2009/6/18 lina marlina <l...@indobharatrayon.com>:
> Boro2 untung pak Nizami, yg ada bunting kalou kekayaan alam kita di
> gadaikan ke asing lagi. Pasti Faisal basri nangisnya meraung2 tuh..bukan
> nangis airmata buaya lagi hehehe
>
> -----Original Message-----
> From: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
> [mailto:ekonomi-nasio...@yahoogroups.com] On Behalf Of A Nizami
> Sent: Thursday, June 18, 2009 1:34 PM
> To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
> Subject: [ekonomi-nasional] [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Adakah Basri
> Menangis Ketika BBM Naik 125%?
>
>
>
>
>
> Assalamu'alaikum wr wb,
> Berikut diskusi dengan pak Faisal Basri.
> Wassalam
>
> Terimakasih
> pak Faisal Basri atas tanggapannya
>
> "Bumi
> dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
> negara dan
> dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat" [UUD 1945 Pasal 33
> Ayat (3)]
>
> ===
>
> Ayo Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits
>
> http://media- <http://media-islam.or.id> islam.or.id
>
> --- Pada Sel, 16/6/09, Faisal Basri <faisalbasri@
> <mailto:faisalbasri%40ymail.com> ymail.com>
> menulis:
>
>> Dari: Faisal Basri <faisalbasri@ <mailto:faisalbasri%40ymail.com>
> ymail.com>
>
>> Topik: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Adakah Basri Menangis Ketika BBM
> Naik  125%? Bls: Boediono Dicerca Neolib, Faisal
> Basri Nangis
>
>> Kepada: Forum-Pembaca- <mailto:Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com>
> kom...@yahoogroups.com
>
>> Tanggal: Selasa, 16 Juni, 2009, 11:41 AM
>
>> Ketika harga BBM dinaikkan 114 persen pada oktober
> 2005, saya geram dan merintih >
>
>> http://www2. kompas.com/ kompas-cetak/ 0510/01/utama/
> 2092732.htm).
>
> Tahun
>
> Terimakasih atas kegeraman anda atas kenaikan harga BBM
> sebesar 114% di Oktober 2005. Namun kita tahu, ketika teman anda
> Boediono naik
> jadi Menko Perekonomian di Desember 2005, dia bukannya menurunkan harga
> BBM
> malah menaikkannya lagi sebesar 30%.
>
>
>
> Anda pernah mengatakan pada orang yang menaikkan harga BBM:
> ""Saya melihat mereka
> itu tidak punya hati. Mereka adalah kelompok yang tega atas penderitaan
> rakyat"
>
>
>
> Apakah anda tidak geram dengan tindakan teman anda itu?
>
>
>
> Anda juga menyatakan sebaiknya BBM naik 5%:
>
> =
>
> Penetapan kenaikan harga bahan bakar minyak rata-rata 100
> persen lebih oleh pemerintah, Sabtu (1/10) dini hari, dinilai
> keterlaluan
> karena melampaui batas kemampuan masyarakat yang hanya bisa menanggung
> kenaikan
> sekitar 50 persen.
>
> ==
>
>
>
> Kemudian di Perspektif Wimar anda mengatakan BBM harus
> sering naik: agar harga BBM di Indonesia sama dengan harga pasar (baca:
> harga
> di AS):
>
>
>
> http://www.perspekt
> <http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=869>
> if.net/article/article.php?article_id=869
>
> Faisal Basri: BBM Harus Sering Naik
>
> ==
>
>
>
> Kenapa?
>
> Silahkan lihat daftar harga bensin dunia:
>
> http://en.wikipedia
> <http://en.wikipedia.org/wiki/Gasoline_usage_and_pricing>
> .org/wiki/Gasoline_usage_and_pricing
>
>
>
> Saat ini harga bensin di Indonesia cuma beda sekitar Rp
> 2000/liter dengan di AS. Padahal garis kemiskinan di AS sekitar Rp 10,4
> juta/orang/bulan, sementara di Indonesia hanya Rp 182 ribu/bulan (versi
> Bank
> Dunia US$ 60/bulan). Nah apakah anda ingin agar harga BBM di Indonesia =
> di AS
> padahal 80% minyak mentah diproduksi di Indonesia dengan  biaya lifting
> sekitar US$ 10/barrel atau
> kurang dan biaya refinery dan distribusi untuk di AS saja sekitar US$
> 15/barrel? Padahal dengan harga US$ 25/barrel atau kurang dari Rp
> 2.000/liter
> saja sudah untung karena sudah di atas biaya pokok produksi +
> keuntungan.
> Silahkan download perhitungan harga bensin di:
>
> http://www.mediafir <http://www.mediafire.com/?jez4ynm4vzt>
> e.com/?jez4ynm4vzt
>
>
>
> Dari daftar harga bensin di atas, kita lihat harga di Indonesia
> sekitar US$ 0,53/liter. Sementara di Arab Saudi US$ 0,12, Malaysia 0,5,
> Brunei
> 0,39, di Venezuela US$ 0,045/liter (Rp 450/liter). Masih banyak lagi
> negara
> yang bensinnya murah.
>
>
>
> Nah kenapa ekonom seperti anda bukannya meminta agar harga
> bensin di Indonesia
> dibuat semurah mungkin (selama masih di atas biaya produksi dan
> pemerintah
> dapat sedikit keuntungan), namun justru meminta agar harga bensin sering
> dinaikkan?
>
>
>
> Bukankah itu akan menyengsarakan rakyat karena segala harga
> barang termasuk beras pasti naik? Belum lagi para nelayan, supir angkot,
> atau
> pun pengemudi sepeda motor yang mayoritas rakyat miskin.
>
>> Ketika jutaan petani masih dibodohi oleh perusahaan perkebunan "milik
> negara", kita
>
>> sepantasnya meratapi dan melawan. Bagi saya, BUMN
> seperti itu wajib diprivatisasi,
>
>> dikembalikan kepada petani. Bagaimana caranya, kita
> serahkan kepada para ahli.
>
> Saya setuju jika 69,4 juta hektar tanah dikuasai oleh 652 BUMN/pengusaha
> (*1) diserahkan ke sekitar 100 juta petani di Indonesia. Tak pantas jika
> ada
> jutaan petani tidak punya sawah dan hanya jadi buruh tani sementara
> segelintir
> orang menguasai lebih dari 100 ribu hektar tiap orangnya..
>
>
>
> Namun itu umumnya lebih dikenal dengan land reform yang
> nyaris tidak pernah terjadi. Bukan privatisasi yang saya maksud.
>
>
>
> Privatisasi yang banyak terjadi selama ini justru penguasaan
> BUMN yang strategis dan menguasai kekayaan alam Indonesia untuk
> diserahkan kepada
> segelintir orang/pengusaha asing. Sehingga keuntungan yang biasanya
> masuk ke
> APBN dan dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia (jika sistem berjalan
> benar) sekarang justru dinikmati oleh segelintir pengusaha asing..
>
>
>
> ==
>
> http://els.bappenas
> <http://els.bappenas.go.id/upload/other/Telkom%20Untung%20Rp%204.htm>
> .go.id/upload/other/Telkom%20Untung%20Rp%204.htm
>
> Telkom Untung Rp 4,25 Trilyun
>
> Jakarta, Kompas - PT Telekomunikasi Indonesia (PT Telkom)
> berhasil meraih laba tahun 2001 sebesar Rp 4,25 trilyun, naik 41 persen
> dibanding tahun 2000 yang Rp 3 trilyun. Pendapatan operasi perusahaan
> publik
> itu sendiri sebesar Rp 16,13 trilyun, naik 33 persen dari Rp 12,11
> trilyun
> tahun 2000
>
> ==
>
>
>
> Contohnya: Telkom dan Indosat justru di"privatisasi" dan dikuasai
> BUMN Singapura Temasek lewat anak perusahaannya Singtel dan STT.
> Akibatnya
> segala percakapan telpon/hp oleh pejabat sipil dan militer di Indonesia
> yang lewat backbone
> telekomunikasi tsb bisa dengan mudah disadap Singapura/Asing. Nah
> harusnya para
> ekonom itu memikirkan hal2 yang strategis macam ini. Apalagi Telkom dan
> Indosat
> itu sebelum diprivatisasi juga sudah untung trilyunan rupiah yang
> seharusnya
> bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Belum lagi privatisasi
> ANTAM yang mengelola kekayaan alam, sementara Krakatau Steel dan
> Pertamina
> menyusul..
>
>
>
> PAM juga diprivatisasi sehingga air minum yang dibutuhkan
> rakyat dikuasai Thames Pam Jaya dan PAM Lyonnaise Jaya. Mutu air tidak
> berubah
> dan mereka tidak banyak melakukan perbaikan karena jaringan pipa sudah
> ada.
> Namun harga air minum setelah diprivatisasi naik terus. Pernah tagihan
> PAM saya
> sampai rp 350 ribu/bulan. 1/3 UMR!
>
>
>
> Nah sedihkah anda dengan privatisasi macam itu?
>
>> Selama Pertamina masih sangat boros dan jadi bancakan para kelompok
> kepentingan
>
>> (http://faisalbasri. kompasiana. com/2009/ 06/16/virus-
> virus-itu- ada-di-dalam- diri-kita/), sepantasnya kita juga bicara.
>
> Kalau Pertamina boros atau jadi bancakan kelompok
> kepentingan, haruskah diprivatisasi/dijual ke asing?
>
> Saat ini 90% migas kita dikuasai perusahaan asing, Pertamina
> hanya 10%. Banggakah anda sebagai ekonom jika ternyata 100%
> migas/kekayaan alam
> kita justru dikelola Kompeni-Kompeni baru berupa Multi National Company?
>
>
>
> Saya beruntung sempat mendapat pencerahan dari pak Revrisond
> Baswir mengenai penjajahan Kompeni. Begitu pula dengan pakar minyak, pak
> Kurtubi yang waktu itu juga punya semangat yang sama.
>
>
>
> Dulu yang menjajah Indonesia adalah Kompeni (Verenigde
> Oost Indische Compagnie). Bukan pemerintah Belanda. Mereka menguasai
> perkebunan
> dan perdagangan rempah2 di Indonesia.
> Para raja dan sultan tetap bangsa Indonesia, tapi Kompeni
> memanfaatkan mereka untuk mendikte kepentingan mereka. Rakyat pun bisa
> bekerja
> sebagai Kuli Kontrak.
>
>
>
> Saat ini juga begitu. Bahkan lebih parah lagi. Jika masa
> Kompeni Belanda industrinya masih perkebunan yang ramah lingkungan.
> Sekarang
> isi bumi kita digali dan dikeluarkan sehingga merusak gunung2, bukit,
> dan
> mencemari sungai2. Lihat pertambangan emas di berbagai tempat seperti
> Freeport
> di Papua atau pun Newmont di Sulawesi. Sempat terbetik berita tentang
> pencemaran yang dilakukan berbagai perusahaan di atas. Sungai tidak lagi
> memberi ikan dimakan, begitu pula laut karena terkontaminasi.
>
>
>
> Kalau BUMN boros, solusinya gampang, ganti manajemen. Ganti
> direksi. Pemerintah berhak mengganti manajemen BUMN. Jika pemerintah
> tidak
> becus, rakyat bisa mengganti pemerintah lewat Pemilihan UMUM. Pada BUMN,
> rakyat
> langsung atau tidak langsung punya kontrol terhadap BUMN. Buat beberapa
> BUMN
> baru sebagai kompetitor sehingga bisa bersaing. Bukan pakai cara gampang
> dengan
> memprivatisasi sehingga berpindah ke tangan asing.
>
>
>
> Silahkan lihat Daftar Perusahaan Terkaya versi Forbes 500:
>
> http://en.wikipedia
> <http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_companies_by_revenue>
> .org/wiki/List_of_companies_by_revenue
>
> 1. Exxon Mobil, pendapatan $390.3 billion/tahun, gaji CEO, Rex
> W. Tillerson, $4.12M/tahun
>
> 3. Shell, pendapatan $355.8 billion/tahun, gaji CEO, Jeroen
> van der Veer, EURO 7,509,244
>
> 4. British Petroleum, pendapatan $292 billion/tahun, gaji
> CEO, Tony Hayward, $4.73M
>
> 6. Total S.A., pendapatan $217.6
>
> 7. Chevron Corp., pendapatan 214.1 billion/tahun, gaji CEO, David
> J. O'Reilly, $7.82M
>
> 8. Saudi Aramco (BUMN Saudi), pendapatan $197.9
> billion/tahun
>
> 10. ConocoPhillips, pendapatan $187.4 billion/tahun, gaji
> CEO, James Mulva, $6.88M
>
>
>
> Total dari perusahaan itu saja (10 perusahaan teratas versi
> Forbes 500) yang juga beroperasi di Indonesia mengelola kekayaan alam
> kita,
> itu US$ 1.655 milyar atau sekitar 17 ribu trilyun. Di antaranya berasal
> dari
> kekayaan alam Indonesia.
>
>
>
> Arab Saudi cukup cerdas menasionalisasi perusahaan Aramco
> tahun 1974, Chavez presiden Venezuela juga menasionalisasi perusahaan
> migas di
> sana sehingga Venezuela yang merupakan negara penghutang terbesar,
> sekarang
> rasio hutangnya hanya kurang dari 40% total GDPnya. Di bawah Indonesia
> yang rasio hutangnya
> sudah mencapai 68% dari GDP dan terus bertambah sekitar Rp 100
> trilyun/tahun. Kuwait dan Qatar juga mengandalkan BUMN mereka
> untuk mengelola kekayaan alamnya sehingga tidak bocor ke asing.
>
>
>
> Akibatnya negara mereka makmur. Ketika saya tinggal di Arab
> Saudi selama 6 bulan di rumah satu warga negaranya, di sana bukan cuma
> bensin
> lebih murah, tapi sekolah, listrik, rumah sakit gratis. Bahkan di sana
> kalau kuliah diberi
> uang saku.
>
>
>
> Negara-negara yang maju/makmur seperti AS, Inggris,
> Perancis, Arab Saudi, Qatar,
> Kuwait,
> dsb itu tidak pernah menyerahkan kekayaan alam mereka ke asing. Mereka
> mengelola sendiri kekayaan alam mereka. Qatar dan Kuwat meski SDMnya
> sedikit, mereka tetap buat BUMN sendiri. Tenaga ahli mereka cari dari
> luar
> negeri termasuk dari Indonesia.
> Coba lihat Kompas Sabtu-Minggu di kolom lowongan kerja, banyak iklan
> lowongan
> kerja dari BUMN Qatar, Kuwait,
> dsb yang mencari ahli migas dari Indonesia.
>
>
>
> Sekali lagi, tidak ada negara yang maju/makmur dengan
> menyerahkan 100% kekayaan alam mereka ke perusahaan2 asing. Harusnya
> ekonom Indonesia berjuang agar Indonesia bisa mandiri. Bisa
> berdikari.
>
>
>
> Bukan justru membujuk rakyat/pemerintah agar Indonesia
> tidak mandiri dan bergantung kepada perusahaan2 asing yang ternyata
> justru
> memperkaya perusahaan dan direksi mereka sendiri.
>
>
>
> Teman saya dari Pertamina mengatakan kenapa Pertamina rugi,
> karena Pertamina hanya mengelola 10% dari migas di Indonesia. Pak Marwan
> Batubara
> mengatakan ketika Pertamina mengontrak Exxon untuk melakukan eksplorasi
> migas
> di Blok Cepu, begitu ketemu justru Exxon yang merebut blok tersebut.
> Akibatnya
> Pertamina tidak bisa mendapatkan migas murah di negeri ini. Pertamina
> harus
> beli di luar negeri dengan harga pasar/tinggi. Kemudian jika ada
> keuntungan/pendapatan, uang tersebut tidak bisa masuk ke Pertamina, tapi
> disalurkan sebagai deviden yang masuk dalam APBN. Itu yang menyebabkan
> "boros" atau
> rugi.
>
>
>
> Coba lihat pendapatan perusahaan migas asing yang Rp 17 ribu
> trilyun/tahun. Meski untung segitu, uang itu masuk ke kas mereka. Bukan
> ke
> bangsa Indonesia.
> Paling tidak 10-20% dari uang tersebut berasal dari Indonesia
> karena banyak Negara seperti Arab Saudi, Venezuela,
> Qatar, Kuwait, dsb mengelola kekayaan
> alamnya dengan BUMN mereka.
>
>
>
> Coba perhatikan, satu CEO gajinya mencapai US$ 7,8 juta atau
> rp 78 milyar/tahun.. Kalau ada 5 direksi dan 5 komisaris bisa untuk gaji
> saja
> sekitar rp 300 milyar/tahun. Apakah Pertamina seboros itu? Kalau ada 6
> perusahaan berarti sekitar Rp 1000 trilyun hanya untuk gaji Direksi dan
> Komisaris saja. Sama dengan APBN kita di tahun 2008!
>
>
>
> Kalau Pertamina kurang baik, cari solusi yang lebih baik dan
> cerdas ketimbang melakukan privatisasi atau melego ke pihak asing.
>
>
>
> Kita bisa lakukan pergantian dengan manajemen yang jujur dan
> baik. Toh BUMN seperti Temasek, Petronas, Aramco,
> Venezuela
> justru makin membuat bangsanya makmur. Sementara SWASTA seperti Lehman
> Brothers, Citigroup, Chrysler, Enron, dsb bangkrut atau merugi hingga
> pemerintah AS harus mengucurkan bantuan sampai US$ 800 milyar dan
> "Menasionalisasi" Citigroup. Jangan anggap kalau mereka bankrut yang
> rugi
> perusahaan itu dan bukan rakyat. Karena kalau aset sudah puluhan milyar
> ke
> atas, biasanya perusahaan besar pakai uang rakyat mulai dari kredit Bank
> yang
> berasal dari simpanan rakyat hingga melempar saham di pasar modal yang
> juga
> dibeli dengan uang rakyat. Jika kredit macet atau perusahaan itu
> bangkrut, maka
> uang rakyat itu lenyap.
>
>
>
> Bisa juga membuat beberapa BUMN baru sebidang hingga ada
> benchmark dan BUMN yang merugi dilikuidasi.
>
>
>
> Jadi hilangkan pandangan Stereotip Swasta pasti untung dan
> BUMN pasti rugi.
>
> Sekali lagi tidak pernah ada dalam sejarah negara sapi perah
> yang dieksploitasi pihak asing bisa maju dan makmur.
>
>> Kalau kita tahu apa yang dikatakan orang tidak benar dan lalu kita
> memberikan
>
>> perspektif lain, apakah itu salah. Ikhwal saya
> menangis, tentu ada alasan yang lebih
>
>> dalam. Antara lain ketakutan saya bahwa kita mudah lupa
> akan apa yang terjadi 11
>
>> tahun lalu..
>
>>
>
>> Mungkin saya terlalu emosional karena menangkap dimensi ketidakadilan,
> walau itu
>
>> hanya terhadap seorang sosok yang bernama Boediono.
>
> Pak Boediono dari tahun 1998 hingga sekarang malang melintang menjabat
> berbagai posisi penting di
> perekonomian Indonesia.
> Dari Ketua Bappenas, Menteri Keuangan, Menko Perekonomian, dan bisa jadi
> nanti
> sebagai Wapres. Jadi bisa berbuat banyak untuk mensejahterakan rakyat
> Indonesia.
>
>
>
> Coba amati dalam rentang tahun 1998-2009:
>
>
>
> 1.. Nilai rupiah anjlok dari Rp 2.200 sejak diberlakukan
> floating rate dan devisa bebas jadi Rp 10.500 (sempat rp 16.700).
> Padahal Arab
> Saudi yang menggunakan credit money real seperti yang dilakukan AS
> sebelum
> tahun 1971 yang mematok dollar ke emas, nilainya relatif stabil. Dari
> tahun
> 1980 hingga sekarang dengan uang 1 real kita bisa beli sebotol Pepsi
> Cola.
> Dengan turunnya nilai rupiah, ini adalah pemiskinan massal.
>
>
>
> 2. Harga BBM naik dari Rp 700/liter jadi Rp 4.500/liter.
> Harga BBM memicu kenaikan harga2 barang lainnya padahal penghasilan
> rakyat
> pertambahannya tidak sebesar itu. Ini adalah pemiskinan massal.
>
>
>
> 3. Uang masuk PTN seperti UI tahun 1998 sekitar rp 200 ribu
> dan SPP per semester sekitar rp 200 ribu. Sekarang untuk masuk UI uang
> masuknya
> saja bisa mencapai Rp 150 juta lebih belum uang semesternya. Bagaimana
> Indonesia
> bisa jadi bangsa yang cerdas jika PTN mahal karena diprivatisasi jadi
> BHMN
> untuk kemudian dijual?
>
>
>
> Kebetulan saya
> kerja di industri retail jadi tahu betul apakah daya beli rakyat
> melemah/menguat karena retail adalah cermin dari daya beli rakyat.
> Penjualan di
> tahun 2009 kurang separuh daripada di tahun 2005 nilai rupiahnya.
> Perusahaan
> kompetitor juga begitu.. Di media massa
> juga diberitakan bahwa retail lesu. Retail lesu karena daya beli rakyat
> melemah. Jadi meski katanya pertumbuhan ekonomi naik 6%/tahun, mungkin
> itu
> adalah "ekonomi" yang ngomong. Perusahaan saya justru turun. Gaji saya
> relatif
> tidak berubah dari tahun 2005. Teman2 saya dari perusahaan lain bahkan
> kena PHK
> dan menganggur hingga sekarang.
>
>
>
> Gaji PNS naik
> katanya, tapi PNS itu jumlahnya kurang dari 5 juta atau <3% dari rakyat
> Indonesia.
> Kenaikan gaji justru memicu kenaikan harga barang yang menyengsarakan
> 80%
> rakyat Indonesia
> yang penghasilannya tidak berubah bahkan jadi tidak ada karena kena PHK.
>
>
>
> Tiap saya naik bis,
> minimal pulang pergi ada 5 pengamen. Kemarin malam ada gadis kecil umur
> 5 tahun
> yang mengemis minta uang ke penumpang Mikrolet. Hari sudah malam,
> harusnya
> gadis kecil itu sudah di rumah beserta keluarganya. Bukan diterminal
> mencari
> uang jika dia adalah keluarga mampu karena dia bisa diperkosa para
> preman
> terminal. Banyak anak balita lain yang mengamen/mengemis di bis-bis yang
> saya
> tumpangi tiap hari kerja.
>
>
>
> Harusnya anda
> menangis untuk mereka karena dengan kebijakan ekonomi yang keliru,
> rakyat Indonesia
> yang harusnya makmur justru jadi miskin dan terlunta2 mencari makan di
> jalan.
>
>> Jangan sampai kita cepat pukul-rata. Dunia tidak hitam-putih.
>
>> Bagaimanapun, saya sepenuhnya sepakat bahwa negeri ini belum berdaulat
> dalam
>
>> banyak hal. Tapi jangan sampai musuh dalam selimut
> tertawa terbahak-bahak. .
>
> Saat ini meski mungkin anda termasuk orang kaya, namun
> mayoritas rakyat Indonesia
> masih miskin. Ini karena hutang selalu diperbesar dan celakanya lagi
> pihak
> pengutang selalu mendikte bahwa Indonesia
> harus memprivatisasi BUMN, mencabut subsidi barang/BBM, dsb. Kekayaan
> alam juga
> diserahkan kepada Kompeni-kompeni asing.
>
>
>
> Sekali lagi anda perhatikan bahwa negara yang maju dan
> makmur adalah negara yang mengelola sendiri kekayaan alamnya. Bukan
> menyerahkannya ke pihak asing.
>
>
>
> Kompeni gaya
> baru ini tentu menyewa antek2nya untuk membela kepentingan mereka.
>
> Benar peringatan anda: jangan sampai musuh dalam selimut
> tertawa terbahak-bahak
>
>
>
> Pak Faisal, ucapan anda banyak didengar orang, termasuk di
> milis Forum Pembaca Kompas. Anda bisa melakukan perubahan/memberi
> masukan agar
> rakyat Indonesia
> makmur.
>
>
>
> Saya pribadi tidak setuju dengan sistem komunis di mana
> negara memiliki semuanya. Tapi saya juga tidak setuju jika semua BUMN
> dijual
> sehingga BUMN berikut kekayaan alam yang dikelola dikuasai swasta yang
> mencari
> untung sebesarnya seperti yang dilakukan Sistem Ekonomi Neoliberalisme.
>
>
>
> Untuk kekayaan alam, sembako yang meliputi hajat hidup orang
> banyak, harus dikelola negara bersama puluhan juta petani (bukan
> segelintir
> "petani") untuk memakmurkan rakyat.
>
>
>
> BUMN memang tidak SELALU harus untung karena ada Public
> Service/Layanan Masyarakat yang harus dijalankan oleh negara seperti
> penyediaan
> air minum yang bersih untuk rakyat, listrik, kesehatan, dan pendidikan.
> Sebagai
> gantinya, negara menerima pajak dari rakyat sebesar rp 500 trilyun lebih
> per
> tahunnya.
>
>
>
> Sebagai contoh pagi ini saya dapat SMS dari teman saya yang
> berbunyi:
>
> ===
>
> Salam, peluang beramal bagi yang ingin sedekah. Saat ini ada seorang ibu
> yang
> akan melahirkan sesar di RS Fatmawati. Tapi tak ada biaya, bagi yang
> ingin
> membantu bisa hubungi Musa di 08811812832
>
> ===
>
>
>
> Tak semua orang miskin dapat kartu Gakin karena garis
> kemiskinan BPS yang terlampau rendah.
>
>
>
> Teman saya dan saya juga berkunjung ke perkampungan nelayan
> di Muara Angke. Boleh dikata 90% warganya hidup dalam kemiskinan. Saya
> bersama
> teman saya bertamu ke satu rumah yang luasnya paling 9 m2 yang didiami 4
> orang
> untuk mewawancarai calon penerima beasiswa dari satu yayasan yang
> didirikan
> teman saya pak Eko. Sedihnya, jauh lebih banyak orang yang harus
> menerima
> bantuan ketimbang jumlah donaturnya... Kalau tertarik membantu, silahkan
> kontak
> pak Eko dengan MIF Foundationnya.
>
>
>
> Jumlah orang miskin saat ini sedikit cuma sekitar 35 juta
> jiwa karena garis kemiskinan yang dipatok BPS sangat rendah. Cuma rp 182
> ribu/bulan per orang. Jika menurut standar Bank Dunia yang US$ 60/bulan,
> mungkin jumlahnya sekitar 120 juta jiwa. Jika pakai standar AS yang Rp
> 10,4
> juta/bulan, bisa lebih banyak lagi...J
>
> http://infoindonesi
> <http://infoindonesia.wordpress.com/2008/03/11/umr-dan-garis-kemiskinan-
> kita-memang-beda-%E2%80%93-umr-indonesia-us-95bulan-as-us-4914bulan/>
> a.wordpress.com/2008/03/11/umr-dan-garis-kemiskinan-kita-memang-beda-%E2
> %80%93-umr-indonesia-us-95bulan-as-us-4914bulan/
>
>
>
> Neoliberalisme untuk mengidentifikasi paham ekonomi yang
> bertujuan memprivatisasi semua BUMN, mencabut subsidi barang/BBM itu ada
> di
> berbagai ensiklopedi seperti MS Encarta Encyclopaedia, Ensiklopedi
> Britannica,
> dsb. Contohnya lihat di bawah (*2)
>
>
>
> ==
>
> http://encarta.
> <http://encarta.msn.com/encyclopedia_1741588397_2/globalization.html>
> msn.com/encyclopedia_1741588397_2/globalization.html
>
>
>
> The IMF and the World Bank usually impose certain conditions
> for loans and require what are called structural adjustment programs
> from
> borrowers. These programs amount to detailed instructions on what
> countries
> have to do to bring their economies under control. The programs are
> based on a
> strategy called NEOLIBERALISM, also known as the Washington Consensus
> because
> both the IMF and the World Bank are headquartered in Washington, D.C.
> The strategy is geared toward promoting free markets, including
> privatization
> (the selling off of government enterprises); deregulation (removing
> rules that
> restrict companies); and trade liberalization (opening local markets to
> foreign
> goods by removing barriers to exports and imports). Finally, the
> strategy also
> calls for shrinking the role of government, reducing taxes, and cutting
> back on
> publicly provided services.
>
> ==
>
> Beberapa gejalanya adalah privatisasi, pencabutan subsidi
> barang/BBM, dsb. Gejala demam berdarah adalah badan panasnya tinggi dan
> tidak
> turun selama beberapa hari, bercak merah, dsb. Namun penyakit demam
> berdarah
> tetap positif meski ada gejala yang tidak terbukti. Sebagai contoh,
> tidak semua
> penderita demam berdarah memiliki bercak merah di kulitnya.
>
>
>
> Nah Neoliberalisme juga begitu. Meski ada gejala yang tidak
> terlihat, bukan berarti itu bukan Neoliberalisme jika gejala2 lain yang
> disebut
> terlihat.
>
>
>
> Tapi semoga kita semua diberi hidayah oleh Allah dan
> benar-benar berjuang untuk mensejahterakan rakyat.
>
>
>
> Saat ini saya paling cuma membuat blog seperti
> www.infoindonesia.wordpress.com
> yang paling banter cuma dikunjungi 1800 orang per hari dengan isi
> berbagai
> artikel yang diharap bisa mencerahkan bangsa Indonesia.
>
>
>
> http://infoindonesi
> <http://infoindonesia.wordpress.com/2008/01/15/beberapa-langkah-menguran
> gi-kemiskinan-di-indonesia/>
> a.wordpress.com/2008/01/15/beberapa-langkah-mengurangi-kemiskinan-di-ind
> onesia/
>
>
>
> Ų
> Tabik,
>
>> faisal basri
>
> --- On Tue, 6/16/09, A Nizami <nizam...@yahoo. com> wrote:
>
> From: A Nizami <nizam...@yahoo. com>
>
> Subject: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Adakah Basri Menangis Ketika BBM Naik
> 125%?
> Bls: Boediono Dicerca Neolib, Faisal Basri Nangis
>
> To: Forum-Pembaca- kom...@yahoogrou ps.com
>
> Date: Tuesday, June 16, 2009, 2:01 AM
>
> Apakah Faisal Basri menangis ketika BUMN-BUMN yang merupakan milik
> rakyat Indonesia
> dijual ke swasta/asing?
>
> Adakah Faisal Basri menangis ketika harga BBM di Indonesia naik
> mengikuti harga
> minyak dunia sampai 125% sehingga memicu kenaikan harga-harga barang
> lainnya?
>
> Adakah Faisal Basri menangis ketika sebagian besar kekayaan alam
> Indonesia
> dikelola oleh asing sehingga perusahaan2 migas/pertambangan asing yang
> beroperasi di Indonesia masuk daftar perusahaan terkaya versi FORBES 500
> dengan
> pendapatan ribuan trilyun rupiah/tahun dan CEOnya penghasilannya sampai
> rp 7
> milyar lebih per bulan sementara 11,5 juta rakyat Indonesia kurang
> gizi/busung
> lapar?
>
> Apakah itu Neoliberal (ini ada di berbagai ensiklopedia) , Ekonomi Jalan
> Tengah
> (yang tidak ada di Ensiklopedi) , selama BUMN-BUMN dijual ke
> swasta/asing,
> selama kekayaan alam Indonesia
> diserahkan kepada asing, mayoritas rakyat Indonesia akan terpuruk dalam
> kemiskinan..
>
> ===
>
> Ayo Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits
>
> http://media- islam.or. id
>
> --- Pada Sen, 15/6/09, Agus Hamonangan <agushamonangan@ yahoo.co. id>
> menulis:
>
> Dari: Agus Hamonangan <agushamonangan@ yahoo.co. id>
>
> Topik: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Boediono Dicerca Neolib, Faisal Basri
> Nangis
>
> Kepada: Forum-Pembaca- kom...@yahoogrou ps.com
>
> Tanggal: Senin, 15 Juni, 2009, 4:33 AM
>
> http://nasional. kompas.com/
> read/xml/ 2009/06/15/ 15020598/ boediono. dicerca.neolib. faisal.basri.
> nangis.
>
> JAKARTA, KOMPAS.com -- Ekonom senior dari
> Universitas Indonesia,
> Faisal Basri, mengaku menangis ketika mendengar Boediono, rekannya
> sesama
> ekonom, dicerca sebagai neoliberalis.
>
> Ceritanya terjadi ketika dirinya berada di Singapura pada pertengahan
> bulan Mei
> kemarin. Saat itu, Faisal mengaku tengah berada di dalam MRT di Negeri
> Merlion
> tersebut. Dirinya membaca berita-berita yang menyatakan bahwa Boediono
> itu
> neolib karena telah melakukan privatisasi BUMN.
>
> "Mungkin saya agak cengeng. Tapi saya benaran menangis melihat kawan
> saya
> dicerca," ujar Faisal pada acara peluncuran buku karya Boediono yang
> berjudul Ekonomi Indonesia,
> Mau ke Mana?, Senin (15/6) di Gedung Perpustakaan Nasional.
>
> Saat itu juga, Faisal langsung mempercepat kepulangannya ke Indonesia
> lewat
> Batam. Dalam perjalanan pulang itulah, Faisal menuliskan artikel yang
> "membela" mantan gubernur Bank Indonesia itu dan mengirimkannya ke
> blog pribadinya di Kompasiana.com. Tulisannya itu kemudian mendapat
> tanggapan
> banyak orang.
>
> Buku Ekonomi Indonesia,
> Mau ke Mana? merupakan kumpulan esai ekonomi karya Boediono yang pernah
> diterbitkan di berbagai jurnal, surat
> kabar, dan majalah. Sepuluh esai yang dipublikasikan itu terdiri dari
> delapan
> tulisan ekonomi makro, satu keynote speech Gubernur Bank Indonesia, dan
> satu catatan pribadi tentang Prof Widjojo Nitisastro.
>
> Turut hadir dalam peluncuran buku tersebut sejumlah ekonom, seperti Tony
> Prasetiantono, Sumarlin, dan juga tokoh-tokoh pers, seperti Rosihan
> Anwar,
> Fikri Jukri, dan Rektor UGM Soedjarwadi.
>
> Sent from Indosat Blackberry
>
> HIN
>
> Catatan
> kaki:
>
> *1 http://infoindonesi
> <http://infoindonesia.wordpress.com/2008/01/15/beberapa-langkah-menguran
> gi-kemiskinan-di-indonesia/>
> a.wordpress.com/2008/01/15/beberapa-langkah-mengurangi-kemiskinan-di-ind
> onesia/
>
>
>
> *2 Policy
> implications
>
>
>
> Broadly
> speaking, neoliberalism seeks to transfer part of the control of the
> economy
> from state to the private sector,[5] to, ostensibly, bring a more
> efficient
> government and, to improve economic indicators of the nation. The
> definitive
> statement of the concrete policies advocated by neoliberalism is often
> taken to
> be John Williamson's[6] "Washington Consensus", a list of policy
> proposals that
> appeared to have gained consensus approval among the Washington-based
> international economic organizations (like the International Monetary
> Fund
> (IMF) and World Bank). Williamson's list included ten points:
>
>
>
> * Fiscal
> policy discipline;
>
>
>
> *
> Redirection of public spending from subsidies ("especially
> indiscriminate
> subsidies") toward broad-based provision of key pro-growth, pro-poor
> services
> like primary education, primary health care and infrastructure
> investment;
>
>
>
> * Tax
> reform - broadening the tax base and adopting moderate marginal tax
> rates;
>
>
>
> * Interest
> rates that are market determined and positive (but moderate) in real
> terms;
>
>
>
> *
> Competitive exchange rates;
>
>
>
> * Trade
> liberalization  - liberalization of
> imports, with particular emphasis on elimination of quantitative
> restrictions
> (licensing, etc.); any trade protection to be provided by law and
> relatively
> uniform tariffs;
>
>
>
> *
> Liberalization of inward foreign direct investment;
>
>
>
> *
> Privatization of state enterprises;
>
>
>
> *
> Deregulation  - abolition of regulations
> that impede market entry or restrict competition, except for those
> justified on
> safety, environmental and consumer protection grounds, and prudent
> oversight of
> financial institutions; and,
>
>
>
> * Legal
> security for property rights.
>
>
>
> http://en.wikipedia <http://en.wikipedia.org/wiki/Neoliberalism>
> .org/wiki/Neoliberalism
>
>
>
>
>
> http://encarta.
> <http://encarta.msn.com/encyclopedia_1741588397_2/globalization.html>
> msn.com/encyclopedia_1741588397_2/globalization.html
>
>
>
> Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang
> Lebih Cepat hari ini! http://id.mail. <http://id.mail.yahoo.com>
> yahoo.com
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
> ------------------------------------
>
> Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
> Kirim email ke ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com
> http://capresindonesia.wordpress.com
> http://infoindonesia.wordpress.comYahoo! Groups Links
>
>
>
>


------------------------------------

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com
http://capresindonesia.wordpress.com
http://infoindonesia.wordpress.comYahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ekonomi-nasional-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:ekonomi-nasional-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ekonomi-nasional-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke