Teori Ekonomi Sederhana yang Hasilnya tidak Sederhana

Sebenarnya teori ini merupakan teori lama yang aku
pelajari sejak SMA dulu (jadul banget ya???), tapi gak
mengapa karena masih relevan diterapkan di Indonesia yang
kondisi ekonominya makin carut marut. Well, aku akan
mengilustrasikannya dalam sebuah cerita saja…

Ada sebuah daerah A, daerah yang kaya dan makmur, anggap
saja penghuninya cuma 10 orang saja, mata pencaharian
mereka di antaranya adalah ; petani, nelayan, peternak,
dan berkebun, adapun yang alin masih menganggur. Di daerah
itu cuma ada 10 juta uang yang beredar.

Semisal daerah A tidak berhubungan dengan daerah lain,
maka semaksimal mungkin penduduk A bekerja,
kesejahteraannya tetap terbatas, karena uang yang beredar
cuma 10 juta, ya kan?

Singkat cerita satu penduduk A, pergi merantau ke daerah
B, bekerja di sana, serta ia mendapatkan uang yang ia
kirim ke daerah A, maka apakah daerah A akan menjadai
lebih sejahtera? Tentunya ya, karena uang yang beredar
makin bertambah. Pertanyaannya adalah lebih kaya mana
daerah A dan B? Serta percepatan pertumbuhan ekonominya
lebih pesat mana?

Daerah B merupakan daerah yang sangat kaya namun lahan
mereka sangat sempit, ketika penduduk daerah B berkunjung
ke daerah A, maka ia melihat lahan yang sangat luas,
sehingga ia bekerja sama untuk membangun pabrik kolor di
daerah A. Apakah daerah A akan lebih sejahtera dari yang
sebelumnya? Tentu ya! Dan manakah percepatan pertumbuhan
ekonomi yang lebih pesat antara A dan B? Antara A dan B
terjadi simbiosis mutualisme, namun prinsip yang diambil B
adalah bahwa ia harus memperoleh laba yang
sebesar-besarnya dengan membuka pabrik di A. Sehingga B
lebih sejahtera daripada A.

Pola pikir pemerintah Indonesia masih seperti itu saat
ini, menciptakan devisa yang banyak dengan menarik
investor maupun mengirim TKI. Sebenarnya tidak salah pola
pikir seperti itu toh akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Namun satu hal bahwa bangsa lain berlari secepat
kilat, sedangkan kita masih lambat seperti siput!

Seperti yang saya jelaskan dalam tulisan saya berjudul
pengentasan kemiskinan, bahwa bangsa ini memiliki
keunggulan komparatif dalam hal agraris, namun sangat
sayang masih belum dikembangkan secara maksimal, indikator
pertamanya adalah pendidikan yang mengacu pada sektor
tersebut masih jarang dan sangat kurang diminati
masyarakat Indonesia. Ditingkat SMA masih jarang
jurusan-jurusan tersebut, ketika saya tanya pada anak-anak
SMA jurusan itupun bukanlah favorit bagi mereka, mereka
lebih cenderung pada jurusan mesin, manajemen, sekretaris
ataupun yang lainnya yang sangat sempit lapangan kerjanya.

Hal yang kadang membuat saya prihatin mengapa kedelai saja
kita masih harus mengimpor pada Amerika yang merupakan
negara Industri. Kita harus memanfaatkan potensi agararis
sebaik mungkin sehingga kita bisa mendapatkan devisa yang
besar dari sektor tersebut, dan kita akan menjadi bangsa
yang bisa mengejar ketertinggalan kita dari bangsa-bangsa
lain. mudah-mudahan ada pemimpin yang masih peduli.
Amiiin.

Info lengkap www.cahyooke.wordpress.com

Kirim email ke