http://kompas.com/kompas-cetak/0601/21/utama/2384542.htm
KENAIKAN TDL Banyak Perajin Kecil Dipastikan Rontok Jakarta, Kompas - Ketua Umum Himpunan Masyarakat Perajin Indonesia Siti Suprapti mengatakan, kenaikan tarif dasar listrik dipastikan merontokkan lebih banyak lagi perajin di seluruh Indonesia. Saat pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak tahun lalu, sekitar 40 persen dari 3.000 anggota Himpi "mati suri", tidak bekerja, kecuali ada pesanan yang sifatnya bayar di muka. Seusai pertemuan antara Menteri Perindustrian Fahmi Idris dan kalangan pengusaha industri kecil dan menengah di Jakarta, Jumat (20/1), Suprapti mengatakan, perajin saat ini menghadapi banyak tekanan, seperti masalah finansial dan serbuan produk China yang harganya sangat murah. Produk perajin tidak laku sehingga modal tertahan sampai setahun di pusat perbelanjaan. Menurut Suprapti, seharusnya pemerintah menaikkan tarif untuk pengusaha hiburan yang langsung mendapatkan hasil penjualan jasa. Bukan perajin yang modal usahanya harus menunggu barang laku terjual di toko. Dalam kesempatan itu, Ketua Koperasi Kerajinan Perak Gianyar, Bali, I Made Bandem, juga mengatakan, perajin perak pasti terpukul jika tarif dasar listrik (TDL) dinaikkan karena biaya listrik mencapai 20 persen dari total ongkos produksi. Perajin perak sudah menanggung pula harga bahan baku yang tinggi karena kebijakan pajak pertambahan nilai (PPN) dan lesunya pasar lokal pascapeledakan bom Bali. Menurut Bandem, 40 persen dari 4.000 perajin perak di Bali sudah beralih menjadi tukang batu. Mereka bisa terima penghasilan Rp 30.000 per hari dengan kerja baru tersebut, sementara perajin perak tak mungkin digaji sebesar itu. Jangan terlalu tinggi Ketua DPR Agung Laksono meminta pemerintah agar kenaikan TDL tidak terlalu tinggi. "Beban masyarakat akibat kenaikan harga BBM saja belum pulih. Karena itu, kalaupun ada kenaikan (TDL), jangan terlalu tinggi," ucap Agung kepada pers di Gedung MPR/DPR, Jakarta. Kendati penentuan TDL merupakan hak pemerintah, Agung tetap mengharapkan pemerintah membicarakan dan mengoordinasikan kebijakan yang berkaitan dengan itu kepada DPR, khususnya Komisi VII. Menaikkan TDL saat ini, menurut Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP) Endin AJ Soefihara, tidak beralasan dan ongkos sosialnya akan sangat tinggi. Endin menyerukan kepada pemerintah dan pihak PLN agar tidak mengambil jalan pintas untuk mengatasi persoalan pembiayaan di PLN. "Lakukan langkah-langkah drastis untuk meningkatkan kinerja PLN, yaitu perencanaan kembali strategi pengembangan listrik, terutama yang dibeli dari swasta," ujarnya. Menurut pakar kelistrikan dari Universitas Trisakti, Dadan Umar Daidani, tarif listrik swasta yang disetujui pemerintah pada Oktober 2000 lebih dari Rp 500/kWh, padahal saat yang sama biaya pembangkitan listrik yang diusahakan PLN sendiri hanya Rp 61/kWh. (BOY/SUT/ELY) [Non-text portions of this message have been removed] Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/