Eh... Faisal Basri kini mau jadi gubernur DKI lho... Tim Suksesnya sudah 
jalan, dan kabarnya PDI akan ajukan dia. Sebagian tokoh di PAN sudah OK, dan 
ia sedang dekati Demokrat (yang juga sedang didekati Andi Malarangeng).

Nah, sebetulnya dia orang bersih. Jujur sekali. Kehidupan nya juga 
bersahaja. Itu yang saya tahu. Maka nya saya sangat kesengsem sama dia, dan 
siap akan ikut promosikan dia ke teman dan famili.

Tapi terus terang, postingan nya Bang Ikra terakhir ini bikin bimbang saya. 
Dan seperti mengingatkan saya dengan beberapa pernyataan Faisal di masa lalu 
yang sangat mendukung penjualan BUMN-BUMN, baik yang untung maupun yang 
buntung. Kata dia, BUMN itu tidak efisien (padahal yang beli BUMn-BUMN 
strategis kita seperti Indosat dll itu ya BUMN Singapura).

Saya juga masih ingat dukungan Faisal atas penjualan saham BCA ke Farallon 
yang sangat murah (hanya US$ 5 miliar), padahal utang BCA ke pemerintah 
mencapai Rp 52 trilyun dan itu dianggap pas (tuntas). Kalau tidak salah, 
Faisal menganggap kerugian besar pemerintah itu sebagai ONGKOS DARI SEBUAH 
KRISIS. Persis seperti yang dikatakan Laksamana Sukardi waktu itu.

Ya apa ini...

Mansyur Alkatiri - CORDOVA Bookstore Online
http://www.cordova-bookstore.com
http://www.SatuJam.com  (Belajar Serius Internet Marketing)
http://www.geocities.com/madu_arab (Madu Arab & Kashmir Berkualitas Tinggi)

----- Original Message ----- 
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <ekonomi-nasional@yahoogroups.com>
Cc: <ekonomi-nasional@yahoogroups.com>
Sent: Monday, January 23, 2006 10:17 AM
Subject: Re: [ekonomi-nasional] Re: Dua Basri dan Ekonometri


>
> Jangan nyesel kalo kemudian anaknya menjadi pecandu narkoba atau salah 
> satu
> ada yang homo heheheheheheheheh
>
>
>
>
>                    "Ikranagara"
>                    <[EMAIL PROTECTED]>            To: 
> ekonomi-nasional@yahoogroups.com
>                    Sent by:                      cc:
>                    [EMAIL PROTECTED]        Subject: 
> [ekonomi-nasional] Re: Dua Basri dan Ekonometri
>                    groups.com
>
>
>                    19/01/2006 09:22
>                    Please respond to
>                    ekonomi-nasional
>
>
>
>
>
> Kedua Basri ini setali tiga uanglah. Sama-sama ekonom-tukang yang
> kerjanya hanya mendukung boss-boss para neo-liberalist di ranah
> nasional maupun international di sono tuh! Yang penting kan diri
> mereka berdua masing-masaing aman secara ekonomis, sesuai dengan
> ajaran dari sono tuh tentang individualisme. Jadi soal rakyat
> tergencet, yah paling meneteskan setitik airmata buaya sajalah--
> cukuplah itu. "Profit over people!" itulah mantra yang harus mereka
> hafalkan dan amalkan sebagai neolibralist untuk kepentingan diri
> sendiri maupun untuk para Mbah Kongkomerat Nasional maupun
> Internasional!
>
> Ikra.-
> ======
>
> --- In ekonomi-nasional@yahoogroups.com, "Farid Gaban"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>> Pemerintah berencana menaikkan tarif dasar listrik (TDL) sebagai
>> konsekuensi kenaikan harga bahan bakar tahun lalu. Menarik melihat
>> cara para ekonom meramalkan implikasi dari kenaikan itu.
>>
>> Baik Faisal Basri maupun Chatib Basri (tidak bersaudara) berharap
>> kenaikan tarif listrik tidak lebih dari 30%.
>>
>> Dua ekonom ini sama-sama meyakini mazhab ekonomi neoliberal, dan
>> sama-sama setuju kenaikan harga bahan bakar tahun lalu, meski
> Faisal
>> kedengaran masih punya empati lebih besar.
>>
>> Faisal menilai kenaikan tahun lalu itu "keterlaluan", sementara
> Chatib
>> membela kenaikan dramatis itu mati-matian.
>>
>> Chatib Basri nampak tidak konsisten sekarang. Meski dia setuju
>> kenaikan 100% untuk harga solar tahun lalu, dia meminta PLN tidak
>> menaikkan tarif lebih dari 30%. Solar merupakan komponen penting
> dalam
>> pembangkit listrik.
>>
>> Kenapa 30%?
>>
>> Baik Faisal maupun Chatib mengatakan kenaikan yang terlalu tinggi
> akan
>> memacu inflasi, alias naiknya harga-harga, yang berdampak pada
>> kehidupan masyarakat dan iklim usaha.
>>
>> Berapa inflasi akan terpacu jika TDL naik 30%?
>>
>> Menarik mengikuti ramalan mereka, yang saya kutip dari Kantor
> Berita
>> Antara:
>>
>> Farisal Basri meramalkan kenaikan itu akan memicu inflasi 2,0-3,0%
>> Chatib Basri meramalkan kenaikan itu akan memicu inflasi 1,0-1,5%
>>
>> Ramalan itu berbeda 100%. Ramalan Faisal dua kali lipat dari
> ramalan
>> Chatib. Jika tidak dua-duanya, salah satu dari ramalan ini jelas
>> ngawur secara metodologis. Atau setidaknya kita harus mengakui
> bahwa
>> ilmu ekonomi memang bukan ilmu eksak seperti fisika.
>>
>> Jika margin kesalahan bisa demikian besar, haruskah kita percaya
> pada
>> ekonometri, apalagi jika ekonometri menjadi dasar kebijakan yang
>> dampaknya luar biasa bagi masyarakat, bagi kemiskinan dan
> pengangguran?
>>
>> Saya teringat iklan Freedom Institute di Kompas ketika mereka
> mengutip
>> ekonometri LPEM Universitas Indonesia, menjustifikasi kenaikan
> harga
>> bahan bakar Maret 2005. Pengalihan subsidi BBM, kata lembaga itu,
> akan
>> mengurangi kemiskinan sekian persen dan menciptakan lapangan kerja
>> sekian persen.
>>
>> Pertanyaannya sekali lagi: haruskah kita menyandarkan nasib jutaan
>> orang pada ekonometri seperti itu?
>>
>> Farid Gaban
>>
>
>
>
>
>
>
> Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
> Kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
> Kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
> 


Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke