----- Forwarded Message ---- --- <bharadvaja> wrote: Sang Buddha sudah menjelaskan cara memakai agama dengan baik dan benar dalam AlagaddupamaSutta, melalui dua contoh: 1. Contoh ular: Agama dipakai untuk pintar, bukan untuk dianggap pintar. "Mereka yang belajar Dhamma hanya untuk mencela orang-orang lain dan memenangkan perdebatan, setelah mempelajari Dhamma, mereka tidak mendapat pengertian sebenarnya dari ajaran-ajaran itu. mereka yang memeriksa arti dari ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan. Mereka mendapat pengertian benar dari ajaran-ajaran itu. Mereka mengalami kebaikan sesuai dengan tujuan mereka mempelajari Dhamma." 2. Contoh rakit: Agama dipakai sebagai alat untuk selamat, bukan cuma dilihat. Dan saat sudah menjadi Arahat, agama itu dilepas. "Ada orang yang suka menyimpan rakit lalu rakit itu dipakai saat menyeberang, ada juga orang yang menggunakan rakit cuma untuk menyeberang. Para bhikkhu Saya akan mengajarkan kepadamu Dhamma yang mirip dengan rakit, yang gunanya untuk menyeberang, bukan untuk dipegang saja." Dhamma artinya Agama. Dhamma ada 2: Pannatti Dhamma (agama sesuai konsep pikiran) dan Paramattha Dhamma (agama diluar konsep pikiran). Paramattha Dhamma ada 2: 1. Sankhata Dhamma (agama yang didapat dari stimulasi pikiran): - Tertampak dilahirkan / timbulnya (uppado pannayati) - Tertampak padamnya (vayo pannayati) - Selama masih ada, tertampak perubahan-perubahannya (thitassa annathattan pannayati) Yaitu: rupa (materi), citta (pikiran), cetasika (isi pikiran). Isi pikiran ada 52: 1. phassa = contact or mental impression 2. vedana = feeling (tone) 3. sanna = perception 4. cetana = volition or intention 5. ekaggata = one – pointedness, concentration (samadhi) 6. jivitindriya = vitality or psychic life 7. manasikara = attention or advertence 8. vitakka = initial application or thought conception 9. vicara = sustained application or discursive thinking 10. adhimokkha = decision or determination 11. viriya = effort or energy or exertion 12. piti = rapture or interest 13. chanda = wish, desire or will 14. moha = avijja = delusion, ignorance, dullness 15. ahirika = lack of moral shame, impudence 16. anottappa = lack of moral dread, recklessness 17. uddhacca = unrest, restlessness, distraction 18. lobha = raga = tanha = greed, attachment, sensuous desire 19. miccha-ditthi = wrong view, evil opinion 20. mana = conceit, pride 21. dosa = patigha = hatred, anger, aversion, dislike, fear 22. issa = envy, jealousy 23. macchariya = avarice, stinginess, selfishness 24. kukkucca = worry, scruples, remorse 25. thina = sloth 26. middha = torpor 27. vicikiccha = sceptical doubt, perplexity 28. saddha = faith, confidence 29 sati = mindfulness, attentiveness 30. hiri = moral shame 31. ottappa = moral dread 32. alobha = non-attachment, greedlessness, generosity (dana) 33. adosa = hatelessness, goodwill, loving-kindness (metta) 34. tatramajjhattata = equanimity (upekkha), mental balance 35. kaya-passaddhi = tranquility of mental concomitants 36. citta-passaddhi = tranquility of consciousness 37. kaya-lahuta = agility or lightness of mental concomitants 38. citta-lahuta = agility or lightness of consciousness 39. kaya-muduta = pliancy/elasticity of mental concomitants 40. citta-muduta = pliancy/elasticity of consciousness 41. kaya-kammannata = adaptability of mental concomitants 42. citta-kammannata = adaptability of consciousness 43. kaya-pagunnata = proficiency of mental concomitants 44. citta-pagunnata = proficiency of consciousness 45. kayujjukata = uprightness of mental concomitants 46. cittujjukata = uprightness of consciousness 47. samma-vacca = right speech 48. samma-kammanta = right action 49. samma-ajiva = right livelihood 50. karuna = compassion 51. mudita = sympathetic joy 52. pannindriya (amoha/non-delusion)= wisdom or insight 2. Asankhata Dhamma/Nibbana (agama alami): - Tidak dilahirkan (na uppado pannayati) - Tidak termusnah (na vayo pannayati) - Ada dan tidak berubah (na thitassa annathattan pannayati) Yaitu: Nibbana. Banyak orang takut menjadi buddhist, sangking takutnya menjadi tak berfungsi saat sudah ke Nibbana, ia lalu mempersiapkan viewset untuk menjatuhkan agama buddha. Contohnya, yang dijelaskan di artikel "Apakah Buddhism Termasuk Nihilism? <http://bharadvaja.wordpress.com/2009/12/01/apakah-buddhism-termasuk-nih\ ilism/> ", dimana Ananda Comarawasmy yang ingin buddhism tapi tak mau hilang fungsi pikirannya mengobok-ngobok ajaran buddha di situsnya. Padahal Nibbana itu tak hilang saat makhluk mencapainya. Pikiran orang awam, ia merasa Nibbana, lalu ia mati, lalu ia tak ada lagi. Bukan begitu, tapi yang benar adalah, ia merasa Nibbana, Ia Nibbana. Ia yang tubuh fisik dan mentalnya tadi lalu mati, fisiknya hancur, dan mentalnya tak membuat fisik baru. Tapi, tadi yang sudah jadi bagian dari Nibbana tetap ada. Karena itulah Sang Buddha menyebutkan dalam sutta, "sekarang siapa yang mau masuk dalam kondisi `tanpa mati', akan saya ajarkan." Maka jelaslah semua ucapan Buddha itu benar adanya. Hehe. http://mahavatar.wordpress.com/2009/12/02/mengartikan-agama-dengan-baik-\ dan-benar/ --- End forwarded message --- [Non-text portions of this message have been removed]