http://www.investorindonesia.com/koraninvestor/news.php?Content=23002

Rabu, 31 Agustus 2005 07:53 WIB
BI Menggebrak Pasar 

JAKARTA, Investor Daily Online 

Bank Indonesia mengeluarkan enam jurus untuk menggebrak pasar yang tengah 
dilanda kepanikan akibat kemerosotan kurs rupiah. Rupiah yang pada sesi pagi 
mencapai Rp 11.600 per dolar AS, menguat setelah BI Rate dinaikkan menjadi 9,5%.

Sejumlah instrumen moneter dikerahkan untuk meredam gejolak dolar AS yang 
bergerak liar sejak pasar dibuka, Selasa (30/8). Tidak hanya BI Rate yang 
dinaikkan, bunga penjaminan simpanan dalam bentuk rupiah juga dinaikkan menjadi 
10%, sedangkan bunga penjaminan valas naik menjadi 4%.

Pasar uang dan saham kemarin bergerak dengan volatilitas sangat tinggi. Rentang 
perdagangan rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp 1.000. Pada awal perdagangan, 
rupiah langsung anjlok ke posisi Rp 11.500/11.600 atau turun 800 basis poin 
dibanding penutupan Senin. Namun, kemudian menguat menjadi Rp 10.600 per dolar 
AS. 

Dalam sebulan ini, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi 10,9%. Pada awal 
bulan Agustus, nilai rupiah terhadap dolar berada pada level Rp 9,811 dan 
sehari menjelang penutupan bulan Agustus rupiah berada pada level Rp 10.600

Kemerosotan nilai tukar rupiah menjalar ke pasar saham. Indeks harga saham 
gabungan, Selasa, dibuka langsung anjlok 43,560 poin menjadi 951,210. Namun, 
pada penutupan IHSG merangkak ke level 1.004,122.

Sejumlah money changer bingung menentukan nilai tukar mata uang asing karena 
volatilitasnya sangat tinggi. Akhirnya mereka membuat rentang cukup tinggi 
antara kurs jual dan kurs beli. Tempat penukaran uang PT Ayumas di Kwitang, 
misalnya, mematok harga beli per dolar AS dari konsumen Rp 10.700, sedangkan 
harga jual kepada konsumen dipatok Rp 10.700.

Paket Kebijakan

Gubernur BI Burhanuddin Abdullan mengatakan, tekanan terhadap rupiah 
akhir-akhir ini meningkat karena adanya kekhawatiran masyarakat terhadap 
sustainabilitas fiskal terkait meningkatnya beban subsidi. Selain itu, 
kebijakan moneter dianggap belum sepenuhnya mengantisipasi tingginya ekspektasi 
inflasi.

BI, kata Burhanuddin, mengambil keputusan untuk menaikkan BI Rate sebesar 75 
basis poin (bps) menjadi 9,5% yang berlaku sejak 30 Agustus 2005. 

Selain itu, BI juga menaikkan bunga penjaminan simpanan dalam rupiah menjadi 
10% untuk jangka waktu satu bulan dan simpanan valas dinaikkan dari 3% menjadi 
4,25%. Kenaikan bunga penjaminan ini berlaku bulan September 2005.

Jurus lainnya yang dipakai BI adalah menaikkan suku bunga fasilitas simpanan BI 
(Fasbi) tujuh hari sebesar 100 bps menjadi 8,5% berlaku sejak 31 Agustus 2005. 
BI juga akan menyerap likuiditas secara maksimal melalui fine tune kontraksi 
(FTK) dengan variable rate tender. Menaikkan giro wajib minumum (GWM) dan 
menaikkan imbalan jasa giro yang semula 3% menjadi 5,5%, untuk seluruh tambahan 
GWM rupiah di atas 5%.

Menurut Burhanuddin, BI telah menyiapkan jurus lanjutan untuk menstabilkan 
nilai tukar rupiah. Empat langkah yang akan diluncurkan dalam waktu dekat ini 
adalah menyediakan fasilitas swap dengan BI untuk hedging, melakukan intervensi 
valas dengan instrumen swap jangka pendek, mengatur transaksi margin trading 
dan penyesuaian ketentuan posisi devisa netto (PDN), serta meningkatkan 
pengawasan terhadap bank atas transaksi valas tanpa underlying transactions, 
termasuk sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Solusi Jangka Pendek

Sejumlah pelaku pasar uang menilai, langkah BI untuk meredam gejolak nilai 
tukar hanya merupakan solusi sesaat. Sementara itu, para bankir masih bersikap 
wait and see terhadap kebijakan tersebut, karena mereka menunggu keluarnya 
paket kebijakan dari pemerintah.

Demikian rangkuman Investor Daily dari wawancara dengan pengamat pasar uang 
Farial Anwar, Direktur PT Bank Internasional Indonesia Dira Mochtar, Direktur 
Treasury PT Bank Mandiri J B Kendarto, Direktur Keuangan PT Bank Niaga 
Chaterine Hadiman di Jakarta, Selasa.

Sementara itu, sumber Investor Daily yang enggan disebut namanya mengatakan, 
gebrakan yang dilakukan BI merupakan kemenangan dari tim ekonomi Kabinet 
Indonesia Bersatu. Kemerosotan rupiah, kata dia, lebih banyak disebabkan oleh 
faktor hilangnya kepercayaan terhadap tim ekonomi, namun kesalah itu seolah 
ditimpakan ke Gedung Thamrin.

Menurut dia, jurus yang dikeluarkan BI hanya akan memperbaiki nilai rupiah 
secara teknikal, namun tidak menyelesaikan masalah fundamental ekonomi, yakni 
hilangnya kepercayaan terhadap pemerintah. "Hilangnya kepercayaan itu 
address-nya ke tim ekonomi, karena mereka dinilai tidak kredibel sehingga perlu 
dikocok ulang. Tapi, terkesan BI yang harus menanggung sendiri kemerosotan 
rupiah ini," kata dia.

Sumber itu menyebutkan, paket kebijakan ekonomi dari pemerintah sedianya akan 
dikeluarkan Selasa ini, bersama dengan keluarnya paket kebijakan BI. Tetapi, 
koordinasi antar menteri masih lemah sehingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 
memutuskan untuk mengeluarkannya Rabu.

Farial menilai, langkah BI menaikkan suku bunga hingga 9,5% menimbulkan 
kekecewaan karena dianggap tidak efektif. "Kalau untuk mengendalikan inflasi, 
kenaikan suku bunga boleh saja tetapi bukan itu kuncinya," ujar Farial. 
Ia mengkhawatirkan kenaikan suku bunga tersebut akan menyulitkan dunia usaha.

Dira K Mochtar mengatakan, pihaknya bersikap wait and see terhadap kebijakan 
pemerintah saat ini. "Kami harapkan hari ini Presiden mengumumkan kebijakan 
yang kongkret, ternyata besok Rabu (hari ini, red). Semoga saja besok pasar 
menerima kabar yang lebih kongkrit," kata Dira. 

Hal senada diungkapkan oleh Chaterine Hadiman. Menurut dia, kenaikan bunga 
simpanan akan berdampak pada peningkatan cost of fund perbankan. "Tapi, BI 
sudah tidak ada pilihan lain, sebab rupiah merosot terus," kata dia. 

Ditanya langkah Bank Niaga selanjutnya, Chaterine mengatakan, manajemen masih 
menunggu rupiah menguat. Apalagi, BI juga tengah menyiapkan paket kebijakan 
lanjutan. "Mudah-mudahan rupiah bisa menguat. Walaupun kelihatannya market 
masih expect lebih dari itu," kata dia.

J B Kendarto menilai, kebijakan BI sangat baik untuk menguatkan nilai tukar. 
Dia berharap, para spekulan akan jera dengan langkah-langkah yang diambil BI.

"BI menyatakan akan ada fasilitas swap, hal ini sebagai sinyal agar spekulasi 
bisa ditekan dan rupiah kembali menguat," katanya. Ia mengatakan, dampak 
kenaikan BI Rate akan mempengaruhi bunga simpanan, namun Bank Mandiri masih 
mengkaji untuk menaikkannya. (fen/jad/c78


                
---------------------------------
 Start your day with Yahoo! - make it your home page 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Put more honey in your pocket. (money matters made easy).
http://us.click.yahoo.com/r7D80C/dlQLAA/cosFAA/GEEolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke