Yang perlu dilakukan untuk memperkuat industri batik kita adalah dengan 
memperkenalkan batik Indonesia sebagai busana yang trendi dan berkelas kepada 
sasaran pasar muda. untuk itu kita semua harus bangga menggunakan produk dalam 
negeri, sayangnya kita sendiri tidak tahu mana produk dalam negeri dan mana 
produk luar negeri.

--- On Tue, 10/7/08, Harlizon MBAu <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Harlizon MBAu <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [ekonomi-nasional] [OOT]Mari Kita Hentikan Tangisan Ibu Dewi 
Tunjung
To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
Date: Tuesday, October 7, 2008, 11:55 AM






he.. he.. he...
Di China, itu namanya bukan "ba-tik" Bu... tapi "ba-gong"...
Jadi mereka bukan mau menyaingi "ba-tik" Jawa, cuma sekedar
memperkenalkan "ba-gong"nya mereka... dari China lagi...

2008/10/6 ayu_nata_pradnyawat i <ayu_nata_pradnyawat [EMAIL PROTECTED]>
>
> Minggu lalu, saya jalan-jalan ke Pasar Johar, Semarang. Rencananya,
> aku hendak membeli batik untuk ibuku di kampung halaman. Ketika tiba
> di sana aku terkejut sekali. Yang kujumpai malah batik "made in China".
>
> Masuknya batik buatan Cina yang membanjiri Jakarta bukanlah berita
> baru. Tetapi kenyataan masuknya batik Cina ke sentra penjualan batik
> lokal baru saya ketahui saat itu. Air mata saya menetes hari itu. Jika
> batik Cina sudah sampai ke Pasar Johor, lalu bagaimana dengan
> pasar-pasar lain. Bagaimana dengan nasib pengrajin kecil?
>
> "Produk tekstil Cina ini berusaha meniru budaya tradisional asli
> Indonesia," kata Ketua Paguyuban Pencinta Batik Indonesia Bokor
> Kencono, Diah Wijaya Dewi. Dampak membanjirnya batik asal China ini
> sudah dirasakan pengusaha batik yang biasa memasukkan produknya ke
> pasar tradisional. "Salah satu pengusaha batik cap asal Pekalongan
> sudah ditolak produknya untuk masuk ke Pasar Johar karena para
> pedagang sudah memasok batik asal China ini," ujar wanita yang kerap
> dipanggil Dewi Tunjung ini.
>
> Suhartini, penjual batik di Pasar Johar mengakui, mendatangkan batik
> Cina sejak Febuari dan langsung menyetop penjualan batik asal
> Pekalongan dan Solo. "Soalnya bahannya lebih bagus, lebih murah, lebih
> laku dan ketika dicuci tidak luntur" katanya.
>
> Langkah Ke Depan
>
> Potret di atas adalah salah satu gambaran permasalahan perlindungan
> budaya di tanah air. Cerita ini menambah daftar budaya indonesia yang
> diklaim oleh negara lain, seperti Batik Adidas, Sambal Balido, Tempe,
> Lakon Ilagaligo, Ukiran Jepara, Kopi Toraja, Kopi Aceh, Reog Ponorogo,
> Lagu Rasa Sayang Sayange, Kerajinan Perak Bali dan lain sebagainya.
> Saya sadar bahwa diam tidak akan memberikan penyelesaian. Kita harus
> bangkit dan melakukan sesuatu.
>
> Kemarin saya mendengar tentang upaya perjuangan yang dilakukan IACI
> www.budaya-indonesi a.org. Saya tertarik dengan ide gerakan tersebut.
> Beberapa kali saya melakukan korespondensi via email ke IACI. Saya
> merekomendasikan kepada teman-teman untuk mendukung perjuangan
> tersebut. Secara garis besar, ada tiga bentuk partisipasi yang dapat
> kita lakukan.
>
> Pertama, mendukung upaya perlindungan budaya Indonesia secara hukum.
> Kepada rekan-rekan setanah air yang memiliki kepedulian (baik bantuian
> ide, tenaga maupun donasi) di bagian ini, harap menggubungi IACI di
> email: [EMAIL PROTECTED] indonesia. org
>
> Kedua, mendukung proses pendataan kekayaan budaya Indonesia.
> Perlindungan hukum tanpa data yang baik tidak akan bekerja secara
> optimal. Jadi, jika temen-temen memiliki koleksi gambar, lagu atau
> video tentang budaya Indonesia, mohon upload ke situs PERPUSTAKAAN
> DIGITAL BUDAYA INDONESIA, dengan alamat www.budaya-indonesi a.org. Jika
> Anda memiliki kesulitan untuk mengupload data, silahkan menggubungi
> IACI di email: [EMAIL PROTECTED] indonesia. org
>
> Ketiga, melakukan kampanye secara online. Saya memohon bantuan
> rekan-rekan untuk mendukung perjuangan ini di dunia maya. Misalnya
> dengan menyebarkan pesan ini ke email ke teman, mailing-list, situs,
> atau blog, yang Anda miliki. Mari kita selamatkan budaya Indonesia
> mulai dari komputer kita sendiri.
>
> - Ayu Nata Pradnyawati
>
> 
 














      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke