------------------------------------------------------------------------------------------------------- Mo ndaftar : [EMAIL PROTECTED] Arsip lengkap Berita-berita Lingkungan Hidup di Indonesia, silahkan klik: http://www.egroups.com/group/berita-lingkungan/messages -------------------------------------------------------------------------------------------------------- http://kompas.com/kompas-cetak/0101/08/DAERAH/bupa19.htm >Senin, 8 Januari 2001 Bupati Sumbawa Tak Perpanjang Izin HPHH Rotan dan IPK Mataram, Kompas Bupati Sumbawa Drs A Latief Madjid tidak memperpanjang bahkan akan mencabut izin Hak Pengusahaan Hasil Hutan (HPHH) dan Izin Penebangan Kayu (IPK) di wilayah itu. Pertimbangannya antara lain, eksploitasi hutan memacu terjadinya degradasi lahan, termasuk bencana banjir yang melanda Kecamatan Taliwang awal Desember 2000. Kepala Bagian Humas Pemda Sumbawa Drs Syaikhudin Husain yang dihubungi Kompas Sabtu (6/1) mengatakan, kebijakan Bupati Latief Madjid yang mencabut HPHH dan IPK berkait dengan upaya pelestarian dan keamanan hutan yang merupakan program prioritas. Sebelumnya, guna memulihkan kerusakan hutan, bupati tidak memperpanjang izin HPHH Angka Wijaya Timber. Sikap sama dikenakan terhadap dua pengusaha pemegang IPK yang izinnya habis tahun 2000. Begitupun tiga dari 17 pengusaha pemegang HPHH rotan, dihentikan aktivitasnya walau izinnya berakhir 12 Januari 2001 dan 1 Maret 2001. http://kompas.com/kompas-cetak/0101/08/EKONOMI/penc13.htm >Senin, 8 Januari 2001 Pencurian Pasir Semakin Marak Pekanbaru, Kompas Sedikitnya 15 kapal asing merampok pasir laut di perairan di Kabupaten Karimun dan Kepulauan Riau, Provinsi Riau, yang kemudian mereka jual ke Singapura. Akibatnya, daerah ini dirugikan amat besar karena tidak sedikit pun dana dari aktivitas tersebut yang mengalir ke kantung pemerintah setempat. Belum lagi dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Kepala Sub Dinas (Subdin) Bina Usaha dan Perizinan Dinas Pertambangan Riau, Ir Eddy Saputra Rab, menjawab Kompas, hari Sabtu (6/1) lalu mengatakan, dari investigasi pihaknya, kegiatan ilegal tersebut setidak-tidaknya berlangsung dalam enam bulan terakhir. "Selain di lapangan, data ini kami peroleh juga dari sumber-sumber kami di Singapura," kata Eddy. http://kompas.com/kompas-cetak/0101/08/IPTEK/kals08.htm >Senin, 8 Januari 2001 Soal Kerusakan Lingkungan Kalsel Hanya Bisa Bertahan Banjarmasin, Kompas Kondisi lingkungan hidup Kalimantan Selatan, yang kini dalam keadaan rusak, tidak mungkin lagi diperbaiki ke posisi semula seratus persen. Pemerintah daerah beserta instansi terkait memang berupaya mengatasinya, namun hanya sebatas mempertahankan atau mengurangi agar tidak terjadi kehancuran total. Kendala yang dihadapi di lapangan ternyata cukup beragam. "Memperbaiki sampai seratus persen jelas tidak mungkin," kata Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kalsel, Madjedi Aseri, hari Jumat (5/1), di Banjarmasin. http://kompas.com/kompas-cetak/0101/08/IPTEK/mony08.htm >Senin, 8 Januari 2001 Monyet Bali Terindikasi Herpes B Denpasar, Kompas Rencana Pemerintah Daerah Bali untuk mengembangkan wisata monyet tampaknya perlu segera dievaluasi. Menurut penelitian sementara, sekarang ini sekitar 70 persen monyet di Bali terindikasi Herpes B, yang tentunya perlu diwaspadai."Dari survei yang dilakukan, kita memang belum menemukan virus Herpes B itu karena masih sedang diselidiki di laboratorium University of Washington Amerika. Akan tetapi, dari analisis dengan metode Elisa, 70 - 80 persen monyet yang kami teliti terindikasi Herpes B," demikian Kepala Pusat Kajian Primata Lembaga Penelitian Universitas Udayana, Dr Komang Gde Suaryana, yang ditemui Kompas di Denpasar, Jumat (5/1). Saat ini terdapat 44 lokasi populasi monyet di Bali, tujuh di antaranya sudah dijadikan obyek wisata, yaitu di Sangeh, Tabanan, Uluwatu, Teluktrima, Alas Kedaton, Ubud, dan Pulaki. Dari survei yang dilakukan tiga bulan lalu, ditemukan keberadaan monyet berekor panjang di Nusa Penida. http://suarapembaruan.com/News/2001/01/07/Nasional/na00/na00.html SUARA PEMBARUAN DAILY Prof Dr Ir Tejoyuwono Notohadikusumo: Menyelamatkan Lahan Gambut Sejuta Hektare dari Kehancuran Total idak terdengar lagi gaung Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PPLG) di Kalimantan Tengah (Kalteng), yang menggegerkan ketika dicetuskan pada awal tahun 1995. Pengembangan lahan basah di Kalimantan Tengah untuk produksi pangan yang memperoleh legalitas melalui Keppres Nomor 82 Tahun 1995 --kemudian dilengkapi Keppres 83/1995 dan 74/1998-- itu memicu silang pendapat sengit antara pihak eksekutif yang menjadi pemrakarsa dan kelompok akademis serta LSM. Kalangan akademisi dan LSM sangat memedulikan nasib lahan basah Indonesia itu selaku ekosistem dan sumber daya. Di lain pihak, pemerintah bersikeras melaksanakan rencana mengonversi lahan basah menjadi lahan pertanian pangan yang direncanakan meliputi luas 1,4 juta hektare itu menurut visinya sendiri. Akibatnya, gejala degradasi lahan basah segera tampak dan prosesnya berlanjut kian parah. http://www.suaramerdeka.com/harian/0101/08/kha4.htm Senin, 8 Januari 2001 Karangan Khas Memerdekakan Perempuan dari Kekerasan Oleh : Himawan Susanto Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta JIKA membicarakan stereotipe perempuan, maka yang terlintas dalam benak kita adalah subordinasi yang melahirkan kebergantungan. Stereotipe dan kebergantungan, merupakan dua bagian yang tidak terpisahkan. Terlebih jika dikaitkan dengan kedudukan perempuan dalam keluarga, maka dalam masyarakat akan terlihat kedudukan isteri bergantung pada suami, kedudukan anak perempuan bergantung pada ayah atau saudara laki-laki. Secara tersirat, kebergantungan itu mengandung makna ketidakmerdekaan perempuan. Meski diakui, di dalam masyarakat (awam) masih ada pihak perempuan justru merasa "nyaman'' dengan keadaan itu, karena mereka menganggap hal tersebut sudah menjadi kodrat dan sesuatu yang wajar. Namun bagaimana ketika kebergantungan itu telah melahirkan kekerasan terhadap perempuan? http://www.suaramerdeka.com/harian/0101/08/kha2.htm Senin, 8 Januari 2001 Karangan Khas Mengembalikan Anak Jalanan ke "Rumah''-nya Oleh: Bambang Tri Subeno PERHATIAN terhadap anak jalanan, terutama oleh kalangan LSM, mulai muncul pada tahun 1990-an, meski fenomena sosial tersebut sebenarnya sudah ada sejak lama. Krisis ekonomi 1997 menjadi pemicu peningkatan jumlah anak jalanan, karena beberapa hasil penelitian menunjukkan faktor ekonomi menjadi salah satu pendorong anak-anak turun ke jalan. Belum ada data pasti berapa jumlah anak jalanan di seluruh kota besar Indonesia saat ini. Angka versi pemerintah 50.000 lebih, tetapi Departemen Sosial memperkirakan pada 1997 sudah terdapat sekitar 50.000. http://kompas.com/kompas-cetak/0101/08/JATIM/kaum18.htm >Senin, 8 Januari 2001 Kaum Marjinal PROFESOR Caroline Mosser, penasihat bidang sosial Presiden Bank Dunia berujar: "The poor makes the city worked, why cannot the city work for the poor?" Pada dasarnya kota anti si miskin, terutama di negara berkembang termasuk Surabaya. Yang berbeda antara kota yang satu dengan yang lain adalah cara menghadapi si miskin. Di Jakarta, orang miskin disediakan tempat menjauhi pusat kota sekitar lima kilometer setahun. Di Surabaya penduduk kampung yang mayoritas miskin diperbaiki mutu lingkungan permukimannya melalui program perbaikan kampung (KIP). Pada saat bersamaan si miskin yang berdiam di tepi rel kereta api atau kali tak tersentuh oleh KIP gara-gara peraturan tentang pelaksanaan tidak memperhitungkan dan tidak mengakui keberadaan mereka. Pertanyaan yang kini perlu diajukan adalah apakah reformasi dan otonomi daerah akan membuat keadaan ini menjadi lebih baik? http://kompas.com/kompas-cetak/0101/08/JATIM/klai19.htm >Senin, 8 Januari 2001 Klaim Sepihak, Habiskan Lahan Perkebunan Malang Selatan * Sekitar 5.200 Hektar Dikuasai Penduduk Malang, Kompas Aksi klaim pemilikan sepihak (reclaiming action) oleh penduduk setempat terhadap lahan perkebunan berstatus hak guna usaha (HGU) perusahaan perkebunan swasta maupun BUMN di wilayah selatan Malang kian menghabiskan ribuan hektar lahan di kawasan itu. Aksi itu mengakibatkan terjadinya alih pemanfaatan lahan besar-besaran. Tanaman kopi, karet, dan cokelat dibabat, diganti tanaman jagung untuk pemenuhan kebutuhan pangan.Pakar hukum pertanahan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Prof Dr Ahmad Sodiki dalam percakapan pekan lalu mengaku tak bisa lagi menghitung luasan lahan eks hak guna usaha (HGU) perkebunan di wilayah selatan Kabupaten Malang yang sudah beralih tangan. "Begitu luasnya, hingga dapat dikatakan sudah menghabiskan seluruh lahan perkebunan di kawasan itu. Bahkan kini aksi reclaimingsudah merambah, membabat hutan, tak peduli hutan produksi, hutan lindung, apa pun di daerah itu," kata Sodiki. Lembaga Bantuan Hukum Surabaya, Pos Malang, yang sejak semula mendukung aksi-aksi klaim sepihak itu, dalam laporan tahunan pelanggaran HAM yang disampaikan pada peringatan 52 tahun HAM pekan lalu mengungkapkan, tak kurang dari 5.200 hektar lahan perkebunan, kini telah beralih penguasaan ke penduduk. Tidak diketahui, berapa luas lahan perkebunan swasta dan BUMN yang semula tercatat. Aksi-aksi sudah berlangsung sejak tahun 1995, dana proses yang perlahan namun pasti terus berlangsung hingga kini, hingga ke wilayah Kabupaten Blitar. http://www.mediaindo.co.id/cetak/news.asp?id=2001010801144042 24 Juta Wanita Pernah Mengalami Tindak Kekerasan Media Indonesia - Kesra (08/01/2001 01:14 WIB) MAKASSAR (Media): Sekitar 24 juta perempuan atau 11,4 persen dari jumlah penduduk Indonesia mengaku pernah mengalami tindak kekerasan. ``Bentuk kekerasan yang mereka dapatkan seperti pemerkosaan, penganiayaan, pelecehan atau suami berselingkuh. Dan, peristiwa kekerasan ini paling banyak dialami perempuan di pedesaan.`` ungkap Menperpu/Kepala BKKBN Khofifah Indar Parawansa. --------------------------------------------------------------------- Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id