Assalaamu'alaikum Wr. Wb.

Tidak tepat membandingkan Utang (nominal) dengan PDB riil. Membandingkan
variabel harus pada level yang sama, nominal dengan nominal, riil dengan
riil.

Namun karena ketika menghitung utang riil dan PDB riil, keduanya sama-sama
dibagi dengan deflator PDB, maka rasio riil tidak berbeda dengan rasio
nominal, utang riil/PDB riil = utang nominal/PDB nominal.

Mudahnya gini saja, kalau PDB riil bertambah (pertumbuhan ekonomi) sementara
stok utang berkurang, maka pastilah rasio utang/PDB turun.

Penurunan rasio ini sebenarnya sudah angka konservatif. Dilihat dari kurs
dolar yang naik pada 2008, stok utang luar negeri pasti membengkak jika
dikonversi rupiah. Kalau kita gunakan kurs dolar tahun 2004 untuk memperoleh
nilai rupiah utang tahun 2008, rasio utang/PDB akan lebih kecil lagi.

Kalau mau mengkritisi SBY (dan JK), lebih baik fokus pada penambahan besar
utang negara tahun 2009. Utang besar ini sedianya digunakan untuk membiayai
defisit dalam rangka stimulus. Namun hingga saat ini penyerapan anggaran
berjalan lambat dan nampaknya anggaran berpotensi surplus lagi seperti tahun
lalu. Artinya, uang hasil utang itu akan sia-sia tidak terpakai hingga akhir
tahun.

Dari sisi dolar yang dibawa masuk, utang LN bermanfaat untuk menambah
cadangan devisa dan berhasil menguatkan kembali nilai tukar Rupiah. Namun
beban bunga dari utang hanya bisa dibayarkan oleh peningkatan pajak akibat
pertumbuhan ekonomi yang didorong stimulus. Kalau anggaran surplus, kita
bayar bunga utang tinggi hanya untuk uang yang dianggurkan.

Stimulus jalan saja kita mungkin masih rugi karena efek pertumbuhannya lebih
kecil dibanding beban bunga utangnya (penjelasannya baca di blog
saya<http://komentar-ekonomi.blogspot.com/2009/02/dampak-stimulus-amat-kecil-mungkin.html>).
Kalau stimulus batal, kita rugi dua kali.

Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.

------
Muhamad Said Fathurrohman
Airlangga University
Jl Airlangga 4
Surabaya, East Java, 60286
ID
Mobile: +62 81 802 8000 83
Email: muh.s...@gmail.com
Blog: http://komentar-ekonomi.blogspot.com



2009/5/26 IrwanK <irwank...@gmail.com>

>
>
>  Dear All,
>
> Penguasa RI sekarang dan tim sukses-nya (sekaligus sebagai capres 2009),
> sering
> berkampanye soal turunnya rasio hutang dibanding pdb (nominal).. Saya
> sendiri bukan
> ahli di bidang ekonomi. Mungkin yang lebih paham dapat bantu jelaskan soal
> ini lebih rinci, karena di bawah ada istilah pdb nominal dan riil.
>
> Membaca diskusi di bawah, IMHO, ada baiknya yg dijadikan patokan bukan pdb
> namun
> rasio hutang dibanding cadangan devisa negara. Ini jauh lebih mudah
> dipahami. Karena
> cadangan devisa negara merupakan 'dana standby' yang nyata. Dan harus
> diatur, dana
> standby ini sedapat mungkin bukan didapat dari hutang - seperti yang sudah"
> (dari IMF
> dll).. Karena percuma saja, hutang hanya menjadi 'dana mati'.. sementara
> bunga dan
> kewajiban membayar sudah jelas di depan mata..
>
> CMIIW..
>
> --
> Wassalam,
>
> Irwan.K
> "Better team works could lead us to better results"
> http://irwank.blogspot.com
>
> ---------- Pesan terusan ----------
> Dari: bungaran <no_re...@yahoogroups.com <no_reply%40yahoogroups.com>>
> Tanggal: 26 Mei 2009 05:18
> Subjek: Re: LANJUTKAN : INDONESIA BANGKRUT
>
> Silahkan baca referensi :
> http://kau.or.id/content/view/105/2/
>
> http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/24/0642591/rupiah.jeblok.utang.ri.nambah.
> 2335.miliar.dollar.as
>
> Rasio cadangan devisa dengan utang bisa menimbulkan banyak persepsi seperti
> krisis likuiditas, dll. Benar total utang yang telah jatuh tempo tersebut,
> tidak seluruhnya harus langsung dibayarkan. Sebab, beberapa dari
> utang-utang
> tersebut masih bisa diperpanjang sesuai dengan struktur pinjamannya.
>
> Tapi ingat Rasio utang terhadap Cadangan devisa (debt to reserve ratio).
> Rasio utang terhadap cadangan devisa masih tinggi, Jika terjadi penurunan
> cadangan devisa dan jumlah utang semakin membengkak tentu rasio utang
> terhadap cadangan devisa semakin tinggi. Apalagi dalam krisis global ini,
> penurunan cadangan devisa bisa disebabkan oleh intervensi yang dilakukan
> oleh BI untuk menjagastabilitas nilai tukar rupiah.
>
> Untuk menurunkan rasio utang terhadap cadangan devisa,(Mungkin)pemerintah
> menempuh berbagai cara di antaranya dengan memanfaatkan pinjaman bilateral
> atau fasilitas bilateral swap arrangement.
>
> Krisis bisa terjadi, yang dapat mengancam ketahanan sektor
> keuangan(Cadangan
> Devisa) karena utang luar negeri atau modal asing yang masuk banyak yang
> ditempatkan dalam Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Utang Negara (yang
> jumlahnya cenderung terus meningkat) ditarik pada saat bersamaan. Jika ini
> terjadi tentu kita akan lebih sulit membayar utang pada saat jatuh tempo.
>
>
> http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/03/29/12561892/tahun.ini.utang.sw
> \asta.jatuh.tempo.35.miliar.dollar.as
> Tahun ini utang swasta yang jatuh tempo mencapai US$35 miliar, atau lebih
> separuh dari total cadangan devisa yang cuma US$ 51 miliar.
>
> Bagaimana jika tahun ini modal asing yang ditempatkan di surat berharga
> domestik itu tiba-tiba secara serentak mendadak mengalir keluar (sudden
> reversal).
>
> Soal pajak,Utang, PDB:
> Teorinya begini: Semakin menurunnya rasio utang terhadap PDB, kan harus
> diimbangi meningkatnya rasio pajak. Tapi kenyataan kan tidak PDB
> (nominal)naik tapi Utang semakin membengkak dan rasio pajak kecil.
>
> Teorinya kinerja perekonomian tidak dilihat dari PDB Nominal, karena yang
> dipakai adalah PDB Riil, sebab sudah mengeluarkan faktor2 seperti inflasi
> dll. Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan PDB riil.
>
> Jika kita memakai data Departemen Keuangan http://www.dmo.or.id
> Tahun 2008
> PDB Nominal : Rp 4954 Trilyun
> PDB Riil (Konstan) : Rp 2082 Trilyun
> Utang Negara : Rp 1623 Trilyun
>
> Tahun 2004
> PDB Nominal : Rp 2.303 Trilyun
> PDB Riil (Konstan) : Rp 1.660 Trilyun
> Utang Pemerintah :Rp 1,275 Trilyun
> Kalau kita mau bandingkan Rasio Hutang terhadap PDB Riil, maka :
>
> Tahun 2004 : Rasio Hutang terhadap PDB Riil adalah 76,8%.
> Tahun 2008 : Rasio hutang terhadap PDB Riil adalah 77,95%.
>
> -
> .
>
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke