http://kompas.com/kompas-cetak/0104/27/IPTEK/meng34.htm >Jumat, 27 April 2001 Mengklon Individu Wildan Yatim * MENGKLON atau cloning ialah menggandakan DNA, sel, atau individu suatu spesies makhluk tanpa lewat perkawinan. Mengklon DNA dilakukan orang pada makhluk bersel tunggal, yaitu bakteri dan ragi. Bisa juga dilakukan pada alat PCR. Mengklon sel belum bisa dilakukan dalam tubuh makhluk, baru pada cawan laboratorium. Mengklon individu baru sudah dapat dilakukan pada tahun 1987 di Inggris dengan lahirnya bayi domba yang disebut Dolly. Sejak itu telah banyak dilakukan pengklonan hewan, seperti sapi di Amerika Serikat dan tikus di Jepang. Dari mengklon itu bisa terbentuk individu anak hanya satu ekor.Pengertian lama klon ialah menggandakan alias memperbanyak. Istilah "clone" asal-muasalnya dulu muncul ialah memperbanyak DNA pada bakteri. Sekarang rupanya pengertian itu oleh para ilmuwan diperluas, bahwa asal dapat dihasilkan individu baru dari individu lama tanpa kawin, meski satu saja, itu sudah disebut mengklon. Pada prinsipnya, mengklon individu baru ialah mengganti inti telur dengan inti sel definitif, lalu merangsang telur itu tumbuh. Inti telur mengandung separuh kromosom sel definitif, disebut haploid. Sel haploid tidak bisa tumbuh jadi embrio. Karena itu, inti telur itu harus diganti dengan inti sel yang berasal dari embrio yang sudah mengalami pembuahan yang kromosomnya lengkap, gabungan inti telur dan inti sperma, disebut diploid. Pekerjaan mengklon dengan pengertian sekarang sebetulnya sudah dilakukan seorang pakar embriologi Inggris 30 tahun lalu pada katak. Inti telur katak dihancurkan dengan cara meradiasinya dengan sinar ultraviolet, lalu mengganti inti telur itu dengan inti sel kulit cebong. Setelah diberi zat perangsang, telur itu tumbuh jadi cebong dan bermetamorfosis jadi individu katak dewasa. Pekerjaan pakar ini sesungguhnya untuk menunjukkan bahwa dalam tiap inti sel definitif kandungan materi genetik tetap lengkap seperti yang terkandung dalam zigot. Hanya beberapa gen saja yang aktif menumbuhkan sifat khas suatu jaringan. Dalam sel yang bakal jadi sel otot misalnya, hanya gen penumbuh serat miofibril yang aktif bekerja; pada sel epidermis hanya gen penumbuh serat keratin yang aktif, demikian seterusnya. *** Prinsip mengklon domba itu juga demikian. Telur induk diambil dari indungnya. Inti sel yang dicangkokkan untuk mengganti inti telur diambil dari hasil kultur sel kelenjar susu domba. Suasananya sama dengan katak tadi. Inti definitif yang dicangkokkan ke telur, paling bagus kalau diambil dari sel berusia muda, yang baru beberapa kali membelah. Jika inti sel definitif diambil dari tubuh dewasa, mungkin itu berasal dari sel induk yang sudah ribuan kali membelah. Makin sering sel membelah kromosom makin memendek, berarti kandung materi genetiknya pun berkurang. Setelah dicangkoki inti sel, kelenjar susu telur tumbuh sampai tingkat morula, lalu ditanamkan ke dalam rahim induk sampai lahir. Kenapa pula sel kelenjar susu yang kultur? Itu karena setiap sel kelenjar berpotensi untuk membelah terus sampai individunya mati. Setelah inti sel kultur tadi menggantikan inti telur maka telur pun bisa tumbuh seperti halnya zigot biasa yang bersifat totipotent. Mengklon individu baru dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Pada ternak sebetulnya tidak efektif melakukan pengklonan karena pada mereka fertil dan mudah dikembangbiakkan dengan cara perkawinan biasa. Mengklon individu baru pada ternak baru bersifat produktif jika tujuannya ialah untuk meningkatkan mutu berbagai sifat keturunan. Misalnya menciptakan generasi yang menghasilkan susu atau daging yang banyak. Diisolasi gen yang membuat ternak itu menghasilkan banyak susu atau daging, lalu dicangkokkan ke inti sel yang akan dicangkokkan ke telur. Telur nanti tumbuh jadi individu baru yang menghasilkan banyak bahan yang dimaksud. Suatu generasi ternak diperkirakan akan dapat pula dihasilkan kelak, yang tahan terhadap suatu jenis penyakit infeksi yang parah dan mematikan, misalnya penyakit sapi gila. Penyakit ini disebabkan karena protein yang dapat menginfeksi sel-sel yang dapat memproduksi bahan itu, yang disebut prion. Agar ternak kebal terhadap penyakit itu maka perlulah gen yang menghasilkan prion itu dihilangkan atau dinonaktifkan. Bahan yang membuat hilangnya gen prion itu dicangkokkan ke dalam inti sel kultur, lalu inti sel kultur itu dimasukkan ke dalam telur, setelah intinya sendiri dihancurkan. Akan tumbuh embrio yang kebal terhadap penyakit itu. Banyak individu dapat diciptakan dari sini. Caranya bisa dua arah. Mencangkokkan bahan antiprion itu kepada semua sel kultur, atau memisahkan sel-sel morula yang terbentuk dari embriogenesis telur yang sudah dicangkoki inti sel kultur itu. *** Pada orang, kini sedang dirancang untuk melakukan prinsip sama seperti dilakukan pada ternak. Tujuannya sama, yaitu untuk menghilangkan suatu penyakit genetik yang sudah pasti terdapat pada suatu keluarga, dan penyakit itu tergolong parah dan sulit sekali dapat disembuhkan. Contoh penyakit genetik yang berat pada orang ialah thalassemia, cystic fibrosis, dan muscular dystrophy. Thalassemia ialah penyakit anemia berat yang membuat limpa dan sumsum tulang bekerja berat untuk memproduksi jutaan eritrosit tiap hari, sedang entrosit itu sendiri mudah bergumpal dan rapuh sehingga cepat hancur karena itu umurnya hanya beberapa hari saja. Eritrosit normal berumur 120 hari. Cystic fibrosis banyak terdapat pada penduduk bangsa Kaukasoid, ditandai dengan mengeras dan menurunnya fungsi berbagai organ tubuh yang memiliki kelenjar, seperti paru dan hati. Sel-sel kelenjar itu berumur pendek, lalu tempatnya digantikan oleh serat-serat jaringan pengikat yang sama sekali tidak bisa berfungsi sebagai sel kelenjar. Organ itu pun lama-lama jadi mengeras dan tidak berfungsi lagi, yang membuat penderita segera meninggal. Sedangkan muscular dystrophy ialah penyakit penciutan otot yang berlangsung progresif, menyebabkan orangnya secara berangsur tidak bisa berjalan, akhirnya jantung dan paru juga tidak berfungsi sehingga orangnya pun meninggal. Ketiga penyakit berat itu disebabkan mutasi gen dan dikenal sebagai penyakit keturunan. Alel thalassemia bersifat kodominan terhadap alelnya yang normal. Kodominan artinya, kalau kedua alel suatu gen hadir dalam satu tubuh, maka ia berekspresi penuh. Itulah yang menyebabkan penyakit thalassemia major. Kalau hanya sebelah, sedang yang sebelah lagi alel normal, maka ekspresi penyakit itu ringan, disebut thalassemia minor. Orang ini bisa hidup normal, tidak perlu transfusi darah, tetapi ia jadi ahli waris penyakit itu. Ingat, dalam sel-sel setiap tubuh orang terkandung sepasang kromosom homolog, berarti juga gen-gennya homolog, sama struktur kimia dan fungsinya. Kromosom yang sepasang itu sebelah diterima dari ibu lewat telur, sebelah lain dari ayah lewat sperma. Cystic fibrosis bersifat resesif. Karena itu, kedua kromosom yang mengandungnya harus sama-sama mengandung alel resesif itu untuk terjadinya penyakit. Jika hadir alel dominan maka pekerjaan alel resesif ditutupi dan penyakit itu tidak berekspresi. Namun orang ini disebut "carrier", yaitu jadi ahli waris penyakit itu dan akan diturunkan kepada anak cucu. Sedangkan muscular dystrophy juga bersifat resesif, tetapi terletak pada gonosom atau kromosom seks X, diberi simbol Md-md (Md = normal; md= muscular dystrophy). Gen itu tidak terdapat pada gonosom Y. Karena itu, seorang anak laki-laki yang mengidap kelainan hanya mengandung satu gonosom X, sedangkan pada Y tidak ada. Namun, satu alel md itu sudah mampu mengekspresikan kelainan itu, meski dalam sel-sel tubuhnya hanya ada sebelah alel resesif. Itu karena ekspresinya tidak ada yang menghalangi. Keadaan ini disebut homizogot (hemi = sebelah). Genotipe anak laki-laki yang kena ditulis md-, karena ia hanya mengandung sebelah gonosom X, dan pada yang sebelah lagi gonosom Y tidak mengandung gen muscular dystrophy. Anak perempuan baru kena jika kedua belah kromosom X mengandung alel mutant itu, berarti genotipenya harus mdmd. Dapatlah ditegaskan bahwa persentase wanita yang mendapat penyakit itu di dunia ialah pangkat dua dari persentase pria. Jika frekuensi kelainan itu pada kaum pria di dunia misalnya 0,001 (1:1000) maka frekuensi kaum wanita yang mengidap penyakit itu ialah 0,000.001 (1:1.000.000). *** Oleh karena itu, pada umumnya hampir tak pernah ada wanita yang mengidap penyakit itu di dunia. Penulis pernah menemukan suatu keluarga di Bandung yang memiliki tiga anak: 1 perempuan, 2 laki-laki. Kedua anak laki-laki kena, sedangkan anak perempuan tidak. Meski anak perempuan hampir tak pernah mengalami kelainan ini, tetapi istrilah yang selalu mewariskan kelainan ini turun-temurun, yaitu yang bergenotipe heterozigot Mdmd. Anak perempuan mengidap kelainan jika kedua gen hadir dalam tubuhnya. Itu disebabkan karena ada satu gen penghasil suatu jenis protein yang disebut distrofin bermutasi, sehingga tubuh memproduksi protein mutant yang patogenik. Protein mutant terjadi karena gen pembentuknya yang mutant. Mutasi pada salah satu gen itu terjadi, mungkin karena salah seorang leluhur mereka dulu mengalami radiasi atau kemasukan bahan radioaktif, mungkin lewat makanan atau minuman. Bisa juga karena kemasukan bahan kimia yang tajam, atau karena infeksi virus. Jika sekiranya pekerjaan gen mutant dari masing-masing penyakit itu bisa dinonaktifkan atau ditutupi oleh alelnya yang normal dan bersifat dominan, maka ekspresi penyakit itu bisa ditekan. Yaitu dengan mencangkokkan gen normal ke dalam inti sel kultur suatu kelenjar tubuh, lalu inti sel kultur itu dicangkokkan ke dalam telur seorang ibu yang memiliki penyakit keturunan bersangkutan. Jika ilmuwan berhasil membikin gen normal ketiga penyakit itu lalu dicangkokkan ke dalam inti sel kultur, dapatlah dilahirkan anak yang bebas dari penyakit itu. Khusus pada orang, tampaknya baru akan dapat pasaran jika anak-anak yang mengandung gen set itu bukan hasil klon, tetapi hasil pembuahan telur oleh sperma suami. Untuk itu para ilmuwan harus mampu mengultur sel induk kelamin, yaitu oosit. Tapi oosit itu sudah mengalami proses pematangan lanjut, dan ratusan ribu oosit dalam indungnya itu sudah terpisah-pisah dalam suatu badan folikel sendiri. Jika pencangkokan gen dilakukan terhadap spermatogonia juga sulit, itu karena begitu banyaknya spematogonia dalam tiap belah pelir. Karena itu sulitlah melakukan penyembuhan penyakit genetik lewat gamet. Mengerjakan pengklonan pada orang baru bisa dikatakan bersifat produktif dan bermanfaat, jika tujuannya ialah untuk meningkatkan martabat kemanusiaan dan meningkatkan daya adaptasi mereka terhadap alam lingkungan. Jika hanya untuk memperbanyak orang dalam jumlah besar sekaligus dan yang memiliki morfologi dan perilaku yang sama, tampaknya bukan untuk meningkatkan martabat kemanusiaan. Lagi pula, itu melawan takdir Tuhan. Setiap spesies makhluk yang lahir ke dunia harus memiliki variasi. Dengan bekal variasi itu maka tak ada individu baru yang sama, bahkan antara sesaudara kandung pun. Tujuan Tuhan menciptakan keragaman itu ialah agar setiap generasi spesies memiliki bekal daya evolusi sehingga lebih sempurna daya adaptasi mereka terhadap alam lingkungan yang terus berevolusi. Kini upaya mengklon pada orang terbatas pada mengklon individu sampai pada tingkat gastrula embrio. Dari embrio ini sel-sel suatu jaringan dipisahkan lalu dimasukkan ke tubuh pasien, sehingga diharapkan pasien dapat sembuh total dari sejenis penyakit, baik genetik maupun infeksi. Misalnya menghasilkan klon sel yang mengandung enzim untuk mencegah penyakit AIDS yang ditularkan virus HIV, dan klon populasi sel untuk menggantikan sel-sel induk darah dalam sumsum tulang penderita kanker darah. * Dr Wildan Yatim, Laboratorium Sitogenetika, Balai Kesehatan Universitas Padjadjaran, Bandung. --------------------------------------------------------------------- Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id