Beberapa saat yang lalu, diberitakan tentang penangkapan 5 tuyul di RT 01 RW 08 
kelurahan Menteng, Jakarta Pusat.

Inisiatif untuk mengadakan penangkapan terhadap tuyul itu berawal dari 
keresahan beberapa warga yang merasa seringkali kehilangan uang dan perhiasan 
secara gaib. Lalu warga menjadi curiga bahwa tuyul sebagai pelakunya.

Menurut berita yang dilansir oleh Kompas.com, seorang warga yang bernama 
Sudirman mengatakan bahwa dirinya pernah melihat tuyul tersebut dan mengambil 
uang dalam celengannya.

“Enam bulan lalu, saat tertidur terbangun karena tangan saya menyentuh tubuh 
berminyak. Saat itulah saya melihat sosok anak kecil berkepala plontos yang 
berlari dan kemudian menghilang”, kata Sudirman.

Selanjutnya, pada hari Sabtu pukul 01.00 WIB para warga RT 01/RW 08 
berinisiatif untuk menggelar doa bersama untuk menangkap tuyul itu.

Akhirnya, tuyul-tuyul itu berhasil ditangkap setelah Kiai Ahmad Baduy yang 
dibantu oleh beberapa warga selesai membaca surat Yassin sebanyak tujuh kali.

Menurut penangkapnya, Kiai Ahmad Baduy yang berasal dari Purwokerto Jawa 
Tengah, tuyul yang ditangkap di menteng itu memiliki tinggi badan antara 30 - 
50 cm dan warna kulit yang berbeda, ada yang sawo matang dan hitam.

Kiai Ahmad Baduy menduga kelima tuyul ini dipelihara dua warga disekitar 
wilayah itu, namun untuk memastikannya Kiai Ahmad Baduy membawa kelima tuyul 
itu ke Purwokerto untuk diamankan dan diinterograsi siapa pemilik dan 
pemeliharanya.

Sebelum dibawa ke Purwokerto, tuyul-tuyul itu sempat diamankan di pos RW 
setempat dan menjadi tontonan banyak warga.

Tak pelak lagi, Polsek Menteng menjadi terpaksa menerjunkan personelnya ke 
lokasi, lantaran tak hanya warga disekitar saja yang berdatangan menontonnya. 
Bahkan warga yang dari daerah Kebon Jeruk pun menyempatkan diri berdatang ke 
lokasi untuk memuaskan rasa penasarannya melihat bentuk dan rupa dari tuyul itu.

Menurut berita yang dilansir oleh Metrotvnew.com bentuk tuyul itu jika dilihat 
secara kasat mata tidak terlihat, hanya tampak bayangan hitam berbentuk sosok 
tuyul.

Sayangnya, menurut lansiran Kompas.com di berita yang lainnya lagi, para 
wartawan mengalami kesulitan dalam mengambil gambar tuyul itu. Meskipun sudah 
mengikuti saran agar lampu blitz sudah dipadamkan, tetap saja sosok tuyul itu 
tak berhasil terekam.

Berkait dengan kehebohan berita tentang sosok tuyul yang ditangkap dan 
dimasukkan ke dalam botol. Menurut berita yang pernah dilansir oleh 
Metrotvnews.com juga pernah terjadi beberapa waktu sebelumnya di Kelurahan 
Karang Jalak, Cirebon, Jawa Barat.

Tuyul itu berhasil terekam gambarnya. Sosoknya kecil dengan posisi meringkuk 
seperti bayi dalam kandungan.


Berkait dengan itu, sepertinya kehebohan itu menunjukkan bahwa tuyul dan 
makhluk halus lain sejenisnya memang menarik minat dari banyak kalangan. 
Termasuk dan tak terkecuali, minat untuk mencari serta dapat memiliki lalu 
memelihara dan memanfaatkannya.


Beberapa kalangan berpendapat bahwa itu merupakan pertanda adanya keresahan di 
kalangan warga yang hanya rakyat jelata.

Keresahan yang mencerminkan keadaan dimana rakyat jelata telah kehilangan 
pegangan dan harapan.
Dimana saat kesulitan di peri kehidupan terasa menghimpit, mereka melihat 
betapa para elit pemimpin negeri seperti terasa sangat mudah 
menghambur-hamburkan dan mengkorupsi uang negara dalam jumlah yang sangat besar 
menurut ukuran kantung rakyat jelata.

Lalu, rakyat jelata yang tak mempunyai kesempatan dan peluang untuk dapat 
melakukan korupsi sebagaimana yang dapat dilakukan oleh para pemimpin negeri, 
menjadi hanya dapat menggantungkan harapan solusi atas kesulitan kehidupannya 
kepada para tuyul dan makhluk yang sejenisnya.


Disisi lain, di kalangan rakyat yang juga jelata dan juga merasa resah namun 
tak berminat memelihara tuyul dan makhluk yang sejenisnya itu, melihat bahwa 
trilyunan rupiah uang mereka yang dikuasakannya kepada negara telah dicuri oleh 
elit pemimpinnya.

Rakyat jelata tak mampu berbuat apa-apa untuk menghentikan praktik-praktik 
kotor yang berlangsung sedemikian vulgar dan sistemik itu.

Sementara rakyat yang jelata dan tak berdaya itu hanya mampu menonton saja para 
elit pemimpinnya saling membela dan menutupi praktik yang terlihat nyata dan 
kasat mata itu.

Ditengah ketakberdayaan, rakyat jelata yang lapar itu terus-menerus hanya 
dicekoki oleh wejangan dan petuah serta dalih pembenar dari elit pemimpinnya.

Jadilah rakyat jelata yang resah dan terhimpit kesulitan hidup itu hanya bisa 
menyalahkan dan menjadikan para tuyul dan makhluk sejenisnya atas segala 
kehilangan yang dirasakannya, sebagai pelampiasannya.


Kalangan yang lainnya lagi melihat disamping ada korelasi antara tuyul itu 
dengan situasi sosial dan suasana batin yang melingkupi masyarakatnya. Dalam 
arti kata, ada hubungannya dengan aspek kesejahteraan dan aspek keadilan.

Juga ada hubungannya dengan rapuhnya keimanan rakyat negeri ini dalam segala 
stratanya, mulai rakyat jelata sampai elit pemimpin negara.

Rapuhnya keimanan dan longgarnya akidah sehingga menyeret ke perilaku yang 
menterempet musyrik itu penyebab utamanya karena masih meluasnya penyakit TBC 
(Takhayul, Bid’ah, Kurafat) yang menjangkiti masyarakatnya.


Akhirulkalam, jika memang demikian keadaannya, maka perlu untuk dipertanyakan 
sejauh mana keberhasilan dari dakwah yang selama ini dilakukan oleh banyak 
lembaga dakwah. Bahkan juga dakwah yang dilakukan oleh parpol dakwah.

Ketidak berhasilan itu memunculkan pertanyaan yang menarik. Apakah 
ketidakberhasilan itu dikarenakan para ulama dan ustadz justru menjadi lebih 
sibuk mengurusi politik praktis daripada membina umatnya ?.

Ataukah, ketidakberhasilan itu dikarenakan umat kehilangan pegangan lantaran 
melihat polah tingkah dan sepak terjang para ulama dan ustadz yang berkecimpung 
di dunia politik praktis justru tak menunjukkan akhlakul karimah yang dapat 
dijadikan sebagai panutan dan suri tauladan ?.

Semoga tidak demikian, karena jika benar begitu maka itu sama halnya dengan 
mensahihkan pendapat bahwa ‘Islam Yes, Islam Politik No’.

Itukah yang diinginkan terjadi oleh parpol-parpol Islam ?.


Wallahualambishshawab.

*
Catatan Kaki :
        * Artikel lain yang membahas seputar urutan prioritas antara aspek 
Sejahtera dengan aspek Keadilandapat dibaca dengan mengklik di ‘PKS atau PSK’ .
        * Artikel lain yang membahas seputar bentuk dari cerminan rasa 
kecintaan dari para penyayang binatang dapat dibaca dengan mengklik di ‘Kebun 
Binatangnya Dirjen Pajak’ .
        * Artikel lain yang membahas seputar beraneka ragam kelas dan 
bervariasinya modus kejahatan perbankan dapat dibaca dengan mengklik di ‘Modus 
Pencurian Data Nasabah Bank’ .
*
Rakyat Tuyul dan Pemimpin Pencuri
http://polhukam.kompasiana.com/2010/04/12/rakyat-tuyul-dan-pemimpin-pencuri/
*


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke