SOLO
- Ada temuan menarik dari Prof Dr Mochammad
Fathoni dr SpJP (K) FIHA. Guru Besar Ilmu Penyakit Jantung dan
Kardiovaskular Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
itu menilai ada korelasi yang signifikan antara ketaatan beribadah
terhadap penyakit jantung koroner.
Menurut Fathoni, orang yang rajin beribadah sangat penting untuk
mengurangi stress sehingga berpengaruh baik pada proses terjadinya
penyakit mematikan tersebut.
Dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar di Kampus UNS, Jalan Ir
Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, Sabtu 10 November 2007, Moch Fathoni
menjelaskan, dirinya meneliti pengaruh ibadah dalam hubungannya dengan
stress pada beberapa senyawa kimiawi yang memengaruhi "patogenis
atherosklerosis" serta "prognosis Infark Miokard Akut (IMA). Penelitian
merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan
rancangan studi kohort prospekyif.
"Sebagai inklusi, saya telah mengamati penderita IMA baik laki-laki
maupun wanita berumur 35-70 tahun di RSUD Dr Moewardi Solo," jelasnya.
Pengamatan dilakukan saat masuk RS sampai dua bulan setelah terkena
penyakit jantung koroner terutama IMA. Diagnosis ditetapkan dengan
"anamnesis" terdapatnya sakit/nyeri dada yang spesifik lebih dari 20
menit.
Pemeriksaan "elektrokardiografi" (EKG) sesuai "minesota code" serta
pemeriksaan enzom spesifik : MV-CPK, mioglobin serta cTn-1.
Sebagai evaluasi nilai ibadah, diberikan skor untuk masing-masing
ibadah seperti salat wajib, puasa Ramadan, dan zakat. Jika dilakukan
dengan baik mempunyai skor satu. Bila tidak dilakukan nilainya lima.
Untuk ibadah haji, bagi orang mampu yang telah melakukan nilainya satu,
sedangkan yang belum nilainya lima. Untuk orang
yang tidak mampu tapi sudah melakukan nilainya satu dan yang belum
nilainya dua.
Untuk ibadah sunah seperti salat rowatib, salat dhuha, salat tahajut,
puasa tiga hari, puasa dawud, baca Al Quran, dan i'tikaf di bulan
Ramadan yang melakukan diberi nilai satu dan yang tidak nilainya dua.
"Dari hasil penelitian tersebut, terdapat korelasi signifikan antara
nilai ibadah dengan senyawa kimiawi yang berperan pada patogenis
penyakit jantung koroner nilai kadar Hs-CRP sedang," jelasnya.
Dia menjelaskan, berbicara mengenai penyakit jantung koroner, bagi yang
beriman dapat mengetahui kedekatan dengan Allah SWT sehingga dapat
menjadi benteng dalam menghadapi stress psikis. Dia menambahkan, dari
hasil penelitian itu, fakta ilmiah berdasarkan penelitian tersebut,
orang yang kurang menjalankan ibadah dengan baik lebih mudah terserang
penyakit jantung koroner/IMA.
Selain itu, ujarnya, orang yang telah terserang IMA dan diketahui
ibadahnya kurang lebih sering mempunuai prognosis (prediksi perjalanan
penyakit) yang lebih jelek. Mereka lebih banyak mengalami komplikasi
yang berat atau berakhir kematian.
(Sumarno / Sindo / mbs)
|