dari milis tetangga...

---------- Forwarded message ----------
From: Mohammad Andri Budiman <[EMAIL PROTECTED]>
Date: 2008/7/28
Subject: [indonesia] Alumni Garong? Aliran Dana BI ke DPR: "Teman-teman"
Yang "Keciprat"
To: [EMAIL PROTECTED]


 Pak Goenarso et al ysh, maaf judulnya ambigu, please refer "teman-teman" ke
bait berikut dari wacana:

"Teman-teman seluruh anggota komisi IX," jawab Hamka Yandhu saat ditanya
majelis hakim siapa saja yang menikmati aliran dana BI ke DPR."

Mudah-mudahan rekan-rekan cukup jelas "pertemanan" mana yang termaksud.

Demikianpun, bila rekan-rekan punya data apakah ada "teman-teman ITB kita"
termasuk koruptor sebagaimana termaksud dalam artikel baru berikut ini,
mohon di share.
Kita harus meng-"apresiasi" (please note the "quotes") mereka sebagaimana
kita meng-apresiasi para lulusan terbaik.
Piala untuk alumni korup?

Salam,
Andri

Sumber: http://groups.yahoo.com/group/IA-ITB/message/11669
*
Cukuplah Kampus Mencetak Garong*

http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2006/032006/09/kampus/lain01.htm

ALUMNI pulang ke kampus punya banyak cerita. Tapi yang muncul bukan melulu
cerita kesuksesan, malah kesan miris melihat almamaternya melempem.
Setidaknya lontaran-lontaran miris itu terjadi saat Keluarga Mahasiswa ITB
mengajak alumni membagi cerita kepada anak-anak baru angkatan 2004 dan 2005.

Cardiyan HIS, jebolan Teknik Geodesi ITB tahun 1973, tidak ragu menyebut
kampusnya sebagai penyokong keterpurukan bangsa Indonesia. Pernyataan
Cardiyan memang bukan tudingan, jika melihat berapa besar kasus yang
melibatkan jebolan-jebolan ITB. Seperti Deputi Direktur Pembangkit PLN, yang
mesti menginap di Bareskrim Polda Metro Jaya.

"Entah berapa banyak alumni ITB yang menjadi preman, garong, penipu dan
koruptor, yang masih berkeliaran ataupun tidak, dengan bangga mengklaim
sebagai lulusan ITB!" katanya di hadapan puluhan mahasiswa angkatan 2004 dan
2005 di Aula Timur ITB, Minggu (5/3).

Contoh itu, kata President & CEO PT SWI Group, setidaknya menutupi kesan
positif jebolan ITB lainnya. Macam penemuan Dr. Dicky Rezadi Munaf tentang
konstruksi bulan dan Dr. I Gede Wenten untuk proses pembuatan bir tanpa
limbah. Keduanya berturut-turut telah mengantongi pengakuan dari Badan
Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan penemuan terbaik dari peneliti-peneliti
Eropa.

Contoh garong itu, sebut Lendo Nevo, alumni ITB dari Departemen Perminyakan,
sebagai wujud karakteristik manusia yang tidak memiliki kejujuran. ITB,
katanya, selama ini hanya melakukan transfer ilmu pengetahuan tanpa melihat
pentingnya pembangunan karakter manusianya itu sendiri. Fenomena itu tidak
hanya di ITB, tapi menjadi momok serius di perguruan tinggi di Indonesia.

Pendidikan adalah instrumen strategis dalam proses pembangunan karakter
nasional. Proses pendidikan harus mengondisikan perilaku normatif yang
membentuk karakteristik dan sikap politik yang mengapresiasi nilai dan
tradisi serta budaya bangsa, menghormati kedaulatan rakyat, taat terhadap
hukum, dan bersikap patriotisme.

Tapi jangan dulu bicara membangun karakter jujur seperti itu, jika para
hadirin di Aula Timur itu hanya kurang dari lima orang yang mengaku belum
pernah mencontek ujian atau tugas kuliah. Padahal, integritas itu muncul
tidak sekonyong-konyong lewat mata kuliah tiga SKS, tapi pada prinsip yang
dibangun pribadi orang perorang.

Demikian yang ditekankan oleh Hotasi Nababan, alumni Teknik Sipil ITB yang
sekarang Dirut PT Merpati Airlines. Hotasi yang mengaku tidak pernah
mencontek selama kuliah, mengatakan integritas seperti kejujuran itulah yang
saat ini menjadi modal lulusan saat mencari kerja. "Nggak usah mikir IP dan
jebolan dari mana, kalau terbukti integritasnya jelek, tetap susah cari
kerja," katanya bersungut-sungut.

Seperti pula yang dikatakan oleh Rektor Magnificius Technische Hoogeschool
Bandung (sekarang ITB), Prof. G. Klopper, M.E. saat mewisuda Soekarno. Ia
berpesan, "Insinyur Soekarno, ijazah ini dapat robek dan hancur menjadi abu
suatu saat. Ia tidak kekal. Ingatlah, bahwa satu-satunya kekuatan yang bisa
hidup terus dan kekal adalah karakter dari seseorang. Ia akan tetap hidup
dalam hari rakyat, sekalipun sudah mati."

Tidak cukup ijazah

ITB yang secara fisik berdiri sejak 1920 merupakan kampus teknologi pertama,
mendahului Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), dan Universitas Teknologi
Malaysia (UTM). Tapi apakah Indonesia lebih maju dibandingkan Malaysia dan
Singapura?

Jawabannya, kata Cardiyan, tentu saja belum. Persoalannya bukan ijazah
sarjana terlalu sedikit, tapi minim karya-karya universitas yang dipakai
oleh dunia industri.Karena itu, katanya, ITB harus mulai menerapkan model
seperti ini kepada para mahasiswanya. Harus lebih banyak proses latihan
merealisasikan ide menjadi suatu karya. "Nantinya akan lahir manusia ITB
yang berani ambil keputusan, inovatif, dengan keputusan yang tidak
biasa-biasa saja," ujarnya.

Cardiyan menyadari bahwa tidak semua pada akhirnya menjadi seorang
entrepreneur. Bisa menjadi birokrat, politikus, dosen, peneliti, militer,
pendakwah dan lain sebagainya. Namun, baik enterprenuer atau bukan, ia tetap
bergerak dalam ranah kepentingan rakyat benyak, jujur, dan tanpa ada konflik
kepentingan.

Alangkah cemerlang, lanjutnya, manusia ITB yang berdarah sains teknologi
juga berinteraksi dengan masyarakat, umum atau industri, dengan memiliki
integritas kejujuran dan taat terhadap hukum. Menurut pemimpin majalah Gatra
yang juga jebolan Teknik Fisika ITB, Budiono Kartohadiprojo, hal itu bukan
sekadar wacana, jika saja mahasiswa mulai memahami tentang kewajiban
daripada hak, mengedepankan kreativitas, dan melatih akalnya.***






goenarso goenoprawiro wrote:

Pak Andri Budiman,

Yang mana dari nama nama itu yang lulusan ITB?

Goenarso



----- Original Message ----
From: Mohammad Andri Budiman <[EMAIL PROTECTED]>
<[EMAIL 
PROTECTED]>http://www.detiknews.com/read/2008/07/28/140638/979069/10/paskah-suzetta-dan-kaban-disebut-nikmati-aliran-dana-bi-ke-dprMPR.go.id)

Jakarta - Aliran dana BI ke DPR dinikmati semua anggota komisi IX DPR
periode 1999-2004. Jumlah tertinggi diterima oleh anggota fraksi golkar
Paskah Suzetta sebesar Rp 1 miliar.

"Teman-teman seluruh anggota komisi IX," jawab Hamka Yandhu saat ditanya
majelis hakim siapa saja yang menikmati aliran dana BI ke DPR.

Hal tersebut diungkapkan Hamka Yandhu dalam kesaksiannya dalam kasus
aliran dana BI ke tersangka kasus aliran dana BI ke DPR dengan terdakwa
Mantan Kepala Biro Gubernur Bank Indonesia Rusli Simanjuntak dan Mantan
Deputi Direktur Hukum BI Oey Hoey Tiong di Pengadilan Tipikor, Jl HR
Rasuna Said, Jakarta Selatan, Senin (28/7/2008).

Berikut ini adalah nama-nama anggota DPR yang kecipratan dana BI yang
disebut Hamka Yandhu sebagai uang untuk diseminasi pemilu dan
sosialisasi UU BI.

Dari Fraksi Golkar: Hafid Alwi, TN Nurlid, Baharuddin Aritonang. Antoni
Zeidra Abidin, Ahmad Hafid Zawawi, Asep Sujana, Bobi Suhadirman, Aji
Ashar Muklis, Abdullah Zaini, Ryan Salampessy, Hamka Yandhu, Henky
Baramuli, Reza Kemarala, Paskah Suzetta. Semuanya menerima Rp 250 juta,
kecuali Paskah dan Hamka. Hamka mendapat Rp 500 juta dan Paskah Rp 1 miliar.

Dari Fraksi PDIP: Max Max Moein, Poltak Sitorus, M Alberson, M Sihaloho,
Sukowaluyo, Candra Wijaya, Zulvan Lindan, Angelina Fathian, William
Tutuarima, sukono, Mahtus corness, Dodi Murod, Sutanto Pranoto, Donny
Prasetyo. Mereka menerima Rp 250 juta kecuali Dodi Murod Rp 300 juta.

Dari Fraksi PPP: Daniel Tanjung, Sofyan Usman, Endiem AG Safihara, Uray
Faisal Hamid, Habil Marasi. Daniel Tanjung paling tinggi Rp 500 juta.

Dari Fraksi PKB: Amrul Al Mutaksin, Al As'ad, Arif Pasari Siagian, Arif
Mukhtar Wijaya, Amrul Usni. Amrul Al Mutaksin tertinggi Rp 500 juta.

Dari Fraksi Reformasi: Rizal Djalil, Askar Jaya, TB Sumanjaya, Datud
Rangkoyo, Al Munawwar Saleh.

Dari Fraksi TNI/Polri: Mayjen Darsud Yusuf, R Sulistyadi, Suyitno, Ucu
Juheri,

Dari Fraksi KKI Hafid Mapas dan FX Soemitro

Dari Fraksi PBB MS Kaban Rp 300 juta.

Dari Fraksi PDU Abdullah Al Wahdi Rp 300 juta

Dalam BAP yang dibacakan anggota majelis hakim yang diketahui Morfri,
uang yang mengalir ke DPR dari BI berjumlah Rp 24 miliar. Namun yang
dibagikan ke anggota komisi IX 1999-2004 hanya sejumlah Rp 21,550
miliar.(gah/ana)


Sent: Monday, July 28, 2008 2:34:10 PM
Subject: [indonesia] Aliran Dana BI ke DPR: "Teman-teman" Yang "Keciprat"

Begitulah Indon. Peraturan bisa dibuat "kalangan sendiri" untuk kemudian
"berbagi" sendiri.
Buat kaum proletar/working class, selamat berebut uang kecil di grosir
Bantuan Langsung Tunai terbesar.
Uang besar itu milik rakyat besar.

Salam,
Andri
SI93

Sumber:


Paskah Suzetta dan Kaban Disebut Nikmati Aliran Dana BI ke DPR

Charina Fatia - detikNews

Hamka Yandhu (


 -- Berlombalah dalam karya, bersinergi, terapkan kaidah ilmu/teknologi
serta kasih sayang dan manfaat untuk seisi alam, demi kebahagiaan dunia dan
akhirat. Info pengelolaan milis Indonesia next better :
http://pub.nextbetter.net/files/milist-indonesia-info.txt


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke