Paling2 Menkeu baru adalah Neolib tulen yang sejalan dgn motor Neoliberalisme: IMF, World Bank, dan WTO sehingga agenda Neoliberalisme tetap bertahan.
http://politik.kompasiana.com/2010/05/07/sri-mulyani-managing-director-world-bank-dari-afrika/ Yang jadi “Managing Director” World Bank itu banyak. Ada yang dari Afrika, Nigeria, Sudan, dsb. Ini satu contoh “Managing Director” World Bank yang jadi rekan Sri Mulyani, ekonom yang sangat hebat itu: Ngozi Ikonjo 200 wide pixel Ikonjo-Iweala – Managing Director, World Bank Group http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EXTGENDER/0,,contentMDK:21731300~pagePK:210058~piPK:210062~theSitePK:336868,00.html Ikonjo yang merupakan senior dari Sri Mulyani adalah mantan Menkeu Nigeria. Untuk melihat kemakmuran Nigeria, silahkan lihat di sini: http://www.worldlifeexpectancy.com/sort.php Harapan hidup rakyat Nigeria hanya 46,9 tahun dan menempati urutan 181 dari 189 negara. Padahal Nigeria termasuk 12 negara penghasil minyak terbesar di dunia dan punya banyak kekayaan alam lainnya. Jadi sepertinya keberhasilan memakmurkan rakyat yang harusnya jadi satu indikator ekonom yang menjabat bukanlah pertimbangan Bank Dunia. Sri Mulyani akan menggantikan Juan Jose Daboub sebagai Managing Director World Bank, yang tak lain adalah mantan Menteri Keuangan El Salvador. El Salvador adalah satu negara penghutang besar di Amerika Tengah: http://en.wikipedia.org/wiki/Developing_countries%27_debt Jadi sepertinya Bank Dunia memang memilih mantan Menkeu dari negara2 di Afrika, El Salvador, Indonesia, dsb sebagai Managing Directornya. Beberapa kesamaan negara Afrika, El Salvador, dan Indonesia adalah hutangnya yang besar, mayoritas penduduk yang miskin, dan kesenjangan yang tinggi antara segelintir orang yang kaya dan mayoritas rakyat yang miskin. Jadi kalau ada hal yang istimewa, itulah keistimewaannya. === Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits http://media-islam.or.id Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com Belajar Islam via SMS: http://media-islam.or.id/2008/01/14/dakwah-syiar-islam-lewat-sms-mobile-phone --- Pada Sen, 17/5/10, /wongcilik <wongcili...@gmail.com> menulis: > Dari: /wongcilik <wongcili...@gmail.com> > Judul: [ppiindia] Ichsanuddin Noorsy : Siapa Menkeu yang Akan Datang? > Kepada: ppiin...@yahoogroups.com > Tanggal: Senin, 17 Mei, 2010, 6:28 PM > > > -------- Original Message -------- > Subject: [Koran-Digital] Ichsanuddin > Noorsy : Siapa Menkeu yang Akan > Datang? > Date: Tue, 18 May 2010 08:11:20 +0700 > From: Koran Digital <korandigi...@gmail.com> > Reply-To: koran-digi...@googlegroups.com > To: koran-digi...@googlegroups.com > > > > Siapa Menkeu yang Akan Datang? > > Tuesday, 18 May 2010 > Belajar dari peristiwa rekrutmen menteri sebelumnya, > sebenarnya dapat > diduga siapa sosok pengganti Sri Mulyani Indrawati (SMI) di > Kementerian > Keuangan (Kemenkeu). > > > Ada lima indikator pemandu dengan merujuk pengalaman itu. > Pertama, sosok > yang tidak berseberangan dengan tiga pilar globalisasi, > yaitu Bank > Dunia,IMF, dan WTO. Sosok seperti ini juga tidak boleh > kontroversial di > domestik yang acap kali disebut sebagai bersahabat dengan > pasar walau > pasar yang dimaksud adalah pasar uang atau lantai bursa. > Kemudian media > massa besar di Jakarta pun akan memandang yang bersangkutan > dengan > positif, tidak disebut diberitakan sebagai nasionalisme > sempit dan > parpol tidak berkeberatan. Dengan demikian menteri keuangan > (menkeu) > yang akan datang adalah yang hangat bersahabat dengan Barat > dan > beraliran pasar bebas, perdagangan bebas,dan kebebasan > investasi. > > Walaupun para pemimpin negaranegara maju melakukan proteksi > ke dalam dan > menuntut liberal ke luar, sosok menkeu yang akan datang > tidak akan > mencontoh hal itu karena takut dituding nasionalisme sempit > atau > chauvinis. Kedua, akan dipilih sosok yang bisa beralasan > secara > akademik, mampu meyakinkan publik bahwa pertumbuhan ekonomi > yang dicapai > adalah seperti yang sebelumnya walau pidato pelantikan > Presiden RI > sendiri pada Oktober 2009 menyatakan perlunya pertumbuhan > ekonomi > inklusif. Artinya, pertumbuhan ekonomi yang di dalamnya > terkandung > kapasitas mengurangi pengangguran, kemiskinan, dan > ketimpangan secara > signifikan. Angka-angka BPS memang menunjukkan berkurangnya > pengangguran > dan kemiskinan, tetapi fakta menyatakan hal berbeda. > > Dengan begitu akan dipilih menkeu yang latar belakang > akademiknya bagus, > beraliran pasar bebas, tetapi belum tentu mampu menerbitkan > kebijakan > yang mengatasi penyakit ekonomi neoklasikal: mencegah > keserakahan, > menghapus kemiskinan, menyediakan lapangan kerja sehingga > tercapai > keterserapan angkatan kerja penuh dan relatifnya > ketimpangan regional, > sektoral, dan intelektual. Ketiga, menkeu yang akan datang > harus bisa > bergaul dengan parpol dan DPR walau yang bersangkutan tidak > datang dari > lingkungan parpol.Menkeu seperti ini akan mengaktifkan > peran lobi dan > akan mencari sosok pembantu yang bisa menjembatani > pemerintah dan DPR. > Bukan sosok pembantu presiden yang tidak disukai DPR. > > Keempat,menkeu yang mengetahui isi dan amanat ekonomi > konstitusi, tetapi > dalam kebijakannya tidak menjadi pertimbangan utama. > Alasannya,akan > bertentangan dengan tingkat kepercayaan pasar walau pasar > yang dimaksud > adalah pasar uang, bukan sektor riil. Karena pertimbangan > utamanya > adalah karpet merah buat investor asing dan bukan karpet > merah untuk > pemilik kedaulatan rakyat, maka menkeu yang akan datang > adalah menkeu > yang politik anggarannya secara normatif saja sesuai dengan > amanat > konstitusi, tetapi tidak sesuai dengan isi dan semangat > konstitusi itu > sendiri. Karena itu kebijakan fiskal dan politik > anggarannya tidak jauh > berbeda dengan kebijakan sebelumnya. Mereka menyebutnya > sebagai > kebijakan berkesinambungan (sustainable policy). > > Kelima, karena persoalan simpati kaum perempuan, maka sosok > menkeu yang > akan datang juga perempuan. Logikanya sederhana. Pemilih > perempuan dalam > Pemilu 2009 cukup signifikan dan bersimpati kepada politisi > sekarang > ini. Mereka tidak ingin kehilangan simpati apalagi sampai > disumpahserapahi kaum perempuan. Itu menunjukkan bahwa yang > berpeluang > masuk ke Lapangan Banteng satu adalah perempuan berkualitas > seperti di > atas. > > Misalnya Armida Alisjahbana (Meneg PPN/Kepala Bappenas), > Ani Ratnawati > (sekarang Dirjen Anggaran), atau Mari Elka Pangestu > (Menteri > Perdagangan) yang dinilai sukses mengegolkan UU 25/2007 > tentang > Penanaman Modal yang sesuai dengan kehendak Bank Dunia. > Kalaupun bukan > perempuan, mereka yang punya jiwa nasionalis sejati, bukan > nasionalis > kata-kata, jangan berharap terlalu tinggi. Realitas politik > dan ekonomi > mengatakan, rezim neoliberal tetap berkelanjutan. > > *** Reka-reka menkeu yang akan datang itu membawa kita pada > pertanyaan: > akankah menkeu tersebut mampu menolak pinjaman luar negeri > dari Bank > Dunia seperti yang dilakukan Siti Fadilah Supari saat > menjadi menteri > kesehatan? Akankah menkeu yang akan datang itu sekaligus > merestrukturisasi utang dalam dan luar negeri sehingga > tekanan fiskal > karena pembayaran pokok dan bunga utang dapat dikurangi dan > Indonesia > tidak menjadi pengemis untuk membangun harkat dan martabat > bangsa? > > Akankah kursi menkeu yang akan datang diduduki oleh mereka > yang memahami > jiwa perekonomian Indonesia bahwa penyelamat krisis ekonomi > Indonesia > berkali-kali dan penyumbang terbesar PDB (di atas 53%) > adalah UMKM? > Akankah pemegang kendali organisasi keuangan di Lapangan > Banteng > itu––setara dengan kewenangan perdana menteri–– > menerbitkan kebijakan > yang mendorong sektor riil? Ataukah menkeu yang akan datang > cerdas > menarik simpati media dan investor asing sehingga kembali > menerima > penghargaan media asing yang juga disebut sebagai darling > of foreign > investor sebagaimana Sidney Morning Heraldmenuliskan hal > itu untuk SMI? > Sejak Soeharto berkuasa hingga hari ini, mereka yang > berkuasa di > Lapangan Banteng tidak pernah sosok yang mampu menolak > “kemurahan hati” > Bank Dunia. > > Justru karena kemurahan hati itu, Indonesia yang katanya > sukses mencapai > pertumbuhan positif di era krisis tidak mempertanyakan > secara kritis > peranan Bank Dunia. Begitu banyak orang terkagum pada > peranan dan gengsi > Bank Dunia, dari level tertinggi di negeri ini sampai > kepada orang > Indonesia yang tidak tahu sekalipun keras dan beringasnya > kebijakan > mereka. Saya memiliki belasan buku yang diterbitkan oleh > penerbit > bergengsi di AS dan ditulis ekonom kenamaan di Negeri Paman > Sam yang > bercerita bagaimana kemurahan hati itu bermuatan kekerasan > dan > keberingasan untuk kepentingan korporasi besar dan negara > yang > bersangkutan.Buku-buku ini bukan saja tidak mau dibaca oleh > ekonom > Indonesia, tapi juga dikesampingkan. > > Saya pernah bilang pada suatu diskusi di Fakultas Ekonomi > Universitas > Indonesia Jurusan Ilmu Ekonomi, kalau buku-buku ini tidak > diakui,bahkan > ditolak, coba ekonom Indonesia membantahnya pula dengan > buku sehingga > tradisi intelektual tumbuh berkembang secara sehat. > Pengakuan akan murah > hati dan hebatnya Bank Dunia itu sebenarnya merupakan wujud > kekerasan > simbolik,yakni mereka yang dijajah dan mendapat perlakuan > kekerasan > sebagai akibat kebijakan kaum penjajah justru memuji dan > mengagumi > penjajah karena keberhasilan kaum penjajah > menjungkirbalikkan sistem > nilai dan cita-cita kehidupan pihak terjajah. Hal ini bisa > disebut juga > sebagai Stockholm Syndrome yang menceritakan sikap simpati > korban > perampokan terhadap perampoknya. Jadi, kalau kriterianya > seperti di > atas, tidak mungkin menkeu yang akan datang menolak utang > dari Bank > Dunia dan merestrukturnya. > > Mungkin juga menkeu yang akan datang memahami jiwa dan > karakter > perekonomian Indonesia. Namun, seperti sahabat dekatnya di > gedung megah > Air Mancur Thamrin, mereka akan lebih senang dan bergengsi > jika > membicarakan secara mendalam hukum penawaran dan > permintaan, baik > internal maupun eksternal. Soal bergeraknya sektor riil? > Itu bukan > tujuan karena mencapai pertumbuhan PDB sesuai dengan target > walau tidak > berkualitas jauh lebih strategis. Akankah ada jawaban atau > > keterpanggilan bahwa kedaulatan politik sama dan sebangun > dengan > kedaulatan ekonomi? Hampir dapat dipastikan menkeu yang > akan datang > tidak bisa menjawabnya.(*) > > Ichsanuddin Noorsy > Tim Ahli Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM > > > http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/325002/ > -- > "One Touch In BOX" > > To post : koran-digi...@googlegroups.com > > "Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan > kesempatan"-- Publilius > Syrus > > Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun > - Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu > - Hindari ONE-LINER > - POTONG EKOR EMAIL > - DILARANG SARA > - Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan > atau > Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. > - Berdiskusilah dengan baik dan bijak. > -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------ > “Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski > dalam deklarasi > perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan > kesopanan.” > -- Otto Von Bismarck. > > "Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati > orang dungu di > belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib. > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > ------------------------------------ > > *************************************************************************** > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. > Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared > Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia > *************************************************************************** > __________________________________________________________________________ > Mohon Perhatian: > > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali > sbg otokritik) > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan > dikomentari. > 3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com > 4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com > 5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com > 6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com > Yahoo! Groups Links > > > ppiindia-fullfeatu...@yahoogroups.com > > >