Demokrasi
Indonesia Bermartabat Bukan Hitungan Suara Saja

Aksi
BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) se-Bandung Raya dimuka Gedung Pemerintahan Jawa
Barat, Jl. Diponegoro, Bandung, sebenarnya dapat  jadi rujukan aspiratif bagi 
Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia (MKRI) ketika mengolah aduan pelanggaran 
konstitusional
tentang PilPres 2009 yang terindikasi Anti Pemilu Bersih, Jujur dan Adil,
karena menyiratkan Daulat Rakyat Indonesia.

Sebagai
Penjaga/Pengawal Konstitusi maka sudah seharusnya MKRI lebih mengedepankan
pertimbangan kualitatif terlebih utama atau Argumentasi Primer dibandingkan 
penilaian
kuantitatif.

Orientasi
Kualitatif adalah menyangkut pelanggaran2 positif yang terjadi terhadap
ketentuan2 hukum konstitusi, sedangkan Orientasi Kuantitatif adalah terkait
hitungan2 suara pemilih syah PilPres 2009 yang sepatutnya diberlakukan sebagai 
Argumentasi
Sekunder alias Ilustratif saja bagi pelanggaran2 positif terhadap ketentuan2
hukum konstitusi yang terkait, terutama dalam konteks ideologi Indonesia.

Mengedepankan
Tatanilai Kualitatif dapat dipastikan lebih berjiwa dan bersemangat PANCASILA
sebagai Sumber daripada Segala Sumber Hukum di Negara Kesatuan Republik
Indonesia, khususnya dalam upaya menggapai Putusan Bulat sebagai cerminan 
daripada
Sila-4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/ 
Perwakilan.
Karena bagaimanapun juga, Demokrasi berorientasi Hitungan Suara adalah berjiwa
dan bersemangat ideologi asing yang berbasis tatanilai individualistik, yang
tentunya diyakini banyak Politisi Negarawan Indonesia sebagai berseberangan 
bahkan
bertentangan dengan prinsip Daulat Rakyat PANCASILA.

Oleh
karena itulah diserukan kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia agar
supaya dapat pula menggunakan pendapat Majelis Benteng PANCASILA ini sebagai AD 
INFORMANDUM bagi Aduan/Permohonan
Mega-Pro dan JK-Win demi capaian Tatanilai Indonesia Bermartabat.

Jakarta
Selatan, 27 Juli 2009

MAJELIS
BENTENG PANCASILA,

Ir Pandji
R Hadinoto, MH / majeli...@yahoo.com /
HP : 0817 983 4545

Politik

27/07/2009 - 12:01

'Mulut Rakyat' Dilakban Hitam

INILAH.COM, Bandung - Lakban hitam
menempel lekat di mulut ratusan mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
se-Bandung Raya. Ini merupakan simbol suara rakyat telah dikekang dalam Pemilu
Legislatif dan Pilpres 2009.

Aksi berlangsung di depan Gedung
Pemerintahan Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Bandung, Senin (27/7). "Aksi
tutup mulut ini merupakan salah satu bentuk perlawanan atas penyelenggaraan
pemilu legislatif dan pilpres yang dianggap buruk kualitasnya," kata
koordinator aksi Mei Susanto.

Penyelenggaraan pemilu kali, ujar
Mei, buruk kualitasnya. Buktinya, permasalahan DPT pada pemilu legislatif tidak
kunjung usai, begitu pula dengan saat penyelenggaraan pilpres.

"Hilangnya jutaan hak pilih
warga negara Indonesia telah mencederai proses demokrasi sebagaimana diatur
dalam pasal 28 D ayat 3 UUD 45," ujarnya.

Isi dari pasal tersebut merupakan,
ujar Mei, hak setiap warga negara untuk memperoleh hak yang sama dalam
pemerintahan.

"Lemahnya pengawasan juga
menjadikan mandulnya puluhan pasal yang memuat ketentuan pidana di dalam UU
42/2008 tentang pilpres," katanya.

Pihaknya menilai, semua permasalahan
ini justru bukanya dibenahi bersama-sama, akan tetapi justru senjata politik
untuk menyerang satu sama lain.

"Serang-menyerang,
tuding-menuding yang dilakukan oleh capres-cawapres beserta tim suksesnya
sampai saat ini adalah salah satu bentuk ketidakdewasaan dan tindakan tidak
sportif," ujarnya.

Oleh sebab itu, tambah Mei, ratusan
mahasiswa BEM se-Bandung Raya melakukan aksi dengan menutup mulut sebagai
bentuk keprihatinan terhadap proses demorasi Indonesia.

"Kami meminta kepada presiden
yang terpilih untuk segera menyusun strategi perubahan dalam mewujudkan
Indonesia yang mandiri," tandasnya.

Ratusan mahasiswa yang tergabung
dalam BEM se Bandung Raya tiba di depan Gedung Sate sekitar pukul 10.00 WIB.
Aksi unjuk rasa tersebut berangsung damai dan tidak ada bentrokan dengan
anggota kepolisian, namun gerbang pintu masuk sudah dijaga ketat oleh aparat
kepolisian. [*/sss]

 




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke