[image: Cetak]<http://waspada.co.id/index2.php?option=com_content&task=view&id=96776&pop=1&page=0&Itemid=82> [image: E-mail]<http://waspada.co.id/index2.php?option=com_content&task=emailform&id=96776&itemid=82> Friday, 19 June 2009 18:09 WIB WASPADA ONLINE
JAKARTA - Peran Wapres Jusuf Kalla dalam perdamaian di Aceh begitu nyata. Karena itu, Tim Kampanye Nasional JK-Wiranto meminta agar rakyat dijauhkan dari pemimpin yang mengenakan topeng ketika mendamaikan Aceh. "Jadi, rakyat jangan keliru menafsirkan siapa yang berhak mengklaim keberhasilan. Jangan lagi ada pemimpin yang bertopeng. Rakyat harus dijelaskan apa realitasnya di lapangan," sebut anggota tim pemenangan JK-Wiranto, Ali Mochtar Ngabalin, tadi sore. Klaim capres Jusuf Kalla terkait perdamaain antara Aceh dengan GAM, tutur dia, dianggap wajar. Karena itu mengenai reaksi SBY soal klaim tersebut, ia nilai hanya karena SBY gagal mendapatkan nobel perdamaian Aceh. "SBY itu gagal mendapatkan nobel perdamaian di Aceh yang akan diberikan oleh Michelle Morvin. Karena SBY tidak masuk kriteria tokoh yang layak mendapatkan nobel," kata Ngabalin. Politisi PBB ini mengatakan SBY tidak masuk dalam 7 kriteria tokoh yang berhak mendapatkan nobel. Sehingga, hal itu kian membuktikan kalau klaim SBY soal perdamaian Aceh tidak ada. "Saya menantang kepada Andi Mallarangeng, coba dia cek ada tidak anggaran untuk perdamaian di Aceh. Tidak ada. Karena dana untuk perdamaian di Aceh itu dari dana pribadi JK," paparnya. Ia mengatakan jelas perdamaian di Aceh itu merupakan kerja keras JK sebagai wakil presiden saat itu. "Perdamaian di Aceh adalah kenekatan JK," imbuhnya. Selain itu, ketika bencana tsunami di Aceh pada 2004 lalu dirinya dan JK tiba paling cepat di lokasi kejadian. Ketika itu dirinya dan JK tibad pada hari ke dua pasca bencana. Selain itu, JK menjamin pendirian Partai Aceh. "JK dengan tulisan tangannya sendiri menjamin bahwa Aceh bisa mendirikan Partai Aceh," katanya. (red00/inilah) [Non-text portions of this message have been removed]