Enjoy some healthy debate
in the Yahoo! Answers Food Drink Q&A.



      
________________________________________________________ 
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! 
http://id.yahoo.com/

Kirim email ke