http://kompas.com/kompas-cetak/0105/04/IPTEK/pesa10.htm >Jumat, 4 Mei 2001 Pesawat IPTN Akan Ditukar Beras Jakarta, Antara Presiden Abdurrahman Wahid mengakui bahwa pihaknya telah menerima usulan agar pesawat produk Industri Dirgantara (yang dulu dikenal sebagai Industri Pesawat Terbang Nusantara/IPTN) "ditukar" dengan beras. Sementara ini, katanya, hal itu memang bisa dilakukan, namun perlu diupayakan agar di masa mendatang kebijakan tersebut tidak lagi terjadi. Kebijakan seperti itu dinilainya hanya akan menambah beban negara.Presiden saat membuka Agro and Ritech Expo 2001 di Jakarta, Kamis (3/5), menambahkan, manajemen pemasaran di bidang industri perlu mendapat perhatian khusus agar produk berteknologi dapat dipasarkan dan tidak menjadi beban. "Baiklah itu kita bisa lakukan, tetapi dalam jangka panjang hal itu harus kita hapus," tutur Presiden menanggapi usulan terkait. Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia harus berhati-hati. Industrialisasi harus maju, begitu juga manajemen. "Kalau kedua sisi manajemen dan teknologi dapat berdiri tegak dan seimbang maka kemajuannya akan dirasakan bersama. Nah, letak arti riset dan inovasi di sini," ucapnya seraya mengatakan, kalau riset teknologi dan manajemen maju bersama maka tercipta efisiensi sehingga menghasilkan produk yang lebih murah dan lebih berjaya. Menurut Presiden, selama 20 tahun belakangan ini, Indonesia lebih memperhatikan keunggulan teknologi, tetapi melupakan manajemen yang baik. Dampaknya, negara ini mampu membuat pesawat terbang yang canggih, tetapi tidak sanggup menjualnya. Di tahun 1996, Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie juga melakukan "pertukaran" dua pesawat produksi IPTN CN 235 dengan 110.000 ton beras ketan. Sebelum itu, dilakukan pula imbal beli enam pesawat CN 235 dengan 20 pesawat latih MD3-160 dan 1.500 mobil Proton Saga Malaysia yang kini berseliweran di Jakarta. Kerja sama Secara terpisah, kemarin tujuh Pusat Antar Universitas (PAU) biosains mendesak pemerintah agar memberi ketegasan pada pihak swasta, khususnya soal kerja sama dengan lembaga penelitian di bidang riset. "Swasta tidak akan banyak bergerak kalau tidak ada ketegasan pemerintah," kata peneliti PAU Bioteknologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Wisnu Prapto, saat bersama peneliti dari enam PAU universitas berbeda bertemu dengan Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menneg Ristek) Muhammad AS Hikam di Jakarta. Wisnu mengatakan, ketegasan pemerintah itu bisa dalam bentuk pemberian insentif bagi industri swasta yang bekerja sama dalam pengembangan riset, ataupun adanya suatu kewajiban bagi swasta mengembangkan risetnya. "Kalau hanya imbauan, swasta cuma tergerak apa adanya," katanya. Menanggapi itu, Hikam menyatakan, kesulitan PAU yang telah begitu banyak menghasilkan riset-riset canggih, memang harus diterobos dengan meningkatkan manajemennya. "Masing-masing PAU biosains yang memiliki seratus laboratorium itu seharusnya memang marketable," katanya. Saat ini, lanjut Hikam, umumnya universitas tidak memiliki divisi marketing yang bertanggung jawab dalam mempromosikan dan mencarikan mitra bagi pengembangan hasil risetnya. "Sudah waktunya universitas membentuk semacam divisi marketing agar lebih mudah bergerak. Divisi itu harus ada di bawah rektor," katanya. Perkembangan riset, menurut Hikam, memang tidak bisa diandalkan pada lembaga pemerintah nondepartemen, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). "Karena dana riset pemerintah yang sedikit maka tanpa kerja sama dengan swasta pengembangan riset tidak bisa lagi berjalan lancar," katanya. Oleh karena itu pula, lanjut Hikam, kementerian negara Ristek minta agar revisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2001 tidak memotong APBN Ristek yang cuma Rp 600 milyar. Tujuh PAU biosains yang datang ke Kantor Menneg Ristek sambil memamerkan hasil-hasil penelitian dan program-program pengembangannya, kemarin, adalah Pusat Penelitian Bioteknologi Institut Pertanian Bogor (IPB), Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM), Pusat Studi Bioteknologi UGM, Pusat Studi Ilmu Hayati IPB, PAU Bioteknologi ITB, Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB, serta PAU Ilmu Hayat ITB. (Antara/fan) --------------------------------------------------------------------- Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id