Aduh Ros.. lo buta huruf ya..
udah gw bilang gw pucing klo baca banyak2..
cuma sempet baca 1 paragraph aja...
itu cerita ttg syahwat ya...
itu bukannya lagunya Denada..

Wah Syahwat.. jam satu lewat..
Aduh Syahwat.. gw terlambat..
Aduh enggak kuat.. bisa2... (gw lupa liriknya)
*garing mampus*
*kriukkk*

Vie


On 8/16/07, rosi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>    Vie baca Comment loe jadi pengen paosting
>
>
> MENGUMBAR SYAHWAT
>
>
> Syahwat adalah fitrah manusia. Tidak bersifat buruk. Juga tidak bersifat
> baik. Netral. Bergantung kepada orang yang memiliki dan melakukannya. Karena
> itu, syahwat tidak boleh dimatikan. Karena, ini adalah salah satu sifat
> bawaan yang menjadikan manusia menjadi bersifat manusiawi. Bukan malaikat,
> yang tanpa syahwat.
>
>
> Syahwat adalah dorongan nafsu biologis di dalam diri manusia yang
> menyebabkan ia tertarik kepada lawan jenisnya. Seorang lelaki tertarik
> kepada wanita. Dan seorang wanita tertarik kepada lelaki. Itu normal.
>
>
> Tetapi, ada juga yang tertarik kepada sesama jenis. Lelaki tertarik kepada
> lelaki, dan wanita tertarik kepada wanita. Yang ini tidak normal. Meskipun
> dorongan itu juga disebut sebagai syahwat. Hal ini pernah terjadi pada umat
> nabi Luth. Mereka banyak yang mempraktekkan hubungan homoseks, antara sesama
> laki-laki. Praktek semacam ini adalah perbuatan yang melampaui batas. Karena
> telah menyimpang dari fitrah yang seharusnya. Bahwa syahwat itu mesti
> disalurkan dengan lawan jenisnya.
>
>
> QS. Al A' raaf (7): 81
> Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan syahwatmu (kepada
> mereka), bukan kepada wanita, sungguh kamu adalah kaum yang melampaui batas.
>
>
> Larangan Allah itu bukan untuk kepentingan siapa-siapa. Semua itu adalah
> untuk kepentingan orang yang bersangkutan. Segala perbuatan yang melawan
> fitrah pastilah akan menimbulkan masalah. Cepat atau lambat.
>
>
> Demikian pula dengan perbuatan homoseks. Praktek semacam ini sangat
> berpotensi untuk menimbulkan berbagai macam penyakit, sosial maupun
> individual. Fisik maupun psikis.
> Sehingga dalam ayat berikut ini, Allah mengaitkan perbuatan homoseks itu
> dengan akibat negatif, yang kebanyakan belum kita ketahui sebelumnya. Atau
> boleh jadi akan terus terkuak dampak-dampak negatifnya di masa depan.
>
>
> QS. An Naml (27): 55
> Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwat, bukan wanita?
> Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)".
>
>
> Di era modern ini, kita telah mengetahui sebagian akibat negatif dari
> praktek homoseksual tersebut. Di antaranya adalah tersebarnya penyakit
> HIV-AIDS yang sangat mematikan dan sulit disembuhkan, hingga kini.
>
>
> Korban-korban terus berjatuhan, dan meluas ke segala lapisan masyarakat.
> Jika dulunya banyak diketemukan di kalangan homoseks dan pemakai narkoba,
> maka kini sudah menyebar ke orang-orang yang tidak ikut menjalaninya.
>
>
> Di antaranya kepada wanita-wanita nakal di lokalisasi. Dan kemudian
> menular kepada lelaki hidung belang. Akhirnya menular kepada istri dan
> anak-anak mereka yang tidak berdosa.
>
>
> Selain penyakit yang bersifat fisik, tentu saja hal ini memunculkan
> berbagai penyakit sosial dan masalah pada penurunan generasi-generasi
> sesudahnya. Begitulah akibat perbuatan-perbuatan maksiat yang dilarang oleh
> Allah. Sehingga Allah lantas memperingatkan kita terhadap azab yang bakal
> menimpa kita, meskipun kita tidak melakukannya. Karena kita tidak berusaha
> mencegahnya.
>
>
> QS. Al Anfaal (8): 25
> Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa
> orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat
> keras siksaan-Nya.
>
>
> Syahwat tidak perlu dimatikan, karena ini adalah dorongan yang bermanfaat
> untuk meneruskan generasi manusia. Jika syahwat ini disalurkan sebagaimana
> mestinya, justru akan menghasilkan energi positif yang bermanfaat buat kita.
> Baik secara fisik, psikis, maupun sosial.
>
>
> Secara fisik, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa penyaluran syahwat
> yang baik dan benar justru akan menyehatkan. Memberikan energi dan kekuatan
> kepada kita. Baik bagi kerja jantung, sistem hormonal, maupun kerja otak.
>
>
> Secara psikis, penyaluran syahwat yang terkendali dengan baik akan
> memberikan rasa tenang dan bahagia. Apalagi jika menghasilkan keturunan.
>
>
> Dan secara sosial, penyaluran syahwat yang baik dan benar akan menekan
> angka penyakit-penyakit sosial yang cenderung meruyak di jaman modern ini.
> Seperti pelacuran, perselingkuhan, aborsi, pelecehan seksual, bahkan
> pembunuhan yang disebabkan oleh kombinasi perbagai dampak di atas.
>
>
> Sayangnya, kehidupan modern justru cenderung untuk mengajak mengumbar
> syahwat. Bukan mengendalikannya. Mulai dari berita-berita koran, majalah,
> tabloid, televisi, cara berpakaian, tempat-tempat hiburan, sampai pada
> pelacuran yang terorganisasi dan dilegalkan.
>
>
> Kehidupan modern telah dikepung budaya mengumbar syahwat. Saking seringnya
> kita melihat adegan seperti itu, sampai-sampai kita menganggapnya sudah
> biasa. Dan wajar-wajar saja. Kalau pun kita tidak setuju, paling-paling kita
> hanya menyimpannya dalam hati. Tidak berusaha untuk mengatasinya.
>
>
> Tapi apa akibatnya? Ternyata, kita juga harus menanggung dampak
> negatifnya. Ya, orang-orang yang tak ikut berbuat dosa, ikut terkena
> getahnya. Karena itu Allah mengingatkan kita agar mencegah perbuatan dosa,
> dan mengajak pada kebaikan. Kemanfaatan bagi semua.
> Perselingkuhan - misalnya - menjadi hal biasa di antara kita. Para pejabat
> negara, wakil rakyat, selebritis, sampai rakyat jelata di pelosok pun
> melakukannya dengan 'perasaan biasa'.
>
>
> Dan kita baru tahu bahwa itu bukan 'hal biasa' ketika peristiwanya meledak
> menjadi konsumsi umum. Dan memunculkan masalah yang rumit. Keluarga jadi
> korban. Anak-anak ikut malu, menderita, frustasi, dan broken home.
>
>
> Syahwat yang tidak terkendali dan dilepas secara sembarangan menjadi salah
> satu sumber masalah yang cukup serius dalam kehidupan manusia. Bahkan, sejak
> manusia generasi pertama, nabi Adam dan keluarganya.
>
>
> Konon, kebencian Qabil terhadap Habil, salah satunya juga dikarenakan
> urusan syahwat. Qobil ingin mengawini saudara kembarnya. Namun orang tuanya
> justru mengawinkan saudara kembarnya itu dengan Habil - adiknya. Sementara
> ia sendiri dikawinkan dengan saudara kembar Habil.
>
>
> Kebencian itu lantas menjalar pada berbagai aktivitasnya. Puncaknya,
> adalah ketika kurban Qobil tidak diterima oleh Allah disebabkan
> ketidak-ikhlasannya. Sementara kurban Habil diterima oleh Allah. Maka, Qobil
> pun membunuh Habil, saudaranya sendiri...
>
>
> 
>

Kirim email ke