Berikut artikel mengenai Multi Level Marketing:

http://majelis.mujahidin.or.id/Kolom/Ekonomi/MLM_Halalkah?/33/


MLM YANG RESMI


Sebagai kelanjutan Diskusi (814) MLM = Piramid atau
Bukan?; (815) MLM = New Age?; dan (817) MLM Yang Sehat
(lihat www.yabina.org), ada beberapa pertanyaan baru
sebagai berikut:

(Tanya-1) MLM RESMI? Baru-baru ini (Oktober 2003)
Memperindag meresmikan Gedung Sentra Bisnis dan
Distribusi CNI seluas 11.450 M2 di Jakarta. Bukankah
ini menunjukkan bahwa bisnis MLM itu resmi dan
direstui Pemerintah?

(Jawab-1) SEJUJURNYA, harus diakui bahwa fenomena
pembangunan itu justru menunjukkan dengan tepat bahwa
MLM itu berskema piramid. Dalam bisnis MLM yang
berjenjang, akan terbentuk skema piramid dimana hanya
bagian kecil di atas yang mendapat komisi banyak,
sebagian hanya mendapat komisi sedikit atas kerja
sebagian besar yang di bawah. Di balik semua itu,
puncak piramid, dhi. Perusahaan MLM, akan sangat kaya
raya karena keuntungan berjenjang yang masuk ke kas,
dan pada gilirannya, dana arisan yang terkumpul di
saku pengusaha itu akan ditanamkan di bangunan dan
bisnis lain yang non-MLM juga sehingga keuntungan
perusahaan menjadi-jadi. Inilah yang menjadi
keprihatinan kalangan hukum di Amerika Serikat dengan
banyaknya tuntutan dari para distributor yang merasa
terkecoh oleh janji-janji kaya yang bisa diperoleh
semua orang itu dan banyak kali pebisnis ‘MLM resmi’
didenda besar. Cobalah tanya kepada perusahaan MLM,
berapa jumlah anggota mereka dan berapa ‘success
story’ yang telah berhasil menjadi ‘maha bintang’ atau
‘level diamond’? Deperindag memberi surat IUPB (Izin
Usaha Penjualan Berjenjang) kepada para perusahaan
yang bergerak dalam bisnis MLM, dan izin itu baru
dicabut bila ada tuntutan class action ke pengadilan
bila banyak yang dirugikan. Umumnya peserta MLM hanya
bisa menulis surat di surat kabar tetapi mereka tidak
bisa menuntut di pengadilan, soalnya kerugian yang
dialami banyak orang lapisan bawah masing-masing hanya
kecil tetapi dialami banyak orang, dan kerugian ini
disebabkan skema piramid yang menjadikan pengusaha dan
sekelompok kecil peserta terdahulu memperoleh komisi
berlimpah. 

(T-2) MLM ANGGOTA APLI. Banyak bisnis MLM sudah diakui
dan menjadi anggota APLI (Assosiasi Penjualan Langsung
Indonesia). Apakah keanggotaan itu tidak bisa
dijadikan ukuran bahwa MLM anggota APLI itu resmi dan
halal?

(J-2) PERLU disadari bahwa APLI adalah assosiasi
penjual langsung indonesia, jadi gabungan dari para
penjual langsung termasuk bisnis MLM, dan para
pengurusnya terdiri dari pimpinan MLM, jadi misinya
tentu lebih banyak akan melindungi perusahaan MLM dan
bukan untuk menyorot kegiatan MLM yang menjadi
anggotanya. Di sini APLI tidak terhindarkan akan
berstandar ganda, di satu pihak: (1) APLI menyalahkan
bisnis piramid di pihak lain MLM juga berskema
piramid; (2) APLI menyalahkan sistem binari padahal
beberapa anggotanya bersistem binari; (3) APLI
menyalahkan promosi yang mengecoh, padahal iklan CNI
sehalaman penuh di harian KOMPAS hanya menonjolkan
success story dan bukan menonjolkan produknya; (4)
APLI melarang uang pendaftaran yang besar untuk
menjadi distributor dan beberapa kali, faktanya banyak
anggotanya yang MLM menarik pendaftaran besar juga dan
ada yang uang pendaftarannya kecil tetapi berkali-kali
mendaftar ulang setiap tahun; (5) APLI menyebut bahwa
komisi harus berasal dari penjualan yang dilakukan
sendiri, tetapi faktanya ada perusahaan MLM
membayarkan komisi pada banyak jenjang di bawahnya
yang notabena bukan dari penjualan sendiri; (6) APLI
menghimbau perusahaan MLM untuk transparan dalam
mengungkapkan data jumlah anggota dan keuntungan yang
diperoleh, dalam banyak kasus ini tidak terjadi, sebab
bila perusahaan MLM menyodorkan neraca demikian, akan
terlihat bahwa bisnis mereka menjalankan gabungan
antara penjualan produk + arisan berantai dimana
keuntungan bersih penjualan sebenarnya menjadi uang
arisan berantai (berjenjang) yang dibagikan sebagai
komisi. 

(T-3) MLM BERKEMBANG. Majalah Eksekutip (November
2003) memberitakan bahwa bisnis MLM berkembang,
sebagai contoh CNI dalam umurnya yang 17 tahun telah
diikuti sejuta distributor dan setiap tahun omset
penjualannya meningkat lebih dari 30%. Bukankah ini
menunjukkan dampak positif terhadap perbaikan
perekonomian nasional?

(J-3) BILA hanya melihat aspek kwantitatip memang
benar, demikian juga perdagangan narkoba, CD bajakan,
dan penyelundupan menunjukkan dampak positif terhadap
perbaikan perekonomian nasional. Tetapi bagaimana
secara kualitatip? Perdagangan narkoba, CD bajakan,
dan penyelundupan menurut kacamata umum dan hukum
sudah diharamkan demikian juga arisan berantai dan MLM
produk yang hanya menjadikan produk sebagai komuflase.
Sekalipun beberapa perusahaan MLM produk sudah
meningkatkan mutu produknya dan menjadi anggota APLI,
penjualan yang ‘hanya untuk distributor lingkungan
sendiri’ menyebabkan produknya tidak bisa
diperbandingkan dengan produk sejenis di pasar baik
mutu maupun harganya, apalagi sudah bukan rahasia umum
bahwa ada produk MLM dibeli dari produk laku/terkenal
perusahaan konvensional dan diberi kemasan sendiri.
Membuat perusahaan bukan sifat MLM sekalipun
perusahaan MLM setelah terkumpul dana berjibun
kemudian membuka juga perusahaan sendiri jadi tidak
lagi murni MLM. Kelihatannya jumlah MLM yang resmi
maupun yang tidak sudah melebihi angka 100 dan
menunjukkan mulai terjadinya kejenuhan. Baru-baru ini
ada surat pembaca di harian Pikiran Rakyat Bandung
yang mengkritik CNI karena menurunkan persentasi
komisi berbeda dengan yang dijanjikan semula,
berdasarkan alasan bahwa persaingin di bisnis MLM
makin ketat. Kita tahu bahwa umumnya perusahaan MLM
bergerak utamanya menjual komoditi barang keperluan
sehari-hari seperti kosmetik, vitamin & suplemen
makanan, ini menimbulkan persaingan ketat antar
pengusaha MLM. 

(T-4) MENOLONG ORANG MENOLONG DIRI SENDIRI. Bukankah
terbukti bahwa bisnis MLM menjadikan  ‘Semua Orang
Bisa Mencapai Sukses’ dan ‘For People Who Like Helping
People’ (slogan Kiyosaki). Mengapa dianggap sebagai
bisnis yang menipu lewat menjual?

(J-4) BISNIS MLM bersifat ambivalen, dan sekalipun
diberi slogan indah fakta membuktikan, bahwa: (1)
CBS-TV di USA, pada tahun 1983, mewartakan hasil
penelitian kantor kejaksaan Agung Wisconsin yang
mengungkapkan bahwa dari 20.000 distributor Amway di
negara bagian itu, kurang dari 1% yang memperoleh
penghasilan $14,000 setahun sebelum dikurangi
biaya-biaya lain; (2) Majalah Forbes pada 9 Desember
1991 menyebutkan bahwa rata-rata distributor Amway
hanya memperoleh keuntungan sekitar $780 setahun, ini
belum dikurangi biaya tilpon, transport, perangko, dan
bahan-bahan promosi yang mesti dikeluarkan dalam
pekerjaan ini; (3) Stephen Butterfield, seorang mantan
distributor aktif Amway, melakukan penelitian atas
laporan-laporan tahunan Amway, menemukan fakta bahwa
hanya 1-2% dari seluruh distributor yang mampu
memperoleh penghasilan menengah di masyarakat. Mereka
yang mencapai level diamond yang menjanjikan pemasukan
$50,000 – $100,000 hanya 0,048%. Agar satu orang dapat
meningkatkan kelas sosialnya melalui Amway sedikitnya
2.083 distributor baru harus dimasukkan; (4) Salah
satu success story distributor MLM Nu Skin menyebut
bahwa ia menjadi jutawan dalam waktu 5 tahun dengan
downline kuat sebanyak 5.000 distributor. Di tahun
1998, Nu Skin membayarkan 2/3 dari seluruh diskonnya
kepada hanya 200 upliners dari 63.000 distributor yang
aktif saat itu; (5) Di Indonesia, angka-angka demikian
sulit diperoleh karena umumnya perusahaan MLM tidak
transparan, namun dari data selama 17 tahun beroperasi
dengan 1 juta distributor yang dicapai saat ini, CNI
baru menghasilkan ratusan maha bintang yang memperoleh
bonus rumah dan/atau mobil (lihat Hall of Fame Maha
Bintang CNI). Majalah Eksekutip mencatat: “Pada
National Convention CNI pada 5 Oktober 2003, diberikan
bonus dan komisi berupa mobil pada 20 orang, 19 komisi
kepemilikan rumah, 2 orang mobil mewah, dan seorang
meraih komisi kepemilikan mobil mewah ke-2. Selain itu
masih ada beberapa bonus menarik lainnya, seperti
perjalanan wisata ke luar negeri yang jika
keseluruhannya dihitung nilainya mencapai miliaran
rupiah” (November 2003, h.65). Perlu diketahui bahwa
pada tahun 2003 saja, sejuta distributor membayar
pandaftaran lebih dari 60 milyar rupiah (pendaftaran
ulang @Rp.55.000, tahun 2003 tercatat 250.000
pendaftar baru yang membayar @Rp. 82.500)! Dari
data-data di atas kita dapat melihat bahwa slogan
menjadikan ‘Semua Orang Bisa Mencapai Sukses’ adalah
menipu karena hanya sebagian kecil yang akan sukses
dari dukungan sebagian besar yang tidak sukses,
demikian juga slogan ‘For People Who Like Helping
People’ faktanya lebih menunjukkan ‘For People Who
Like Helping People to Help Him’. Karena itu 

apakah MLM itu lebih tepat disebut ‘Menjanjikan Laba
Menggiurkan’ atau lebih tepat disebut ‘Menipu Lewat
Menjual’? Sungguh tepat apa yang digambarkan tragedi
‘Piramid di Mesir’ dimana demi membangun tempat abadi
untuk Firaun & keluarga, dan para petinggi kerajaan,
puluhan ribu penduduk mengorbankan keringat bahkan
nyawa mereka dalam membangun piramid itu. (Sumber dari
buku: ‘False Profits, Seeking Financial and Spiritual
Deliverance in Multi Level Marketing and Pyramid
Schemes’, Robert L. Fitzpatrick & Joyce K. Reynolds,
Herald Press, 1997), dan juga milis a.l.: 

http://www.pyramidshemealert.org 
http://www.falseprofits.com 
http://www.mlmwatch.com 
http://www.vandruff.com/mlm.html 
http://www.csj.org 
http://www.perso.wanadoo.fr/eldon.braun/awareness/   

(T-5) MLM YANG BENAR? Kalau begitu, apakah sebagai
umat Kristen kita dapat membuat bisnis MLM yang benar?

(J-5) BISNIS MLM berlandaskan penjualan berjenjang
yang berskema piramid (membership ke bawah makin besar
secara deret ukur). Pemasaran berjenjang dengan skema
piramid adalah netral (baca piramid Musa dalam
Kel.18:21-22), dalam hal ini MLM merupakan salah satu
sistem pemasaran di samping sistem perusahaan
konvensionil dan waralaba. Yang membedakan MLM yang
baik dan tidak adalah kandungan produk dan sistem
pembagian komisinya. Bisnis MLM yang baik secara iman
Kristen adalah kalau: 

(1) Menjual produk yang bersaing dengan produk sejenis
di pasar baik secara mutu maupun harga; 

(2) Produk juga dijual kepada umum (Di USA ada
peraturan yang menentukan penjualan 30% kepada umum,
ini untuk menunjukkan kwalitas mutu dan harga secara
bersaing, dan distributor tidak termotivasi membeli
barang yang tidak diperlukan demi mengejar komisi); 

(3) Komisi diperoleh karena penjualan yang dilakukan
sendiri dan bukan karena penjualan orang lain.
Setidaknya dua tiga lapis komisi masih dihalalkan
karena para distributor masih memberikan pembinaan dan
dorongan kepada jenjang-jenjang satu, dua dan tiga di
bawahnya (active income), tetapi tidak mungkin pada
jenjang-jenjang selanjutnya. Yang menjadi masalah
disini adalah daya tarik MLM justru pada pembagian
komisi atas penjualan pada banyak jenjang, ada yang
sampai 7 jenjang ada yang tidak terbatas, ini biasa
disebut ‘pasif income’; 

(4) Pembagian komisi yang lebih merata, artinya tidak
membentuk gambaran piramid dimana perusahaan di puncak
akan sangat kaya raya dan sebagian elit distributor
terdahulu banyak laba, tetapi ini didukung oleh jerih
payah sebagian besar yang dibawah; 

(5) Tidak menipu dan mengecoh dengan slogan-slogan
yang biasa dipromosikan iklan MLM dan pertemuan
pelatihan MLM, seakan-akan ‘SEMUA distributor DAPAT
mencapai SUKSES’ dengan promosi kesaksian ‘success
story’ para ‘maha bintang’ atau ‘level diamond’,
soalnya hukum piramid dalam MLM tidak memungkinkan
‘semua dapat sukses’; 

(6) MLM umumnya melatih para distributor bukan dengan
prinsip-prinsip marketing tetapi dengan indoktrinasi
kejiwaan New Age yang mendorong ‘motivasi mengenai
sifat ilahi manusia yang mampu menjadi kaya.’ Di
sinilah iman kita dan kesetiaan kita akan nilai
Alkitabiah akan diuji! 

Kiranya rambu-rambu di atas menjadi pedoman bagi umat
Kristen yang terlibat dalam MLM atau yang tergiur oleh
daya tarik untuk bergabung dalam MLM. 


Salam kasih dari Herlianto/YABINA ministry 
http://www.yabina.org/TanyaJawab/Des_03.htm

Mengejar Laba Materi

MLM memang dilematis. Banyaknya praktek MLM yang tidak
bertanggung jawab dan membawa korban memberi dampak
negatip pada praktek seperti Amway atau CNI. Bahkan
kemudian Amway dan beberapa perusahaan MLM meng-klaim
bahwa MLM berbeda dengan piramid, suatu istilah yang
mereka tujukan pada praktek bisnis tipuan seperti
arisan berantai. Yang jelas istilah MLM menjadi tidak
sedap sehingga Herbalife tidak mau menggunakan istilah
itu secara terus terang, dan Amway sendiri dengan
Network 21-nya juga menghindari istilah MLM dan
menggunakan istilah ‘Network Marketing’ (pemasaran
jaringan), padahal justru penggunaan istilah ini
sebenarnya keliru.

Sebenarnya istilah MLM menunjukkan sistem yang berbeda
dengan retail atau waralaba misalnya. MLM bekerja
melalui distributor independen (upline) yang membangun
kelompok dibawahnya yang disebut ‘downline’ dan
selanjutnya ‘downline’ yang semula berfungsi sebagai
konsumen kemudian menjadi distributor baru (upline)
dan membentuk kelompok ‘downline’ baru dibawahnya. MLM
menunjuk pemasaran yang bergerak bertingkat/berlapis
(level/layer) secara linier, dan mengapa kemudian ada
yang disebut Piramid yaitu karena bentuk dua
dimensinya mirip piramid. Bila piramid itu teratur dan
membentuk 2 orang downline dari satu upline, maka
disebut binary. Tidak ada bentuk yang benar-benar
mirip piramid, soalnya multiplikasi masing-masing
distributor berbeda, ada yang banyak downlinenya ada
yang sedikit dan ada yang cepat bertambah down
level-nya ada yang lambat. 

Istilah Network sebenarnya mengambarkan tidak adanya
batasan jelas antara upline dan downline  dan semua
unit bisa berhubungan dengan unit manapun dalam
jaringan (termasuk ikatan horisontal), dan itu tidak
ada dalam MLM dimana downline hanya berhubungan dengan
uplinenya sendiri atau downline barunya (ikatan
vertikal). Gambaran dalam buku Network-21 mengecoh
pembaca, sebab disitu digambarkan upline ibarat
telapak tangan yang memiliki jari-jari downline dan
setiap ujung jari bak telapak baru memiliki jari-jari
dan seterusnya, ini tidak beda dengan gambaran
piramid, namun berbeda dengan gambaran sebuah jaring
ikan dimana banyak bagiannya saling terkait dengan
lainnya. 

Sebenarnya yang membedakan antara Amway, CNI dengan
Pentagono atau AKSARA bukanlah bahwa yang satu disebut
MLM yang lain Piramid, namun yang membedakan adalah
bahwa ‘kandungan praktek’ MLM mereka berbeda-beda.
Amway memiliki Topline (yaitu Amway sendiri) dengan
komoditi yang dijual secara top-down dengan sistem
bonus dan potongan yang diberikan oleh topline kepada
para konsumen yang kemudian menjadi distributor,
sedangkan AKSARA merupakan penyetoran uang secara
bottom-up, ada pembayaran tetapi tidak ada komoditi. 

Dan berbeda dengan sistem marketing lain, dimana
kwalitas produk bersaing dan konsumen dapat membedakan
baik kwalitas maupun harga produk dengan komoditas
sejenis, MLM sekalipun mempromosikan komoditinya
dengan harga yang masuk akal namun tidak memberi
pilihan perbandingan. Bukan kwalitas peoduk yang
dipentingkan namun lebih menitik beratkan pada tehnik
menjualnya yang lebih merupakan cuci-otak dan
indoktrinasi sehingga konsumen tertarik. Konsumen
tertarik bukan karena kwalitas produk namun karena
iming-iming bonus dan daya tarik kekayaan yang
dipromosikan distributor. Lalu bagaimana dengan klaim
Amway yang menganggap dirinya tidak menipu berbeda
dengan AKSARA misalnya? 

Sekalipun Amway lebih teratur, secara terselubung ada
juga unsur menipunya. Semua bentuk MLM akan
mengorbankan lapisan terbawah atau ujung-ujung estafet
bila terjadi force majeur seperti pasar jenuh, bencana
alam, perang atau kiamat, juga kalau tiba-tiba topline
berhenti produksi karena dibubarkan atau pailit. Jadi,
slogan bahwa: “Semua anggota memiliki peluang yang
sama untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan
produk/jasa” jelas menipu, karena kalau terbentuk
bottomline/grassroot, maka kenikmatan yang telah
diperoleh upliners sebenarnya dibayar oleh kerugian
bottomline yang jumlah orangnya jauh lebih banyak dari
jumlah keseluruhan upliners. 

Bottomline/grassroot dalam situasi paceklik demikian
karena tidak bisa menjadi distributor (bukan karena
salahnya sendiri) akan menanggung dua macam kerugian:
(1) mahalnya produk, yang menurut pengakuan pihak MLM
sendiri disebutkan bahwa untuk membayar bonus, sampai
dua-per-tiga harga produksi digunakan untuk royalti,
potongan dan bonus. Maka bila dipotong keuntungan
perusahaan, sebenarnya harga produk itu rielnya cuma
sekitar 10 persen dari harga produk, sisanya
kemahalan; dan (2) royalti & bonus tidak didapat, ini
bukan karena salahnya sendiri tapi situasi memaksa.
Yang jelas jumlah korban ini akan banyak sekali.
Misalnya dalam deretan 1-5-25-125-625 bisa kita lihat
bahwa bottomline (dhi.625) itu besarnya 4X jumlah
upline 1+5+25+125 (=156). 625 orang akan gigit jari
demi kenikmatan 156 orang. Makin lama MLM beroperasi
makin akan berjibun jumlah korbannya. 

Dilihat dari sudut korban, ruginya bottomliner AKSARA
tidak beda dengan ruginya bottomliner misalnya Amway.
Bila bottomliner AKSARA berkorban masing-masing 10
ribu rupiah, maka bottomliner Amway malah bisa
berkorban jauh lebih dari itu berupa nilai kemahalan
harga produk dikurangi biaya produksi yang riel.
Kerugian bottomliner yang jumlah orangnya jauh lebih
besar dibandingkan dengan jumlah akumulatif upliner
yang sudah menikmati bonus besar! 

Dari terang di atas jelas terlihat bahwa MLM bukanlah
sistem marketing yang adil dan jujur tapi penuh dengan
kemungkinan penyalah gunaan terutama mengorbankan
bottom liner. Dalam literatur MLM soal ‘resiko
bottomline/grassroot yang akan dikorbankan’ tidak
pernah diceritakan, padahal itu menyangkut jumlah
orang yang jauh lebih besar dari yang sudah menikmati
keuntungan. Bisnis dianggap berjalan dalam waktu tak
terhingga padahal kita melihat bahwa tidak ada yang
kekal di bumi. Marketing dalam bentuk lain memberi
peluang hidup perusahaan dan banyak pihak lain di luar
perusahaan, namun MLM memangkas semua biaya untuk itu
sehingga terpupuklah dana besar untuk royalti & bonus
para distributor demi keuntungan sendiri. 

Selain itu, karena sifatnya nir-sarana (tanpa kantor,
organisasi manajemen dll.) maka MLM cenderung
beroperasi bagai ‘benalu’ dimana setiap distributor
kemudian memanfaatkan fasilitas dan koneksi di mana ia
berada. Seorang pegawai perusahaan akan memanfaatkan
fasilitas kantor dimana ia bekerja, dosen memanfaatkan
fasilitas kampus, bahkan anggota jemaat gereja
memanfaatkan pertemuan setelah kebaktian untuk
pemasaran kepada sesama jemaat lainnya. Di Indonesia
ada kelompok-kelompok mahasiswa/profesional kristen
yang banyak aktivisnya penganjur MLM, mereka
memanfaatkan persekutuan yang telah terjalin sebagai
sarana pengembangan bisnis MLMnya. 

Dapat dimaklumi mengapa banyak perusahaan melarang
pegawainya ikut MLM (seperti  Astra & Gramedia) bahkan
ada yang mengancam dengan sanksi PHK, pasalnya, banyak
pegawai yang ikut MLM kemudian menggunakan ruang
kantor, waktu kantor dan pulsa tilpon untuk kegiatan
MLMnya. Di beberapa gereja, bahkan majelis jemaat ada
yang menggunakan persekutuan jemaat bukan sebagai
sarana ‘koinonia’ (persekutuan) tetapi digunakan untuk
pemasaran MLM (diplesetkan sebagai dagang ‘koin’). Di
USA jumlah level/layer MLM yang diizinkan juga diatur
pemerintah secara ketat, soalnya ini menyangkut
struktur biaya produk. Network-21 dari Amway banyak
menghadapi tuntutan pengadilan dan sering kalah dalam
pengadilan karena representasi yang salah. Lagipula
berapa banyak pajak penghasilan digelapkan dalam
perusahaan tanpa organisasi dan pegawai demikian?
Bonus umumnya dianggap bukan penghasilan yang bisa
dikenai pajak. 

Bagi iman Kristen, kita perlu waspada mengingat tujuan
bisnis MLM berlawanan dengan semangat ‘mengasihi
sesama’ yang diajarkan Alkitab. MLM menawarkan daya
tarik mamon, yaitu kekayaan & kemewahan materi, mobil
mewah dan jalan-jalan keluar negeri, perilaku yang
potensial menomor duakan iman kepada Tuhan
(Mat.6:19-24). David Roller menulis buku berjudul ‘How
to make Big Money in MLM’, dan dalam bukunya ‘Network
& Multi Level Marketing’, Allen Carmichael menulis
“buku ini akan memberi anda kunci yang diperlukan
untuk membuka pintu menuju kaya raya.” 

Lebih lagi, pelatihan semacam Network-21 menggaet
seseorang ke dalam jaring pengembangan diri (percaya
diri) ‘New Age’ yang berpusat diri manusia. Dalam buku
‘Sistem untuk Sukses – Network-21,’ disebutkan “Anda
percaya pada diri sendiri” dan agar kita
“memvisualisasikan impian kemakmuran masa depan”.
Impian indah yang berbau mantra yang “sangat
menentukan keberhasilan dalam bisnis ini.” Tokoh-tokoh
pelatihan New Age seperti Napoleon Hill, Harold
Robins, Stephen Covey dijadikan inspirasi mimpi indah
demikian, padahal pelatihan pengembangan diri demikian
cenderung ‘mencuci-otak’ dan ‘indoktrinasi kejiwaan’
menurut American Psychologist Association. Sayang MLM
tidak memvisualisasikan mimpi buruk bottomliner yang
kelak akan menggigit jari. 

Network-21 mendorong peserta mempelajari antara lain
buku Dale Carnegie “How to Win Friends & Influence
People” sebuah buku yang banyak dikritik orang karena
mengajarkan artificial ethics/behaviour. Senyum
sebagai kunci sukses dalam bergaul, dan hargailah
semua orang (karena semua orang merasa dirinya
penting) agar ia menyenangi kita. Dapat teman (friend)
lebih penting dari persahabatan (friendship) dan soal
baik buruk kabur. Richard de Vos, pendiri Amway,
ber-slogan: “Tolonglah orang lain agar kita dapat
menolong diri sendiri”, dengan kata lain, kasih kepada
sesama dilakukan dengan pamrih yaitu “agar kita bisa
menolong diri sendiri.” Suatu kasih eros yang berbeda
dengan kasih ‘Agape’, yaitu “Demikianlah kita ketahui
kasih Kristus, bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya
untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita
untuk saudara kita.” (1Yoh.3:16). 

Bila Anda mendapat berkat dari seri artikel MLM ini,
kirimkan kepada teman-teman Anda. 

Salam kasih dari Herlianto/YBA 
http://www.yabina.org/artikel/A'02_45.htm
Ten Big Lies of Multilevel Marketing
Robert L. Fitzpatrick
The multilevel marketing (MLM) field grows, and its
member companies multiply. Solicitations to join seem
to be everywhere. Its promoters would like you to
believe that it is the wave of the future, a business
model that is gaining momentum, growing in acceptance
and legitimacy, and will eventually replace most other
forms of marketing. Many people are led to believe
that success will come to anyone who believes in the
system and adheres to its methods.

Unfortunately, the MLM business model is a hoax that
is hidden beneath misleading slogans. Calling it a
"great business opportunity" makes no more sense than
calling the purchase of a lottery ticket a "business
venture" and winning the lottery a "viable income
opportunity for everyone." MLM industry claims of
distributor income potential, its glorified
descriptions of the "network'" business model, and its
prophecies of dominating product distribution have as
much validity in business as UFO sightings do in the
realm of science.

The very legality of the MLM system rests tenuously
upon a single 1979 court ruling on one company. The
guidelines for legal operation set forth in that
ruling are routinely ignored by the industry. Lack of
governing legislation or oversight by any designated
authority also enables the industry to endure despite
occasional prosecutions by state attorneys general or
the FTC.

MLM's economic scorecard is characterized by massive
failure rates and financial losses for millions of
people. Its structure in which positions on an endless
sales chain are purchased by selling or buying goods
is mathematically unsustainable, and its system of
allowing unlimited numbers of distributors in any
market area is inherently unstable. MLM's espoused
core business -- personal retailing -- is contrary to
trends in communication technology, cost-effective
distribution, and consumer buying preferences. The
retailing activity is, in reality, only a pretext for
the actual core business, which is enrolling investors
in pyramid organizations that promise exponential
income growth.

As in all pyramid schemes, the incomes of those
distributors at the top and the profits to the
sponsoring corporations come from a continuous influx
of new investors at the bottom. Viewed superficially
in terms of company profits and the wealth of an elite
group at the pinnacle of the MLM industry, the model
can appear viable to the uninformed, just as all
pyramid schemes do before they collapse or are
prosecuted by authorities.

The growth of MLM is the result of deceptive marketing
that plays upon treasured cultural beliefs, social and
personal needs, and some economic trends, rather than
its ability to meet any consumer needs. The deceptive
marketing is nurtured by a general lack of
professional evaluation or investigation by reputable
business media. Consequently, there is widespread
belief that MLM is a viable business investment or
career choice for nearly everyone and that the odds of
financial success in the venture are comparable or
better than other employment or business ventures.

MLM's true constituency is not the consuming public
but hopeful investors. The market for these investors
grows significantly in times of economic transition,
globalization, and employee displacement. Promises of
quick and easy financial deliverance and the linking
of wealth to ultimate happiness also play well in this
market setting. The marketing thrust of MLM is
directed to prospective distributors, rather than
product promotions to purchasers. Its true products
are not long distance phone services, vitamins, or
skin creams, but the investment propositions for
distributorships which are deceptively portrayed with
images of high income, low time requirements, small
capital investments, and early success.

Here are ten lies I have identified during more than
20 years of observing the MLM marketplace:

Lie #1: MLM offers better opportunities than all other
conventional 
business and professional models for making large
amounts of money.
Truth: For almost everyone who invests, MLM turns out
to be a losing financial proposition. Fewer than 1% of
all MLM distributors ever earn a profit and those
earning a sustainable living at this business are a
much smaller percentage still.

Extraordinary sales and marketing obstacles account
for much of this failure, but even if the business
were more feasible, sheer mathematics would severely
limit the opportunity. The MLM business structure can
support only a small number of financial winners. If a
1,000-person downline is needed to earn a sustainable
income, those 1,000 will need one million more to
duplicate the success. How many people can
realistically be enrolled? Much of what appears as
growth is in fact only the continuous churning of new
enrollees. The money for the rare winners comes from
the constant enrollment of armies of losers. With no
limits on numbers of distributors in an area and no
evaluation of market potential, the system is also
inherently unstable.

Lie #2: Network marketing is the most popular and
effective new way to bring products 
to market. Consumers like to buy products on a
one-to-one basis in the MLM model.

Truth: Personal retailing -- including nearly all
forms of door-to-door selling -- is a thing of the
past, not the wave of the future. Retailing directly
to friends on a one-to-one basis requires people to
drastically change their buying habits. They must
restrict their choices, often pay more for goods, buy
inconveniently, and engage in potentially awkward
business relationships with close friends and
relatives. In reality, MLM depends on reselling the
opportunity to sign up more distributors.

Lie #3: Eventually all products will be sold by MLM.
Retail stores, shopping malls, 
catalogs and most forms of advertising will soon be
rendered obsolete by MLM.

Truth: Fewer than 1% of all retail sales are made
through MLM, and much of this is consists of purchases
by hopeful new distributors who are actually paying
the price of admission to a business they will soon
abandon. MLM is not replacing existing forms of
marketing. It does not legitimately compete with other
marketing approaches at all. Rather, MLM represents a
new investment scheme couched in the language of
marketing. Its real products are distributorships that
are sold through misrepresentation and exaggerated
promises of income. People are buying products in
order to secure positions on the sales pyramid. The
possibility is always held out that you may become
rich if not from your own efforts then from some
unknown person ("the big fish") who might join your
"downline."

MLM's growth does not reflect its value to the
economy, customers, or distributors, but the high
levels of economic fear, insecurity, wishes for quick
and easy wealth. The market dynamics are similar to
those of legalized gambling, but the percentage of
winners is much smaller.

Lie #4: MLM is a new way of life that offers happiness
and fulfillment. 
It provides a way to attain all the good things in
life.

Truth: The most prominent motivational themes of the
MLM industry, as shown in industry literature and
presented at recruitment meetings, constitute the
crassest form of materialism. Fortune 100 companies
would blush at the excess of promises of wealth,
luxury, and personal fulfillment put forth by MLM
solicitors. These appeals actually conflicts with most
people's true desire for meaningful and fulfilling
work at something in which they have special talent or
interest.

Lie #5: MLM is a spiritual movement.

Truth: The use of spiritual concepts like prosperity
consciousness and creative visualization to promote
MLM enrollment, the use of words like "communion" to
describe a sales organization, and claims that MLM
fulfills Christian principles or Scriptural prophecies
are great distortions of these spiritual practices.
Those who focus their hopes and dreams upon wealth as
the answer to their prayers lose sight of genuine
spirituality as taught by religions. The misuse of
these spiritual principles should be a signal that the
investment opportunity is deceptive. When a product is
wrapped in the flag or in religion, buyer beware! The
"community" and "support" offered by MLM organizations
to new recruits is based entirely upon their
purchases. If the purchases and enrollment decline, so
does the "communion.'"

Lie #6: Success in MLM is easy. Friends and relatives
are the natural prospects. 
Those who love and support you will become your
life-time customers.

Truth: The commercialization of family and friendship
and the use of"'warm leads" advocated in MLM marketing
programs are a destructive element in the community
and very unhealthy for individuals involved. People do
not appreciate being pressured by friends and
relatives to buy products. Trying to capitalizing upon
personal relationships to build a business can destroy
one's social foundation.

Lie #7: You can do MLM in your spare time. As a
business, it offers the greatest flexibility 
and personal freedom of time. A few hours a week can
earn a significant supplemental income 
and may grow to a very large income, making other work
unnecessary.

Truth: Making money in MLM requires extraordinary time
commitment as well as considerable personal skill and
persistence. Beyond the sheer hard work and talent
required, the business model inherently consumes more
areas of one's life and greater segments of time than
most occupations. In MLM, everyone is a prospect.
Every waking moment is a potential time for marketing.
There are no off-limit places, people, or times for
selling. Consequently, there is no free space or free
time once a person enrolls in MLM system. While
claiming to offer independence, the system comes to
dominate people's entire life and requires rigid
conformity to the program. This is why so many people
who become deeply involved end up needing and relying
upon MLM desperately. They alienate or abandon other
sustaining relationships.

Lie #8. MLM is a positive, supportive new business
that 
affirms the human spirit and personal freedom.

Truth: MLM is largely fear-driven. Solicitations
inevitably include dire predictions about the
impending collapse of other forms of distribution, the
disintegration or insensitivity of corporate America,
and the lack of opportunity in other occupations. Many
occupations are routinely demeaned for not
offering"unlimited income." Working for others is cast
as enslavement for "losers." MLM is presented as the
last best hope for many people. This approach, in
addition to being deceptive, frequently discourages
people who otherwise would pursue their own unique
visions of success and happiness. A sound business
opportunity does not have to base its worth on
negative predictions and warnings.

Lie #9. MLM is the best option for owning your own 
business and attaining real economic independence.

Truth: MLM is not true self-employment. "Owning" an
MLM distributorship is an illusion. Some MLM companies
forbid distributors to carry other companies'
products. Most MLM contracts make termination of the
distributorship easy and immediate for the company.
Short of termination, downlines can be taken away
arbitrarily. Participation requires rigid adherence to
a "duplication" model, not independence and
individuality. MLM distributors are not entrepreneurs
but joiners in a complex hierarchical system over
which they have little control.

Lie #10: MLM is not a pyramid scheme because products
are sold.

Truth: The sale of products does not protect against
anti-pyramid-scheme laws or unfair trade practices set
forth in federal and state law. MLM is a legal form of
business only under rigid conditions set forth by the
FTC and state attorneys general. Many MLMs are violate
these guidelines and operate only because they have
not been prosecuted. Recent court rulings are using a
70% rule to determine an MLM's legality: At least 70%
of all goods sold by the MLM company must be purchased
by nondistributors. This standard would place most MLM
companies outside the law. The largest MLM
acknowledges that only 18% of its sales are made to
nondistributors.

Accountability Needed

An FTC trade regulation rule that forces honest
disclosure of potential MLM distributor income is
desperately needed. Toward this end, Pyramid Scheme
Alert has launched a petition drive urging the FTC to
force multilevel companies to disclose the true income
of their distributors. The requested data would
include: (a) the total number of distributors involved
in the company for at least three years (or since the
company's founding if less than three years); (b) the
average incomes of all distributors who have signed up
for a distributorship by percentiles, not just the
ones deemed "active"; and (c) a "weighted" overall
average income of all distributors so that the
extraordinary high incomes of the small number at the
top are not calculated in with vast majority so as to
give a more statistically valid figure.

_________________

Mr. FitzPatrick consults and writes about trends in
manufacturer/distributor relationships. He founded and
is president of Pyramid Scheme Alert, a consumer
advocacy group focused on exposing and preventing
pyramid schemes. He has served as an expert witness in
several cases involving pyramid schemes and MLM
companies. He writings include False Profits (a book
about MLM deception) and "Pyramid Nation" (a booklet
that laments the growth and "legalization" of pyramid
schemes.)


MLM Watch Home Page
http://www.mlmwatch.org/01General/10lies.html

MLM Fraud May Get Others, But Not YOU...
 
...If you protect yourself from MLM fraud by FIRST
learning what it REALLY is, what it is NOT, and what
to do about it. 
Let's start out by making sure that we're all on the
same track as to just exactly what MLM fraud is. I
would define a fraud as a deception that was
intentionally done so that the person or company
committing the deception could come out 'ahead'. 

Or to put it more simply...





--------------------------------------------------------------------------------

A Fraud Could be Defined as a 'Trick'. And We're NOT
Talking Magic Here.

--------------------------------------------------------------------------------



Although sometimes your money could disappear pretty
quickly when you've been a victim of MLM fraud.  

Okay, so a fraud is when you've been tricked,
deceived, duped, taken advantage of...usually for a
financial gain, on the fraudulent party's behalf. 

Now it is pretty obvious that you won't be able to
stop MLM fraud from being attempted so the next best
thing you can do is to be able to recognize attempts
at MLM fraud when you can so that you can ensure
you're not the next victim of MLM fraud. 

And how do you do this? 

Through having a good understanding of what MLM fraud
is, and how prevalent, or not, MLM fraud is today in
the MLM industry. 

Well, let me give you a few examples of what MLM fraud
may at first appear like: 


You speak to a current MLM distributor and you're told
that MLM is easy 

You speak to a current MLM distributor and you're told
that anyone can do MLM 

You're told that everyone wants the product that the
company is selling 

You're told that everyone needs the product that the
company is trying to hock 

You're told that if you follow the (Internet) based
system the company is using that you will succeed and
make money 

You're guaranteed success, money, position, results as
it relates to your MLM efforts at business building 

You're told that if you join today you'll be given
free mlm leads 

You're told that if you join today you'll have several
people placed under you in your new organization to
get you started right now 

The company pays out an extremely high recruiting
bonus (the money you get when you enroll someone under
you) 

You're told that all you have to do is sign up and the
rest is done for you 

You're told that your business will build itself 

Now let's detail this... 

You can be told that MLM is easy. 

You can be told that everyone needs the product. 

You can be given free leads (or free anything else). 

But you cannot be told or guaranteed any of the other
stuff without there being the potential, or the high
potential, for some sort of deception occurring and
this being considered MLM fraud. And most people don't
know this. 

They just get caught up in the whole MLM excitement
thing, the whole MLM emotional thing, when they first
find out about MLM and then they fall victim to the
one thing that virtually all folks do when they first
discover MLM... 

They go blind. Figuratively at least. 

You see, people may join a deal based on some things
that they've been told. 

...And things that they've been promised. 

...And things they've been guaranteed. 

And then they find out that it was all a trick to get
them involved. 

...And to get their enrollment money. 

...And their money to set up a website for them. 

...And their money for training materials. 

...And their money for leads and product and business
stuff. 

But you know what? For the most part - the people
doing this deceptive stuff don't even know that what
they're doing can constitute MLM fraud. 

Again,...






--------------------------------------------------------------------------------

MLM Fraud is Almost ALWAYS a Case of the Unknowing
Commiting Acts of Ignorance

--------------------------------------------------------------------------------



...And I mean 'ignorance' in a good way.  

And they do this based on what THEY were told. 

You see, I remember a successful MLM'er once stating
that she came to a realization that kind of blew her
away. 

She realized that the 95 percent of the folks who've
never made any money in MLM are training the 95
percent of folks who don't make any money in MLM. 

It is kind of a profound truth. 

And these are the folks who innocently commit MLM
fraud and repeat it to unsuspecting people like you.

http://www.is-mlm-for-you.com/mlm-fraud.html


=====
Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.geocities.com/nizaminz


                
__________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Address AutoComplete - You start. We finish.
http://promotions.yahoo.com/new_mail 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$9.95 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/GEEolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Kampanye open-source Indonesia - http://www.DariWindowsKeLinux.com
Solusi canggih, bebas ikatan, dan bebas biaya
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke