Sanyo Tinggalkan Indonesia

JAKARTA - Satu lagi perusahaan PMA (penanaman modal asing) hengkang dari
Indonesia. Setelah Mei lalu Mitsubishi Motors resmi menghentikan kegiatan
produksinya di sini, kini giliran Sanyo Electric yang siap menutup pabrik
dan mem-PHK ribuan karyawannya.

Merespons kabar kurang menggembirakan itu, pemerintah menyatakan akan
berusaha dengan segala cara mempertahankan investasi Sanyo Electric.
"Prospek usaha Sanyo di Indonesia masih cukup baik, karena dengan kebutuhan
ekonomi yang meningkat, membuat daya beli Indonesia tinggi," kata Budhi
Dharmadi, Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika Departemen
Perindustrian.

Kabar mengenai rencana penutupan pabrik Sanyo di Indonesia tersebut dirilis
kantor berita AFP kemarin. Mengutip berita yang dimuat di media Jepang Nihon
Keizai Shimbun, rencana penutupan pabrik Sanyo itu terkait dengan
memburuknya kinerja perusahaan tersebut di Jepang. Bukan hanya pabrik yang
di Indonesia, beberapa pabrik Sanyo di luar negeri, seperti di China, juga
akan ditutup.

Setelah penutupan pabrik-pabrik itu, Sanyo akan fokus dalam industri yang
berhubungan dengan energi serta elektronik digital.
Saat dikonfirmasi mengenai rencana penutupan pabrik Sanyo itu, Dirjen
Industri Alat Transportasi dan Telematika Departemen Perindustrian Budhi
Dharmadi mengaku terkejut. "Mereka masih memproduksi televisi di kawasan
Cikarang serta kamera digital di Jalan Raya Bogor. Rencananya, Sanyo malah
menambah produksi dari empat juta unit per tahun menjadi enam juta unit per
tahun," ujarnya.

Meski demikian, Budhi menjelaskan bahwa pemerintah akan melakukan berbagai
upaya yang dianggap perlu untuk mempertahankan investasi Sanyo di Indonesia.
"Prospek usaha Sanyo di Indonesia masih cukup baik. Sebab, kebutuhan ekonomi
yang meningkat membuat daya beli Indonesia tinggi," jelasnya.

Dia mengungkapkan, saat ini kondisi infrastruktur di Indonesia termasuk
paling lengkap. "Kita memiliki potensi untuk bisa menjadi basis elektronika
di ASEAN," tegasnya.

Di tempat terpisah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Muhammad
Lutfi mengaku belum mengetahui pasti rencana Sanyo Electric yang akan
menutup pabriknya di Indonesia itu. Dia menyatakan masih akan meng-cross
check laporan tersebut. Salah satunya, akan meminta penjelasan dari Menteri
Perindustrian Andung A. Nitimihardja.

"Saya masih mengecek (informasi) itu. Saya sudah meminta waktu ke Pak Andung
untuk bertemu terkait hal tersebut. Mungkin baru Senin pekan depan semua
informasi tentang rencana Sanyo tersebut bisa saya jelaskan," ungkap Lutfi
yang dimintai konfirmasi koran ini kemarin malam.

Menurut dia, tradisi perusahaan Jepang, biasanya sebelum mengambil
keputusan, mereka sudah punya perhitungan ke depan. Lutfi menilai, jika
benar-benar akan dilakukan, langkah Sanyo tersebut tak lebih karena terkait
masalah investasi global perusahaan itu.

Sebelumnya, produsen otomotif Mitsubishi menghentikan salah satu produknya
di Indonesia karena kalah bersaing. Namun, Lutfi menolak bahwa rencana Sanyo
dan keputusan Mutsibishi sebelumnya tersebut disebabkan buruknya iklim
investasi di Indonesia saat ini.

Dia mengatakan, dalam strategi yang diambil perusahaan global yang
berinvestasi, ada tiga hal yang saling terkait. Yakni, pasar, biaya (cost),
dan tempat yang cocok. "Jadi, bisa saja yang dihadapi karena market-nya
(pasar) yang tidak bagus. Mitsubishi kan karena kalah bersaing dengan produk
perusahaan lain yang juga jualan di Indonesia," paparnya.

Terkait rencana Sanyo tersebut, Lutfi mengatakan, itu akan dijadikan catatan
dari BKPM. Paling tidak, paparnya, BKPM akan mengenali masalah-masalah yang
sedang dihadapi perusahaan elektronik tersebut. Lutfi mengatakan telah
meminta salah satu deputinya untuk mengetahui lebih detail yang dihadapi
pabrik Sanyo di Indonesia.

Sementara itu, pengamat ekonomi UGM Sri Adiningsih ketika dihubungi koran
ini kemarin malam mengatakan, masalah relokasi ini memang tantangan serius
bagi Indonesia. Karena itu, sarannya, Indonesia bisa mencontoh beberapa
negara lain yang selama ini sukses menciptakan iklim investasi yang
kondusif.

Sri Adiningsih mencontohkan Jepang dan Korea Selatan dalam upaya mendorong
dan menciptakan investasi yang kondusif dan kompetitif. "Kedua negara
tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan arah kebijakan investasi
di Indonesia," terangnya.

Dia menambahkan, persoalan pokok yang menjadi perhatian utama kedua negara
tersebut di bidang investasi adalah terkait dengan insentif investasi dan
kelembagaan. Dia mencontohkan Jepang yang memberikan insentif baik dalam
bentuk umum, misalnya, pengurangan pajak, maupun bentuk khusus seperti
penjaminan atas utang dan penyediaan berbunga rendah.

Sedangkan untuk kelembagaan, dia mencontohkan Korea Selatan. Negeri Ginseng
itu terus berusaha menarik investasi ke negaranya dengan cara membenahi
kelembagaan serta regulasi yang ada. Tujuannya, mempermudah kepentingan
investor asing dan calon investor asing. (yun)


---
Outgoing mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
Version: 6.0.859 / Virus Database: 585 - Release Date: 2/14/2005


[Non-text portions of this message have been removed]



Bantu Aceh! Klik:
http://www.pusatkrisisaceh.or.id 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke