Salah satu materi kontrak politik antara SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dengan PKS(Partai Keadilan Sejahtera)saat menjelang pelaksanaan deklarasi pasangan SBY-Boediono di Sabuga Bandung pada waktu yang telah silam, ternyata adalah soal pembagian jatah menteri kabinet. Berita soal ini dibenarkan oleh Ketua DPP PKS, Mahfudz Sidik. Menurut penuturannya, salah satu materi dalam kontrak politik dengan SBY adalah mengenai power sharing alias bagi-bagi kekuasaan, dan kontrak politik tersebut ditandatangani secara jelas oleh SBY, selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat sekaligus capres dengan Ketua Majelis Syura PKS, Hilmi Aminuddin. Saat melakukan kontrak politik pada waktu yang lalu itu, PKS telah mengajukan 8 orang nama kader PKS untuk dipilih SBY mengisi posisi jabatan menteri. Menurut beberapa kalangan, diantara ke delapan orang tersebut adalah Adhyaksa Dault, Anton Apriantono, Suswono, Hidayat Nurwahid, Tifatul Sembiring, Irwan Prayitno, Salim Assegaf, serta beberapa tokoh teras lainnya. PKS berharap akan mendapatkan lebih dari 3 kursi menteri dalam kabinet pemerintahan Presiden SBY yang akan datang. Hal ini didasarkan pada pertambahan jumlah kursi yang didapatkan PKS di DPR RI periode 2009-2014. “Saat ini jumlah kursi kita di DPR ada 45 kursi dan kita dapat 3 kursi menteri, dan di periode 2009-2014 kita dapat 57 kursi, dan logikanya kursi kabinet juga bertambah, tidak hanya 3 kursi, tapi lebih”, kata Mahfud Sidiiq. Akankah tercapai apa yang diinginkan oleh PKS ?. Formasi dan komposisi dari kabinet SBY kali ini diperkirakan ketat, apalagi sejak awal sudah ada sinyal bahwa jatah dari unsur kalangan professional akan lebih banyak daripada jatah dari unsur kalangan politisi. Belum lagi ditambah dengan adanya rencana untuk mengakomodasikan pula dari unsur parpol yang semula bukan merupakan anggota parpol koalisinya, sepertiPDIP maupun Golkar. Sedangkan dari parpol kecil lainnya, tidak terlalu mengganggu karena akan diakomodasikan di posisi jabatan non kabinet. “Mereka(partai kecil yang mendukung) hanya akan mendapat pos-pos tertentu di luar jabatan menteri”, kata Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Achmad Mubarok. Berkait dengan dimungkinkannya akan bergabung Golkar dan PDI-P di cabinet, Ketua Fraksi PKS, Mahfud Siddiq mengatakan “Kemungkinan itu(Golkar dan PDIP merapat ke koalisi) bisa terjadi, asalkan jika mereka merapat tidak mengganggu power sharing yang sudah disepakati”. Pihak PKS tidak akan mempermasalahkan jika hal itu terjadi, asalkan tidak mengganggu proses pembagian kekuasaan (power sharing) yang telah disepakai antarpartai koalisi pendukung SBY. “Dan kalau ada partai lain yang mau bergabung, itu diambil dari professional”, tandasnya. Akankah kenyataan nantinya sesuai dengan harapan PKS ?. Sejauh ini, tak ada pernyataan dari SBY perihal kontrak politik tentang jatah kursi menteri untuk PKS ini. Dan, apakah pernyataan-pernyataan PKS itu tak membuat SBY merasa gerah dan terganggu soal hak prerogatifnya dalam menyusun Kabinet ini ?. Namun, Achmad Mubarok, diberitakan pernah mengatakan bahwa pendekatan PD kepada PDIP adalah permainan politik untuk menekan anggota koalisinya. Walau bukan SBY sendiri yang mengatakannya, namun apakah ini dapat diartikan sebagai sinyal bahwa SBY sesungguhnya tak ingin ditekan oleh PKS soal penyusunan kabinet ?. Bisa jadi ya, bisa jadi juga tidak. Akan tetapi posisi Mubarok yang cukup tinggi di jajaran pengurus PD, yaitu Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat, tentulah pernyataannya itu bukan asal bicara saja. Inikah indikasi bahwa jatah PKS di kabinet tak akan lebih dari 3 orang menteri ?, atau bahkan hanya aka nada 2 orang menteri saja sebagai jatahnya ?. Tidakkah PKS khawatir soal jatahnya itu ?. “Sejauh ini, PKS tidak khawatir Pak SBY akan meninggalkan kontrak politik”, kata Mahfud Siddiq. Bisa jadi memang PKS tak perlu khawatir. Namun, Beberapa kalangan memperkirakan PKS akan kecewa dengan harapannya itu. Salah satunya, pengamat politik Syamsuddin Haris yang mengingatkan agar PKS tak terlalu berharap banyak dengan kontrak politik yang telah dibuatnya itu. SBY tipikal yang ingin menyenangkan dan memenuhi harapan semua pihak. Dengan banyaknya orang yang membantu kemenangannya bersama Boediono, maka SBY diprediksi akan membagi rata kursi kabinetnya. “Kalau PKS membayangkan bisa dapat lima atau enam kursi, paling maksimal dapat tiga. Dia (SBY) punya timses berapa banyak ?. Konsekuensi logis, jatah banyak yang dijanjikan ke PKS akan jadi sedikit.Kali ini, PKS untuk kedua kalinya punya kontrak politik dengan SBY. Pada Pilpres 2004, PKS satu-satunya parpol yang punya kontrak politik dengan SBY. Saya menduga, PKS akan kecewa untuk kedua kali pada SBY”, ujar Syamsuddin Haris. Jadi ?. Nantinya, berapa buah kursi menteri yang akan didapatkan oleh PKS ?. Empat, Tiga, atau Dua ?, atau bahkan lebih dari Empat ?. Akankah PKS kecewa jika hanya dapat jatah seperti periode yang lalu, hanya 3 kursi saja ?. Menilik kerja keras yang telah dilakukan oleh seluruh jajaran PKS mulai dari pimpinan tertinggi sampai ke kader yang paling bawah di seluruh pelosok Indonesia. Memang seyogyanya jerih payahnya itu perlu dihargai, dan diapresiasi. Tak eloklah jika jumlah jatahnya hanya sama seperti yang didapatkannya di periode lalu. Perlu ada peningkatan apresiasi, setidaknya 4 kursi menteri, syukur-syukur lebih dari 4 jabatan menteri. Wallahulambishshawab. * Referensi Sumber Berita : * Kontrak Politik SBY-PKS Ternyata soal‘Jatah’ Menteri, klik disini * PKS Berharap 4 Kadernya Masuk Kabinet, klik disini * PKS Berharap Jatah Menteri Lebih dari Tiga, klik disini * PD Dekati PDIP untuk Gertak PKS, klik disini * Golkar Boleh Merapat, tetapi Jangan Ganggu Power Sharing, klik disini * Maaf, Partai Kecil Tak Dapat Jatah, klik disini * PKS Harus Siap Dikecewakan SBY Lagi, klik disini * Artikel ini dapat dibaca di Kompasianadan Politikanadengan judul ‘Pak SBY, Tolonglah, Jangan Kecewakan PKS !’ *
[Non-text portions of this message have been removed]