2009/6/18 lina marlina <l...@indobharatrayon.com>: > Boro2 untung pak Nizami, yg ada bunting kalou kekayaan alam kita di > gadaikan ke asing lagi. Pasti Faisal basri nangisnya meraung2 tuh..bukan > nangis airmata buaya lagi hehehe > > -----Original Message----- > From: ekonomi-nasional@yahoogroups.com > [mailto:ekonomi-nasio...@yahoogroups.com] On Behalf Of A Nizami > Sent: Thursday, June 18, 2009 1:34 PM > To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com > Subject: [ekonomi-nasional] [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Adakah Basri > Menangis Ketika BBM Naik 125%? > > > > > > Assalamu'alaikum wr wb, > Berikut diskusi dengan pak Faisal Basri. > Wassalam > > Terimakasih > pak Faisal Basri atas tanggapannya > > "Bumi > dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh > negara dan > dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat" [UUD 1945 Pasal 33 > Ayat (3)] > > === > > Ayo Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits > > http://media- <http://media-islam.or.id> islam.or.id > > --- Pada Sel, 16/6/09, Faisal Basri <faisalbasri@ > <mailto:faisalbasri%40ymail.com> ymail.com> > menulis: > >> Dari: Faisal Basri <faisalbasri@ <mailto:faisalbasri%40ymail.com> > ymail.com> > >> Topik: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Adakah Basri Menangis Ketika BBM > Naik 125%? Bls: Boediono Dicerca Neolib, Faisal > Basri Nangis > >> Kepada: Forum-Pembaca- <mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com> > kom...@yahoogroups.com > >> Tanggal: Selasa, 16 Juni, 2009, 11:41 AM > >> Ketika harga BBM dinaikkan 114 persen pada oktober > 2005, saya geram dan merintih > > >> http://www2. kompas.com/ kompas-cetak/ 0510/01/utama/ > 2092732.htm). > > Tahun > > Terimakasih atas kegeraman anda atas kenaikan harga BBM > sebesar 114% di Oktober 2005. Namun kita tahu, ketika teman anda > Boediono naik > jadi Menko Perekonomian di Desember 2005, dia bukannya menurunkan harga > BBM > malah menaikkannya lagi sebesar 30%. > > > > Anda pernah mengatakan pada orang yang menaikkan harga BBM: > ""Saya melihat mereka > itu tidak punya hati. Mereka adalah kelompok yang tega atas penderitaan > rakyat" > > > > Apakah anda tidak geram dengan tindakan teman anda itu? > > > > Anda juga menyatakan sebaiknya BBM naik 5%: > > = > > Penetapan kenaikan harga bahan bakar minyak rata-rata 100 > persen lebih oleh pemerintah, Sabtu (1/10) dini hari, dinilai > keterlaluan > karena melampaui batas kemampuan masyarakat yang hanya bisa menanggung > kenaikan > sekitar 50 persen. > > == > > > > Kemudian di Perspektif Wimar anda mengatakan BBM harus > sering naik: agar harga BBM di Indonesia sama dengan harga pasar (baca: > harga > di AS): > > > > http://www.perspekt > <http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=869> > if.net/article/article.php?article_id=869 > > Faisal Basri: BBM Harus Sering Naik > > == > > > > Kenapa? > > Silahkan lihat daftar harga bensin dunia: > > http://en.wikipedia > <http://en.wikipedia.org/wiki/Gasoline_usage_and_pricing> > .org/wiki/Gasoline_usage_and_pricing > > > > Saat ini harga bensin di Indonesia cuma beda sekitar Rp > 2000/liter dengan di AS. Padahal garis kemiskinan di AS sekitar Rp 10,4 > juta/orang/bulan, sementara di Indonesia hanya Rp 182 ribu/bulan (versi > Bank > Dunia US$ 60/bulan). Nah apakah anda ingin agar harga BBM di Indonesia = > di AS > padahal 80% minyak mentah diproduksi di Indonesia dengan biaya lifting > sekitar US$ 10/barrel atau > kurang dan biaya refinery dan distribusi untuk di AS saja sekitar US$ > 15/barrel? Padahal dengan harga US$ 25/barrel atau kurang dari Rp > 2.000/liter > saja sudah untung karena sudah di atas biaya pokok produksi + > keuntungan. > Silahkan download perhitungan harga bensin di: > > http://www.mediafir <http://www.mediafire.com/?jez4ynm4vzt> > e.com/?jez4ynm4vzt > > > > Dari daftar harga bensin di atas, kita lihat harga di Indonesia > sekitar US$ 0,53/liter. Sementara di Arab Saudi US$ 0,12, Malaysia 0,5, > Brunei > 0,39, di Venezuela US$ 0,045/liter (Rp 450/liter). Masih banyak lagi > negara > yang bensinnya murah. > > > > Nah kenapa ekonom seperti anda bukannya meminta agar harga > bensin di Indonesia > dibuat semurah mungkin (selama masih di atas biaya produksi dan > pemerintah > dapat sedikit keuntungan), namun justru meminta agar harga bensin sering > dinaikkan? > > > > Bukankah itu akan menyengsarakan rakyat karena segala harga > barang termasuk beras pasti naik? Belum lagi para nelayan, supir angkot, > atau > pun pengemudi sepeda motor yang mayoritas rakyat miskin. > >> Ketika jutaan petani masih dibodohi oleh perusahaan perkebunan "milik > negara", kita > >> sepantasnya meratapi dan melawan. Bagi saya, BUMN > seperti itu wajib diprivatisasi, > >> dikembalikan kepada petani. Bagaimana caranya, kita > serahkan kepada para ahli. > > Saya setuju jika 69,4 juta hektar tanah dikuasai oleh 652 BUMN/pengusaha > (*1) diserahkan ke sekitar 100 juta petani di Indonesia. Tak pantas jika > ada > jutaan petani tidak punya sawah dan hanya jadi buruh tani sementara > segelintir > orang menguasai lebih dari 100 ribu hektar tiap orangnya.. > > > > Namun itu umumnya lebih dikenal dengan land reform yang > nyaris tidak pernah terjadi. Bukan privatisasi yang saya maksud. > > > > Privatisasi yang banyak terjadi selama ini justru penguasaan > BUMN yang strategis dan menguasai kekayaan alam Indonesia untuk > diserahkan kepada > segelintir orang/pengusaha asing. Sehingga keuntungan yang biasanya > masuk ke > APBN dan dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia (jika sistem berjalan > benar) sekarang justru dinikmati oleh segelintir pengusaha asing.. > > > > == > > http://els.bappenas > <http://els.bappenas.go.id/upload/other/Telkom%20Untung%20Rp%204.htm> > .go.id/upload/other/Telkom%20Untung%20Rp%204.htm > > Telkom Untung Rp 4,25 Trilyun > > Jakarta, Kompas - PT Telekomunikasi Indonesia (PT Telkom) > berhasil meraih laba tahun 2001 sebesar Rp 4,25 trilyun, naik 41 persen > dibanding tahun 2000 yang Rp 3 trilyun. Pendapatan operasi perusahaan > publik > itu sendiri sebesar Rp 16,13 trilyun, naik 33 persen dari Rp 12,11 > trilyun > tahun 2000 > > == > > > > Contohnya: Telkom dan Indosat justru di"privatisasi" dan dikuasai > BUMN Singapura Temasek lewat anak perusahaannya Singtel dan STT. > Akibatnya > segala percakapan telpon/hp oleh pejabat sipil dan militer di Indonesia > yang lewat backbone > telekomunikasi tsb bisa dengan mudah disadap Singapura/Asing. Nah > harusnya para > ekonom itu memikirkan hal2 yang strategis macam ini. Apalagi Telkom dan > Indosat > itu sebelum diprivatisasi juga sudah untung trilyunan rupiah yang > seharusnya > bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Belum lagi privatisasi > ANTAM yang mengelola kekayaan alam, sementara Krakatau Steel dan > Pertamina > menyusul.. > > > > PAM juga diprivatisasi sehingga air minum yang dibutuhkan > rakyat dikuasai Thames Pam Jaya dan PAM Lyonnaise Jaya. Mutu air tidak > berubah > dan mereka tidak banyak melakukan perbaikan karena jaringan pipa sudah > ada. > Namun harga air minum setelah diprivatisasi naik terus. Pernah tagihan > PAM saya > sampai rp 350 ribu/bulan. 1/3 UMR! > > > > Nah sedihkah anda dengan privatisasi macam itu? > >> Selama Pertamina masih sangat boros dan jadi bancakan para kelompok > kepentingan > >> (http://faisalbasri. kompasiana. com/2009/ 06/16/virus- > virus-itu- ada-di-dalam- diri-kita/), sepantasnya kita juga bicara. > > Kalau Pertamina boros atau jadi bancakan kelompok > kepentingan, haruskah diprivatisasi/dijual ke asing? > > Saat ini 90% migas kita dikuasai perusahaan asing, Pertamina > hanya 10%. Banggakah anda sebagai ekonom jika ternyata 100% > migas/kekayaan alam > kita justru dikelola Kompeni-Kompeni baru berupa Multi National Company? > > > > Saya beruntung sempat mendapat pencerahan dari pak Revrisond > Baswir mengenai penjajahan Kompeni. Begitu pula dengan pakar minyak, pak > Kurtubi yang waktu itu juga punya semangat yang sama. > > > > Dulu yang menjajah Indonesia adalah Kompeni (Verenigde > Oost Indische Compagnie). Bukan pemerintah Belanda. Mereka menguasai > perkebunan > dan perdagangan rempah2 di Indonesia. > Para raja dan sultan tetap bangsa Indonesia, tapi Kompeni > memanfaatkan mereka untuk mendikte kepentingan mereka. Rakyat pun bisa > bekerja > sebagai Kuli Kontrak. > > > > Saat ini juga begitu. Bahkan lebih parah lagi. Jika masa > Kompeni Belanda industrinya masih perkebunan yang ramah lingkungan. > Sekarang > isi bumi kita digali dan dikeluarkan sehingga merusak gunung2, bukit, > dan > mencemari sungai2. Lihat pertambangan emas di berbagai tempat seperti > Freeport > di Papua atau pun Newmont di Sulawesi. Sempat terbetik berita tentang > pencemaran yang dilakukan berbagai perusahaan di atas. Sungai tidak lagi > memberi ikan dimakan, begitu pula laut karena terkontaminasi. > > > > Kalau BUMN boros, solusinya gampang, ganti manajemen. Ganti > direksi. Pemerintah berhak mengganti manajemen BUMN. Jika pemerintah > tidak > becus, rakyat bisa mengganti pemerintah lewat Pemilihan UMUM. Pada BUMN, > rakyat > langsung atau tidak langsung punya kontrol terhadap BUMN. Buat beberapa > BUMN > baru sebagai kompetitor sehingga bisa bersaing. Bukan pakai cara gampang > dengan > memprivatisasi sehingga berpindah ke tangan asing. > > > > Silahkan lihat Daftar Perusahaan Terkaya versi Forbes 500: > > http://en.wikipedia > <http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_companies_by_revenue> > .org/wiki/List_of_companies_by_revenue > > 1. Exxon Mobil, pendapatan $390.3 billion/tahun, gaji CEO, Rex > W. Tillerson, $4.12M/tahun > > 3. Shell, pendapatan $355.8 billion/tahun, gaji CEO, Jeroen > van der Veer, EURO 7,509,244 > > 4. British Petroleum, pendapatan $292 billion/tahun, gaji > CEO, Tony Hayward, $4.73M > > 6. Total S.A., pendapatan $217.6 > > 7. Chevron Corp., pendapatan 214.1 billion/tahun, gaji CEO, David > J. O'Reilly, $7.82M > > 8. Saudi Aramco (BUMN Saudi), pendapatan $197.9 > billion/tahun > > 10. ConocoPhillips, pendapatan $187.4 billion/tahun, gaji > CEO, James Mulva, $6.88M > > > > Total dari perusahaan itu saja (10 perusahaan teratas versi > Forbes 500) yang juga beroperasi di Indonesia mengelola kekayaan alam > kita, > itu US$ 1.655 milyar atau sekitar 17 ribu trilyun. Di antaranya berasal > dari > kekayaan alam Indonesia. > > > > Arab Saudi cukup cerdas menasionalisasi perusahaan Aramco > tahun 1974, Chavez presiden Venezuela juga menasionalisasi perusahaan > migas di > sana sehingga Venezuela yang merupakan negara penghutang terbesar, > sekarang > rasio hutangnya hanya kurang dari 40% total GDPnya. Di bawah Indonesia > yang rasio hutangnya > sudah mencapai 68% dari GDP dan terus bertambah sekitar Rp 100 > trilyun/tahun. Kuwait dan Qatar juga mengandalkan BUMN mereka > untuk mengelola kekayaan alamnya sehingga tidak bocor ke asing. > > > > Akibatnya negara mereka makmur. Ketika saya tinggal di Arab > Saudi selama 6 bulan di rumah satu warga negaranya, di sana bukan cuma > bensin > lebih murah, tapi sekolah, listrik, rumah sakit gratis. Bahkan di sana > kalau kuliah diberi > uang saku. > > > > Negara-negara yang maju/makmur seperti AS, Inggris, > Perancis, Arab Saudi, Qatar, > Kuwait, > dsb itu tidak pernah menyerahkan kekayaan alam mereka ke asing. Mereka > mengelola sendiri kekayaan alam mereka. Qatar dan Kuwat meski SDMnya > sedikit, mereka tetap buat BUMN sendiri. Tenaga ahli mereka cari dari > luar > negeri termasuk dari Indonesia. > Coba lihat Kompas Sabtu-Minggu di kolom lowongan kerja, banyak iklan > lowongan > kerja dari BUMN Qatar, Kuwait, > dsb yang mencari ahli migas dari Indonesia. > > > > Sekali lagi, tidak ada negara yang maju/makmur dengan > menyerahkan 100% kekayaan alam mereka ke perusahaan2 asing. Harusnya > ekonom Indonesia berjuang agar Indonesia bisa mandiri. Bisa > berdikari. > > > > Bukan justru membujuk rakyat/pemerintah agar Indonesia > tidak mandiri dan bergantung kepada perusahaan2 asing yang ternyata > justru > memperkaya perusahaan dan direksi mereka sendiri. > > > > Teman saya dari Pertamina mengatakan kenapa Pertamina rugi, > karena Pertamina hanya mengelola 10% dari migas di Indonesia. Pak Marwan > Batubara > mengatakan ketika Pertamina mengontrak Exxon untuk melakukan eksplorasi > migas > di Blok Cepu, begitu ketemu justru Exxon yang merebut blok tersebut. > Akibatnya > Pertamina tidak bisa mendapatkan migas murah di negeri ini. Pertamina > harus > beli di luar negeri dengan harga pasar/tinggi. Kemudian jika ada > keuntungan/pendapatan, uang tersebut tidak bisa masuk ke Pertamina, tapi > disalurkan sebagai deviden yang masuk dalam APBN. Itu yang menyebabkan > "boros" atau > rugi. > > > > Coba lihat pendapatan perusahaan migas asing yang Rp 17 ribu > trilyun/tahun. Meski untung segitu, uang itu masuk ke kas mereka. Bukan > ke > bangsa Indonesia. > Paling tidak 10-20% dari uang tersebut berasal dari Indonesia > karena banyak Negara seperti Arab Saudi, Venezuela, > Qatar, Kuwait, dsb mengelola kekayaan > alamnya dengan BUMN mereka. > > > > Coba perhatikan, satu CEO gajinya mencapai US$ 7,8 juta atau > rp 78 milyar/tahun.. Kalau ada 5 direksi dan 5 komisaris bisa untuk gaji > saja > sekitar rp 300 milyar/tahun. Apakah Pertamina seboros itu? Kalau ada 6 > perusahaan berarti sekitar Rp 1000 trilyun hanya untuk gaji Direksi dan > Komisaris saja. Sama dengan APBN kita di tahun 2008! > > > > Kalau Pertamina kurang baik, cari solusi yang lebih baik dan > cerdas ketimbang melakukan privatisasi atau melego ke pihak asing. > > > > Kita bisa lakukan pergantian dengan manajemen yang jujur dan > baik. Toh BUMN seperti Temasek, Petronas, Aramco, > Venezuela > justru makin membuat bangsanya makmur. Sementara SWASTA seperti Lehman > Brothers, Citigroup, Chrysler, Enron, dsb bangkrut atau merugi hingga > pemerintah AS harus mengucurkan bantuan sampai US$ 800 milyar dan > "Menasionalisasi" Citigroup. Jangan anggap kalau mereka bankrut yang > rugi > perusahaan itu dan bukan rakyat. Karena kalau aset sudah puluhan milyar > ke > atas, biasanya perusahaan besar pakai uang rakyat mulai dari kredit Bank > yang > berasal dari simpanan rakyat hingga melempar saham di pasar modal yang > juga > dibeli dengan uang rakyat. Jika kredit macet atau perusahaan itu > bangkrut, maka > uang rakyat itu lenyap. > > > > Bisa juga membuat beberapa BUMN baru sebidang hingga ada > benchmark dan BUMN yang merugi dilikuidasi. > > > > Jadi hilangkan pandangan Stereotip Swasta pasti untung dan > BUMN pasti rugi. > > Sekali lagi tidak pernah ada dalam sejarah negara sapi perah > yang dieksploitasi pihak asing bisa maju dan makmur. > >> Kalau kita tahu apa yang dikatakan orang tidak benar dan lalu kita > memberikan > >> perspektif lain, apakah itu salah. Ikhwal saya > menangis, tentu ada alasan yang lebih > >> dalam. Antara lain ketakutan saya bahwa kita mudah lupa > akan apa yang terjadi 11 > >> tahun lalu.. > >> > >> Mungkin saya terlalu emosional karena menangkap dimensi ketidakadilan, > walau itu > >> hanya terhadap seorang sosok yang bernama Boediono. > > Pak Boediono dari tahun 1998 hingga sekarang malang melintang menjabat > berbagai posisi penting di > perekonomian Indonesia. > Dari Ketua Bappenas, Menteri Keuangan, Menko Perekonomian, dan bisa jadi > nanti > sebagai Wapres. Jadi bisa berbuat banyak untuk mensejahterakan rakyat > Indonesia. > > > > Coba amati dalam rentang tahun 1998-2009: > > > > 1.. Nilai rupiah anjlok dari Rp 2.200 sejak diberlakukan > floating rate dan devisa bebas jadi Rp 10.500 (sempat rp 16.700). > Padahal Arab > Saudi yang menggunakan credit money real seperti yang dilakukan AS > sebelum > tahun 1971 yang mematok dollar ke emas, nilainya relatif stabil. Dari > tahun > 1980 hingga sekarang dengan uang 1 real kita bisa beli sebotol Pepsi > Cola. > Dengan turunnya nilai rupiah, ini adalah pemiskinan massal. > > > > 2. Harga BBM naik dari Rp 700/liter jadi Rp 4.500/liter. > Harga BBM memicu kenaikan harga2 barang lainnya padahal penghasilan > rakyat > pertambahannya tidak sebesar itu. Ini adalah pemiskinan massal. > > > > 3. Uang masuk PTN seperti UI tahun 1998 sekitar rp 200 ribu > dan SPP per semester sekitar rp 200 ribu. Sekarang untuk masuk UI uang > masuknya > saja bisa mencapai Rp 150 juta lebih belum uang semesternya. Bagaimana > Indonesia > bisa jadi bangsa yang cerdas jika PTN mahal karena diprivatisasi jadi > BHMN > untuk kemudian dijual? > > > > Kebetulan saya > kerja di industri retail jadi tahu betul apakah daya beli rakyat > melemah/menguat karena retail adalah cermin dari daya beli rakyat. > Penjualan di > tahun 2009 kurang separuh daripada di tahun 2005 nilai rupiahnya. > Perusahaan > kompetitor juga begitu.. Di media massa > juga diberitakan bahwa retail lesu. Retail lesu karena daya beli rakyat > melemah. Jadi meski katanya pertumbuhan ekonomi naik 6%/tahun, mungkin > itu > adalah "ekonomi" yang ngomong. Perusahaan saya justru turun. Gaji saya > relatif > tidak berubah dari tahun 2005. Teman2 saya dari perusahaan lain bahkan > kena PHK > dan menganggur hingga sekarang. > > > > Gaji PNS naik > katanya, tapi PNS itu jumlahnya kurang dari 5 juta atau <3% dari rakyat > Indonesia. > Kenaikan gaji justru memicu kenaikan harga barang yang menyengsarakan > 80% > rakyat Indonesia > yang penghasilannya tidak berubah bahkan jadi tidak ada karena kena PHK. > > > > Tiap saya naik bis, > minimal pulang pergi ada 5 pengamen. Kemarin malam ada gadis kecil umur > 5 tahun > yang mengemis minta uang ke penumpang Mikrolet. Hari sudah malam, > harusnya > gadis kecil itu sudah di rumah beserta keluarganya. Bukan diterminal > mencari > uang jika dia adalah keluarga mampu karena dia bisa diperkosa para > preman > terminal. Banyak anak balita lain yang mengamen/mengemis di bis-bis yang > saya > tumpangi tiap hari kerja. > > > > Harusnya anda > menangis untuk mereka karena dengan kebijakan ekonomi yang keliru, > rakyat Indonesia > yang harusnya makmur justru jadi miskin dan terlunta2 mencari makan di > jalan. > >> Jangan sampai kita cepat pukul-rata. Dunia tidak hitam-putih. > >> Bagaimanapun, saya sepenuhnya sepakat bahwa negeri ini belum berdaulat > dalam > >> banyak hal. Tapi jangan sampai musuh dalam selimut > tertawa terbahak-bahak. . > > Saat ini meski mungkin anda termasuk orang kaya, namun > mayoritas rakyat Indonesia > masih miskin. Ini karena hutang selalu diperbesar dan celakanya lagi > pihak > pengutang selalu mendikte bahwa Indonesia > harus memprivatisasi BUMN, mencabut subsidi barang/BBM, dsb. Kekayaan > alam juga > diserahkan kepada Kompeni-kompeni asing. > > > > Sekali lagi anda perhatikan bahwa negara yang maju dan > makmur adalah negara yang mengelola sendiri kekayaan alamnya. Bukan > menyerahkannya ke pihak asing. > > > > Kompeni gaya > baru ini tentu menyewa antek2nya untuk membela kepentingan mereka. > > Benar peringatan anda: jangan sampai musuh dalam selimut > tertawa terbahak-bahak > > > > Pak Faisal, ucapan anda banyak didengar orang, termasuk di > milis Forum Pembaca Kompas. Anda bisa melakukan perubahan/memberi > masukan agar > rakyat Indonesia > makmur. > > > > Saya pribadi tidak setuju dengan sistem komunis di mana > negara memiliki semuanya. Tapi saya juga tidak setuju jika semua BUMN > dijual > sehingga BUMN berikut kekayaan alam yang dikelola dikuasai swasta yang > mencari > untung sebesarnya seperti yang dilakukan Sistem Ekonomi Neoliberalisme. > > > > Untuk kekayaan alam, sembako yang meliputi hajat hidup orang > banyak, harus dikelola negara bersama puluhan juta petani (bukan > segelintir > "petani") untuk memakmurkan rakyat. > > > > BUMN memang tidak SELALU harus untung karena ada Public > Service/Layanan Masyarakat yang harus dijalankan oleh negara seperti > penyediaan > air minum yang bersih untuk rakyat, listrik, kesehatan, dan pendidikan. > Sebagai > gantinya, negara menerima pajak dari rakyat sebesar rp 500 trilyun lebih > per > tahunnya. > > > > Sebagai contoh pagi ini saya dapat SMS dari teman saya yang > berbunyi: > > === > > Salam, peluang beramal bagi yang ingin sedekah. Saat ini ada seorang ibu > yang > akan melahirkan sesar di RS Fatmawati. Tapi tak ada biaya, bagi yang > ingin > membantu bisa hubungi Musa di 08811812832 > > === > > > > Tak semua orang miskin dapat kartu Gakin karena garis > kemiskinan BPS yang terlampau rendah. > > > > Teman saya dan saya juga berkunjung ke perkampungan nelayan > di Muara Angke. Boleh dikata 90% warganya hidup dalam kemiskinan. Saya > bersama > teman saya bertamu ke satu rumah yang luasnya paling 9 m2 yang didiami 4 > orang > untuk mewawancarai calon penerima beasiswa dari satu yayasan yang > didirikan > teman saya pak Eko. Sedihnya, jauh lebih banyak orang yang harus > menerima > bantuan ketimbang jumlah donaturnya... Kalau tertarik membantu, silahkan > kontak > pak Eko dengan MIF Foundationnya. > > > > Jumlah orang miskin saat ini sedikit cuma sekitar 35 juta > jiwa karena garis kemiskinan yang dipatok BPS sangat rendah. Cuma rp 182 > ribu/bulan per orang. Jika menurut standar Bank Dunia yang US$ 60/bulan, > mungkin jumlahnya sekitar 120 juta jiwa. Jika pakai standar AS yang Rp > 10,4 > juta/bulan, bisa lebih banyak lagi...J > > http://infoindonesi > <http://infoindonesia.wordpress.com/2008/03/11/umr-dan-garis-kemiskinan- > kita-memang-beda-%E2%80%93-umr-indonesia-us-95bulan-as-us-4914bulan/> > a.wordpress.com/2008/03/11/umr-dan-garis-kemiskinan-kita-memang-beda-%E2 > %80%93-umr-indonesia-us-95bulan-as-us-4914bulan/ > > > > Neoliberalisme untuk mengidentifikasi paham ekonomi yang > bertujuan memprivatisasi semua BUMN, mencabut subsidi barang/BBM itu ada > di > berbagai ensiklopedi seperti MS Encarta Encyclopaedia, Ensiklopedi > Britannica, > dsb. Contohnya lihat di bawah (*2) > > > > == > > http://encarta. > <http://encarta.msn.com/encyclopedia_1741588397_2/globalization.html> > msn.com/encyclopedia_1741588397_2/globalization.html > > > > The IMF and the World Bank usually impose certain conditions > for loans and require what are called structural adjustment programs > from > borrowers. These programs amount to detailed instructions on what > countries > have to do to bring their economies under control. The programs are > based on a > strategy called NEOLIBERALISM, also known as the Washington Consensus > because > both the IMF and the World Bank are headquartered in Washington, D.C. > The strategy is geared toward promoting free markets, including > privatization > (the selling off of government enterprises); deregulation (removing > rules that > restrict companies); and trade liberalization (opening local markets to > foreign > goods by removing barriers to exports and imports). Finally, the > strategy also > calls for shrinking the role of government, reducing taxes, and cutting > back on > publicly provided services. > > == > > Beberapa gejalanya adalah privatisasi, pencabutan subsidi > barang/BBM, dsb. Gejala demam berdarah adalah badan panasnya tinggi dan > tidak > turun selama beberapa hari, bercak merah, dsb. Namun penyakit demam > berdarah > tetap positif meski ada gejala yang tidak terbukti. Sebagai contoh, > tidak semua > penderita demam berdarah memiliki bercak merah di kulitnya. > > > > Nah Neoliberalisme juga begitu. Meski ada gejala yang tidak > terlihat, bukan berarti itu bukan Neoliberalisme jika gejala2 lain yang > disebut > terlihat. > > > > Tapi semoga kita semua diberi hidayah oleh Allah dan > benar-benar berjuang untuk mensejahterakan rakyat. > > > > Saat ini saya paling cuma membuat blog seperti > www.infoindonesia.wordpress.com > yang paling banter cuma dikunjungi 1800 orang per hari dengan isi > berbagai > artikel yang diharap bisa mencerahkan bangsa Indonesia. > > > > http://infoindonesi > <http://infoindonesia.wordpress.com/2008/01/15/beberapa-langkah-menguran > gi-kemiskinan-di-indonesia/> > a.wordpress.com/2008/01/15/beberapa-langkah-mengurangi-kemiskinan-di-ind > onesia/ > > > > Ų > Tabik, > >> faisal basri > > --- On Tue, 6/16/09, A Nizami <nizam...@yahoo. com> wrote: > > From: A Nizami <nizam...@yahoo. com> > > Subject: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Adakah Basri Menangis Ketika BBM Naik > 125%? > Bls: Boediono Dicerca Neolib, Faisal Basri Nangis > > To: Forum-Pembaca- kom...@yahoogrou ps.com > > Date: Tuesday, June 16, 2009, 2:01 AM > > Apakah Faisal Basri menangis ketika BUMN-BUMN yang merupakan milik > rakyat Indonesia > dijual ke swasta/asing? > > Adakah Faisal Basri menangis ketika harga BBM di Indonesia naik > mengikuti harga > minyak dunia sampai 125% sehingga memicu kenaikan harga-harga barang > lainnya? > > Adakah Faisal Basri menangis ketika sebagian besar kekayaan alam > Indonesia > dikelola oleh asing sehingga perusahaan2 migas/pertambangan asing yang > beroperasi di Indonesia masuk daftar perusahaan terkaya versi FORBES 500 > dengan > pendapatan ribuan trilyun rupiah/tahun dan CEOnya penghasilannya sampai > rp 7 > milyar lebih per bulan sementara 11,5 juta rakyat Indonesia kurang > gizi/busung > lapar? > > Apakah itu Neoliberal (ini ada di berbagai ensiklopedia) , Ekonomi Jalan > Tengah > (yang tidak ada di Ensiklopedi) , selama BUMN-BUMN dijual ke > swasta/asing, > selama kekayaan alam Indonesia > diserahkan kepada asing, mayoritas rakyat Indonesia akan terpuruk dalam > kemiskinan.. > > === > > Ayo Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits > > http://media- islam.or. id > > --- Pada Sen, 15/6/09, Agus Hamonangan <agushamonangan@ yahoo.co. id> > menulis: > > Dari: Agus Hamonangan <agushamonangan@ yahoo.co. id> > > Topik: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Boediono Dicerca Neolib, Faisal Basri > Nangis > > Kepada: Forum-Pembaca- kom...@yahoogrou ps.com > > Tanggal: Senin, 15 Juni, 2009, 4:33 AM > > http://nasional. kompas.com/ > read/xml/ 2009/06/15/ 15020598/ boediono. dicerca.neolib. faisal.basri. > nangis. > > JAKARTA, KOMPAS.com -- Ekonom senior dari > Universitas Indonesia, > Faisal Basri, mengaku menangis ketika mendengar Boediono, rekannya > sesama > ekonom, dicerca sebagai neoliberalis. > > Ceritanya terjadi ketika dirinya berada di Singapura pada pertengahan > bulan Mei > kemarin. Saat itu, Faisal mengaku tengah berada di dalam MRT di Negeri > Merlion > tersebut. Dirinya membaca berita-berita yang menyatakan bahwa Boediono > itu > neolib karena telah melakukan privatisasi BUMN. > > "Mungkin saya agak cengeng. Tapi saya benaran menangis melihat kawan > saya > dicerca," ujar Faisal pada acara peluncuran buku karya Boediono yang > berjudul Ekonomi Indonesia, > Mau ke Mana?, Senin (15/6) di Gedung Perpustakaan Nasional. > > Saat itu juga, Faisal langsung mempercepat kepulangannya ke Indonesia > lewat > Batam. Dalam perjalanan pulang itulah, Faisal menuliskan artikel yang > "membela" mantan gubernur Bank Indonesia itu dan mengirimkannya ke > blog pribadinya di Kompasiana.com. Tulisannya itu kemudian mendapat > tanggapan > banyak orang. > > Buku Ekonomi Indonesia, > Mau ke Mana? merupakan kumpulan esai ekonomi karya Boediono yang pernah > diterbitkan di berbagai jurnal, surat > kabar, dan majalah. Sepuluh esai yang dipublikasikan itu terdiri dari > delapan > tulisan ekonomi makro, satu keynote speech Gubernur Bank Indonesia, dan > satu catatan pribadi tentang Prof Widjojo Nitisastro. > > Turut hadir dalam peluncuran buku tersebut sejumlah ekonom, seperti Tony > Prasetiantono, Sumarlin, dan juga tokoh-tokoh pers, seperti Rosihan > Anwar, > Fikri Jukri, dan Rektor UGM Soedjarwadi. > > Sent from Indosat Blackberry > > HIN > > Catatan > kaki: > > *1 http://infoindonesi > <http://infoindonesia.wordpress.com/2008/01/15/beberapa-langkah-menguran > gi-kemiskinan-di-indonesia/> > a.wordpress.com/2008/01/15/beberapa-langkah-mengurangi-kemiskinan-di-ind > onesia/ > > > > *2 Policy > implications > > > > Broadly > speaking, neoliberalism seeks to transfer part of the control of the > economy > from state to the private sector,[5] to, ostensibly, bring a more > efficient > government and, to improve economic indicators of the nation. The > definitive > statement of the concrete policies advocated by neoliberalism is often > taken to > be John Williamson's[6] "Washington Consensus", a list of policy > proposals that > appeared to have gained consensus approval among the Washington-based > international economic organizations (like the International Monetary > Fund > (IMF) and World Bank). Williamson's list included ten points: > > > > * Fiscal > policy discipline; > > > > * > Redirection of public spending from subsidies ("especially > indiscriminate > subsidies") toward broad-based provision of key pro-growth, pro-poor > services > like primary education, primary health care and infrastructure > investment; > > > > * Tax > reform - broadening the tax base and adopting moderate marginal tax > rates; > > > > * Interest > rates that are market determined and positive (but moderate) in real > terms; > > > > * > Competitive exchange rates; > > > > * Trade > liberalization - liberalization of > imports, with particular emphasis on elimination of quantitative > restrictions > (licensing, etc.); any trade protection to be provided by law and > relatively > uniform tariffs; > > > > * > Liberalization of inward foreign direct investment; > > > > * > Privatization of state enterprises; > > > > * > Deregulation - abolition of regulations > that impede market entry or restrict competition, except for those > justified on > safety, environmental and consumer protection grounds, and prudent > oversight of > financial institutions; and, > > > > * Legal > security for property rights. > > > > http://en.wikipedia <http://en.wikipedia.org/wiki/Neoliberalism> > .org/wiki/Neoliberalism > > > > > > http://encarta. > <http://encarta.msn.com/encyclopedia_1741588397_2/globalization.html> > msn.com/encyclopedia_1741588397_2/globalization.html > > > > Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang > Lebih Cepat hari ini! http://id.mail. <http://id.mail.yahoo.com> > yahoo.com > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > ------------------------------------ > > Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? > Kirim email ke ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com > http://capresindonesia.wordpress.com > http://infoindonesia.wordpress.comYahoo! Groups Links > > > >
------------------------------------ Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com http://capresindonesia.wordpress.com http://infoindonesia.wordpress.comYahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:ekonomi-nasional-dig...@yahoogroups.com mailto:ekonomi-nasional-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: ekonomi-nasional-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/