Daftar berita terlampir: * Ekosistem Bumi Mencapai Titik Rawan (2001-06-06) * Ironisme Sang Maskot Fauna NTB (2001-06-06) * Meningkatkan Kesadaran Bioregional (2001-06-06) * Konservasi Rusa, Sebuah "Panggilan" Nurani (2001-06-06) * Potensi Terumbu Karang Kurang Disentuh, Pelanggaran LH Libatkan Aparatur (2001-06-06) * Periset Transplantasi Karang Terima Anugerah Terumbu Karang (2001-06-06) * Tujuh Juta Pohon Meranti Ditanam di Sumsel (2001-06-06) * Hak atas Informasi Lingkungan yang Benar (2001-06-06) * Kompleksitas Persoalan Lingkungan Semakin Berat (2001-06-06) * Korbankan Kawasan Lindung Ibarat Bunuh Diri (2001-06-06) * Stop Polusi Udara, Mobil dan Motor Dilarang Masuk Kampus (2001-06-06) * Di Surabaya, Sampah Pun Dipolitisir (2001-06-06) * Pemerintah Kota Tidak Serius Laksanakan Uji Emisi (2001-06-06) * Limbah Domestik Kesalahan Turun-temurun (2001-06-06) * Kerja Sama Kelola Sampah, Tunggu Perda (2001-06-06) * Peringati Hari Lingkungan Hidup 5 Juni, Aktivis Gelar Aksi Buang Sampah di DPRD (2001-06-06) * Dana Reboisasi Dipungut di Muka (2001-06-05) * Peringati Hari Lingkungan, Pejabat dan Warga Masuk Sungai Wain (2001-06-05) * Penambangan Timah Tak Terkendali, Bangka Belitung di Ambang Kehancuran (2001-06-05) * RAMAH LINGKUNGAN (2001-06-05) * Hari Lingkungan di Bandung (2001-06-05) * 'Kaji Ulang Amdal Proyek Punclut ' (2001-06-05) * Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan (2001-06-05) * Pencemaran Timbal, Bencana yang Mengintai Warga Jakarta (2001-06-05) * Konsep Kalpataru, Bukan Hanya Masalah Lingkungan Hidup (2001-06-05) * Jatim Gagal Raih Kalpataru, Lumajang Juara I NKLH (2001-06-05) * Menneg LH Sonny Keraf: Lingkungan Hancur, Daerah Kurang Peduli (2001-06-02) * Data Potensi Hutan di Irja Tidak Akurat (2001-06-02) * "Sawmill" Liar Sebaiknya Diputihkan (2001-06-01) TerraNet: Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan http://www.terranet.or.id ================================================================ Ekosistem Bumi Mencapai Titik Rawan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=711 Oleh Dudi R Rukmana, Pemerhati sosial dan kemasyarakatan EKOSISTEM bumi menjelang milenium ketiga mencapai suatu titik rawan, ketika sistem fisik dan hayati tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan manusia akan benda-benda dan jasa-jasa lingkungan. Hal itu dapat mengancam kemampuan suatu bangsa dalam memenuhi kebutuhan dasar penduduknya akan kecukupan pangan, air bersih, persediaan energi, permukiman yang aman, dan lingkungan hidup yang sehat. Berbagai peringatan, pernyataan, dan hasil kajian dari organisasi internasional dan pakar sebelum ini mengenai daya dukung lingkungan global, regional, nasional, dan lokal yang semakin menurun, kurang memperoleh perhatian kaum politikus. Mereka masih percaya bahwa sumber daya alam terutama persediaan bumi Nusantara, masih melimpah-ruah dan seakan-akan tanpa batas. (Media Indonesia, 2001-06-06) Ironisme Sang Maskot Fauna NTB http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=712 PERINGATAN Hari Lingkungan Hidup se-Dunia 5 Juni 2001 kemarin, agaknya momen tepat bagi aparat pelaksana guna membuktikan sejalannya ucapan dan perbuatan. Masyarakat perlu bukti, bukan cuma lewat penyuluhan yang di masa lalu terkesan bermuatan proyek. Wartawan Kompas di Mataram (Nusa Tenggara Barat), Khaerul Anwar menuangkan dua tulisan, masing-masing di halaman 25 dan 26 menyangkut rusa timor (Cervus timorensis) yang kini kelestariannya mulai terancam. Padahal, katanya, rusa timor telah menjadi maskot fauna dan lambang Provinsi NTB. "Jangan-jangan rusa timor hanya menempel pada badge baju seragam aparat Pemda NTB, sehingga yang muncul adalah sebuah ironi." ungkapnya. (Kompas, 2001-06-06) Meningkatkan Kesadaran Bioregional http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=713 Oleh Kurniawaty, Peneliti pada Departemen Pendidikan Nasional WALAU telah banyak yang dihasilkan oleh gerakan lingkungan hidup selama lebih dari seperempat abad terakhir ini, baik yang berbentuk regulasi pemerintah maupun kesadaran masyarakat, bukan berarti bahwa bumi kita ini sudah aman dari ancaman penurunan kualitas lingkungan yang mendasar. Yang terjadi justru sebaliknya. Perkembangan teknologi dan ekonomi memasuki abad ke-21 ini tampaknya memberikan tantangan baru bagi gerakan lingkungan hidup. Meski demikian, jawabannya tidaklah harus merupakan hal yang baru. Ternyata ada saja ide-ide lama yang bisa diolah untuk membantu menjawab tantangan baru. (Media Indonesia, 2001-06-06) Konservasi Rusa, Sebuah "Panggilan" Nurani http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=714 "SAYA berharap ada orang yang mau menyumbangkan rusa miliknya, guna menambah jumlah rusa yang sedang saya konservasi. Kelak rusa itu saya lepas ke hutan," kata Drh I Gede Sudiana, karyawan Dinas Peternakan Lombok Barat, yang membuka praktik di Kodya Mataram, Nusa Tenggara Barat. Menurut Sudiana, ada 11 ekor rusa timor (Cervus timorensis) yang kini sedang ditangkar pada lahan sekitar lima hektar di seputar kawasan Hutan Suranadi, Lombok Barat, yang masih termasuk zona kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Rusa itu, kecuali dibeli dengan uang pribadi, juga berupa "hibah" sejumlah pejabat yang kebetulan pindah tugas keluar NTB. (Kompas, 2001-06-06) Potensi Terumbu Karang Kurang Disentuh, Pelanggaran LH Libatkan Aparatur http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=715 Presiden Abdurrahman Wahid mengungkapkan, sampai saat ini masih terjadi pelanggaran ketentuan di bidang lingkungan hidup (LH) dan pelanggaran itu melibatkan aparatur pemerintah. Terhadap pelanggaran itu, Presiden mengatakan, sampai sekarang belum ada teguran nyata. "Teguran itu jangan bersifat politis, yang tidak ada dasarnya," kata Presiden Wahid pada acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Istana Negara, Jakarta, kemarin. Dengan didampingi Menneg LH Sonny Keraf, Menhutbun Marzuki Usman, Ibu Negara Shinta Nuriyah dan mantan Menneg LH Emil Salim, Presiden menegaskan, sebenarnya sampai saat ini sudah ada aturan di bidang pelestarian LH. Namun, karena aparatur pemerintah terlibat dalam penyelewengan, peraturan harus ditegakkan dan pelanggaran harus segera diakhiri. (Media Indonesia, 2001-06-06) Periset Transplantasi Karang Terima Anugerah Terumbu Karang http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=717 Transplantasi atau pencangkokan terumbu karang merupakan upaya rintisan yang baru dilakukan di Indonesia sejak tahun 1998. Selain Sadarun-pengajar dari Universitas Haluoleo, Kendari-memperoleh penghargaan Man and Biosphere (MAB) 2001, hari Selasa (5/6) kemarin Anugerah Terumbu Karang (ATK) untuk bidang penelitian juga diperoleh Ofri Johan SPi MSi yang melakukan penelitian serupa. Mengambil tesis S2 di Program Studi Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Ofri melakukan penelitian tentang Tingkat Keberhasilan Transplantasi Karang Batu di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Selama enam bulan penelitian pada tiga jenis karang batu, yaitu Acropora donei, A formosa, dan A acuminata, terlihat adanya pertambahan karang 0,52 sentimeter per bulan dan pertambahan jumlah tunas 5,6 tunas per bulan. "Fenomena ini menunjukkan bahwa transplantasi karang bisa menjadi salah satu solusi pelestarian terumbu karang," ujar Anugerah Nontji, Direktur Coremap. (Kompas, 2001-06-06) Tujuh Juta Pohon Meranti Ditanam di Sumsel http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=718 Kondisi hutan di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) yang makin kritis dewasa ini membuat pemerintah provinsi setempat berupaya mencari peluang baru dalam hal program pembangunan kehutanan. Dalam kaitan itu, mulai tahun ini di Sumsel akan dilangsungkan penanaman pohon meranti (Shorea spp), yang untuk tahap awal mencapai tujuh juta pohon, tersebar di sejumlah kabupaten seperti Kabupaten Musirawas dan Musibanyuasin. Gubernur Sumatera Selatan Rosihan Arsyad yang dihubungi di Palembang akhir pekan lalu (2/6) mengakui, penanaman pohon meranti berskala besar tersebut merupakan langkah strategis dalam penyelamatan hutan di Sumsel. Sebab, eksploitasi hutan yang cenderung tak terkendali ternyata makin membuat hutan alam di daerah ini kian kritis. (Kompas, 2001-06-06) Hak atas Informasi Lingkungan yang Benar http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=719 Tanyalah pada warga Teluk Buyat, Sulawesi Utara, apakah mereka tahu akibat yang ditimbulkan oleh air yang sudah tercemari merkuri, arsen, sianida, dan timbal? Apakah mereka memperoleh informasi yang betul soal berapa sebetulnya kandungan logam berat berbahaya di perairan yang akrab dengan kehidupan mereka sehari-hari itu? ''Pada awalnya mereka tidak tahu,'' kata Rio Ismail, Deputi Direktur Walhi. Mereka baru tahu setelah dua tahun kemudian mereka merasakan gatal-gatal pada kulit. Setelah ditanya ke sana kemari diperoleh informasi kalau itu karena tailing. Ini contoh bagaimana informasi lingkungan yang seharusnya menjadi hak setiap warga untuk tahu, tapi terabaikan. Kalaupun mereka tahu, pengetahuan tersebut acapkali tidak utuh. Ada celah-celah yang masih disembunyikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Bahkan Walhi sendiri mensinyalir, tak ada satupun perusahaan pertambangan yang memberikan informasi lingkungan yang benar kepada masyarakat sekitarnya. (Republika, 2001-06-06) Kompleksitas Persoalan Lingkungan Semakin Berat http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=721 Kompleksitas persoalan lingkungan semakin berat ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi yang sampai saat ini belum terselesaikan. Masalah yang muncul bukan saja tentang lingkungan hidup dari aspek alamnya-yang semakin berkembang dan kompleks-tetapi juga persoalan pada aspek sosial ekonomi yang terkait dengan dampak menurunnya kualitas lingkungan hidup secara umum.Demikian Menteri Negara Lingkungan Hidup (Menneg LH) Sonny Keraf pada peringatan Hari Lingkungan Hidup di Istana Negara, Jakarta, Selasa (5/6). Dalam acara yang dihadiri Presiden Abdurrahman Wahid ini, pemerintah memberi penghargaan Kalpataru Tahun 2001 kepada perintis lingkungan, pengabdian lingkungan, penyelamat lingkungan, dan pembina lingkungan. (Kompas, 2001-06-06) Korbankan Kawasan Lindung Ibarat Bunuh Diri http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=722 Oleh Saratri Wilonoyudho KAWASAN hutan lindung di Jakarta saat ini tinggal 1.981,80 hektar. Dari kawasan seluas itu, 172,87 hektar berupa kawasan pelestarian alam - baik berupa pulau maupun daratan, 123,17 ha berupa cagar alam, dan selebihnya 1.685,76 ha masuk kawasan lindung seperti hutan di Muara Angke (44,76 ha). Dalam bentuk sempadan sungai (95,75 ha), sempadan pantai (16,20 ha) dan resapan air (645,80 ha). Unsur hutan lindung lainnya ialah penyangga situ atau mata air seluas 32,80 ha, serta kawasan monumental seluas 760,45 ha seperti kawasan Condet. Menurut Kepala Bapedalda, kawasan yang perlu mendapat pengawasan ekstra adalah Muara Angke, Kapuk, Kemayoran, dan Situ Babakan. (Kompas, 2001-06-06) Stop Polusi Udara, Mobil dan Motor Dilarang Masuk Kampus http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=723 Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam (Impala) Universitas Brawijaya (Unibraw), Selasa (5/6) sejak pukul 06.00 sampai 18.00, melarang seluruh kendaraan (mobil dan motor) memasuki areal kampus. Mereka bahkan melarang semua penghuni kampus mengisap rokok. Kegiatan itu ditanggapi pihak rektorat dengan melakukan aksi jalan kaki dari gerbang kampus sampai ke ruang kerja masing-masing. Sejak pukul 06.00, empat pintu masuk ke kampus Unibraw ditutup para mahasiswa. Seluruh dosen, pegawai, dan mahasiswa, dipersilakan memarkir kendaraan di jalan dan sekitar gerbang utama kampus. Tampak Pembantu Rektor (PR) I Prof Dr Yogi Sugito, PR II Prof Dr Mochamad Munir, dan PR III Drs Tjahyanulin Dumai melakukan aksi jalan kaki bersama. (Kompas, 2001-06-06) Di Surabaya, Sampah Pun Dipolitisir http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=724 Gonjang-ganjing politik di negeri ini berdampak terhadap persampahan di Surabaya. Warga Kecamatan Sukolilo memblokir jalan masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Keputih, Sukolilo, dan baru dibuka jika Pemerintah Kota Surabaya menolak digelarnya Sidang Istimewa (SI) MPR Agustus mendatang. Warga Sukolilo yang memblokir jalan masuk ke TPA Keputih, minggu lalu selama dua hari berturut-turut itu, bersedia membuka kembali, jika Wali Kota Sunarto Sumoprawiro bersedia dialog dengan warga setempat. Akibat penutupan jalan menuju TPA, sopir truk sampah milik Dinas Kebersihan Surabaya ketika itu memilih mengembalikan sampah ke tempat penampungan sementara (TPS). (Kompas, 2001-06-06) Pemerintah Kota Tidak Serius Laksanakan Uji Emisi http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=725 Pemerintah Kota Surabaya terkesan tidak serius melaksanakan uji emisi kendaraan bermotor. Pasalnya, uji emisi yang seharusnya dikenakan pada setiap kendaraan itu hanya diwajibkan bagi kendaraan umum saja. Itu pun hasilnya masih sangat meragukan. Meski pada hari Selasa (5/6) Pemerintah Kota melaksanakan uji emisi di kawasan Jalan Gubernur Suryo, namun kegiatan yang dilakukan untuk memperingati hari lingkungan sedunia itu belum menunjukkan keseriusan pemerintah terhadap soal lingkungan. Buktinya, masih banyak kendaraan umum berasap tebal dibiarkan berkeliaran di jalan. Padahal pihak pemerintah, dalam hal ini DLLAJR, mengaku telah melaksanakan uji emisi yang pelaksanaannya bersamaan dengan uji KIR. Sementara kendaraan pribadi malah lebih leluasa mencemari udara karena sama sekali tidak pernah dikenakan uji emisi. (Kompas, 2001-06-06) Limbah Domestik Kesalahan Turun-temurun http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=729 Kelompok pencinta alam Albatross Adventure memperingati Hari Lingkungan Hidup dengan sarasehan pembangunan berwawasan lingkungan dalam otonomi daerah, Selasa kemarin. Pemrasaran dalam acara di pendapa kabupaten itu dari pemerintah daerah, Perum Perhutani KPH Kedu Selatan, dan Forum Komunikasi Hasta Peran Pelaku Lingkungan Hidup (FK HPPLH). Kasubdin Lingkungan Hidup dan Pertambangan Energi Ir Sayogo Yulianto menyatakan saat ini Purworejo menghadapi lima tantangan pembangunan lingkungan hidup. Yakni penyelamatan air dari eksploitasi berlebihan dan pencemaran air tanah dan sungai yang kian meningkat. Pencemaran di daerah itu akibat limbah domestik dan industri rumah tangga. Dia mengemukakan hal itu mungkin kesalahan turun-temurun, karena ada kebiasaan membuang sampah atau bangkai ke kali. (Suara Merdeka, 2001-06-06) Kerja Sama Kelola Sampah, Tunggu Perda http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=731 Rencana kerjasama antara Pemkot dan pihak ketiga untuk mengelola sampah TPA Putri Cempa hingga kini masih menunggu Perda. ''Hingga saat ini rencana kerjasama itu belum ada perkembangan. Kami masih menunggu pembahasan Perda di DPRD. Sebenarnya kami berharap Juni ini bisa kelar tetapi karena sepertinya agenda kerja Dewan sangat padat,'' kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Drs Harsoyo Supodo kemarin. Dikatakan, dengan kerja sama itu sampah yang sudah berumur lima sampai sepuluh tahun dapat diambil dan dimanfaatkan. Sehingga selain Pemkot memperoleh tambahan pendapatan, daya tampung TPA dapat bertambah. Dia mengakui hingga saat ini belum ada hitungan yang pasti tentang daya tampung Putri Cempa. (Suara Merdeka, 2001-06-06) Peringati Hari Lingkungan Hidup 5 Juni, Aktivis Gelar Aksi Buang Sampah di DPRD http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=732 Untuk memperingati hari lingkungan hidup sedunia yang jatuh 5 Juni, sejumlah organisasi lingkungan menggelar aksi demonstrasi di gedung DPRD Surabaya, Selasa (5/6) pagi. Mereka memprotes ketidakmampuan aparat pemerintah dan penegak hukum menangani pencemaran lingkungan yang makin lama makin parah. Menariknya, sekitar 100 aktivis yang mengikuti aksi itu mendatangkan empat perahu karet di gedung dewan. Keempat perahu ini baru saja mereka gunakan untuk bersih-bersih Kali Mas mulai Dinoyo hingga Kayun. Mereka juga membawa karung goni berisi sampah. Karung itu mereka dilemparkan di teras gedung DPRD Surabaya. Karena karung itu tidak diikat, isinya yang terdiri atas sampah sayur-sayuran, buah-buahan, kertas, plastik, dan helm rusak itu berserakan dan menebarkan bau tak sedap. "Ini untuk menunjukan kepada DPRD betapa sampah itu menjinjikkan. Yang kami bawa ini baru sedikit saja, bagaimana dengan timbunan sampah di berbagai kawasan kota yang tidak ditangani Pemkot dengan baik," ujar seorang demonstran. (Surabaya Post, 2001-06-06) Dana Reboisasi Dipungut di Muka http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=697 Menteri Kehutanan Marzuki Usman menyatakan, pemerintah bermaksud membuat ketentuan yang mewajibkan pengusaha kehutanan membayar pungutan kehutanan, seperti Dana Reboisasi (DR), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH), di muka. "Selama ini pengusaha membayar DR dan PSDH dibelakang," ujarnya dalam Pencanangan Gagasan Pembentukan Lembaga Profesional Independen Sektor Kehutanan di Jakarta, Jumat (31/5) malam . Marzuki tidak memastikan kapan ketentuan tersebut mulai diberlakukan. Namun dijelaskan, peraturan pembayaran DR dan PSDH di muka akan ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres). Alasannya, jika melalui Peraturan Pemerintah (PP), proses pembuatannya membutuhkan pembahasan yang panjang. "Dan Keppres kedudukannya lebih tinggi dari Kepmen (Keputusan Menteri)," katanya. (Kompas, 2001-06-05) Peringati Hari Lingkungan, Pejabat dan Warga Masuk Sungai Wain http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=698 Bekerja sama dengan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang lingkungan, Pemerintah Kota Balikpapan mengajak warganya untuk masuk ke Hutan Lindung Sungai Wain, Minggu (10/3) mendatang. Sementara para pejabat Pemerintah Kota Balikpapan akan masuk ke lokasi tersebut pada Rabu besok. Kegiatan ini merupakan bagian dari serangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup, Selasa ini. Sekretaris Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Balikpapan Oemy Facesly di Balikpapan, Senin (4/6), menyatakan, kegiatan itu dimaksudkan untuk memperkenalkan dan meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya kelestarian hutan lindung. (Kompas, 2001-06-05) Penambangan Timah Tak Terkendali, Bangka Belitung di Ambang Kehancuran http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=699 Akibat penambangan timah yang tak terkendali dan lambannya tindakan reklamasi, lingkungan (tanah, air, dan hutan) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekarang ini babak-belur dan berada di ambang kehancuran. Dari 887 kolong (cekungan bekas penambangan timah) yang ada, ternyata juga hanya sebagian kecil yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Satu hal yang juga menarik perhatian adalah sampai sekarang dari ribuan tambang inkonvensional (TI) yang beroperasi di sana serta merusak lingkungan dan menyebabkan pencemaran limbah galian timah, belum satu pun ditindak oleh bupati/wali kota. Dalam jangka panjang hal ini sangat membahayakan dan memperparah kondisi lingkungan di Bangka Belitung. Oleh karena itu, sudah saatnya di provinsi yang baru berdiri ini dibuat peraturan daerah (perda) yang mengatur penataan dan pemanfaatan ruang yang menyeimbangkan aspek ekonomi, lingkungan/konservasi, dan sosial budaya. (Kompas, 2001-06-05) RAMAH LINGKUNGAN http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=700 Seorang nelayan tengah melemparkan jaringnya sejauh mungkin untuk mendapatkan ikan tawes dan mujair yang tersebar di Waduk Selorejo, Malang, Jawa Timur. Selain sederhana, jaring ikan dari bahan senar tersebut juga ramah lingkungan, karena tidak beracun seperti potas maupun setrum yang mematikan ekosistem lainnya. (Kompas, 2001-06-05) Hari Lingkungan di Bandung http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=702 Sekitar 1.000 anak dari berbagai suku bangsa akan berkumpul di balai kota Bandung, Rabu (6/6) besok, untuk bernyanyi memperingati bersama memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Menurut Ketua Panitia Kelompok Anak Indonesia Peduli, Dian Indira, anak-anak tersebut berasal dari berbagai SD baik negeri dan swasta di kota Bandung. "Selain itu juga akan ikut terlibat anak-anak dari sekolah internasional, Bandung International School dan Deutsche Schule," jelasnya, kemarin. Menurut Dian, anak-anak ini akan menyanyikan lagu-lagu bertemakan lingkungan dan kecintaan terhadap tanah air. Acara yang merupakan kerjasama kelompok Anak Indonesia Peduli dengan Pemda Kota Bandung ini akan digelar di Balai Kota Bandung, jalan Wastukencana. (Republika, 2001-06-05) 'Kaji Ulang Amdal Proyek Punclut ' http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=703 Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jabar meminta pemerintah provinsi Jabar melakukan kaji ulang terhadap analisis dampak lingkungan (amdal) proyek Pluncut. Proyek pluncut adalah pengembangan kawasan di daerah resapan air di Pluncut Bandung Utara, untuk kepentingan pemukiman. Amdal proyek Pluncut telah dikeluarkan tahun 1995. ''Ini artinya Amdal tersebut sudah kadaluarsa,'' ujar Direktur Eksekutif Walhi Jabar, Taufan Suranto kepada Republika Senin (4/6). Dikatakannya, Amdal yang dikeluarkan pada tahun 1995 itu tentunya sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi kenyataan di lapangan. (Republika, 2001-06-05) Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=705 INDONESIA terkenal dengan kekayaan sumber alam yang begitu melimpah. Itu dulu. Sekarang, akibat upaya pembangunan yang hanya mengejar aspek ekonomi, kekayaan alam terkuras. Jika keadaan ini dibiarkan, mungkin generasi penerus hanya menikmati sampah, pemanasan global, dan kebocoran lapisan ozon yang mengancam kehidupan. Berita mengenai banjir, tanah longsor, dan kebakaran hutan sudah menjadi menu sarapan pagi. Dengan kondisi lingkungan yang makin memprihatinkan, pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan perlu ditanamkan di benak masyarakat. Konsep pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah menjadi isu utama satu dasawarsa lalu. Lingkungan tidak bisa lepas dari kehidupan. Untuk memenuhi kebutuhan hayati (kebutuhan dasar untuk tetap hidup), manusia memerlukan lingkungan. (Suara Merdeka, 2001-06-05) Pencemaran Timbal, Bencana yang Mengintai Warga Jakarta http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=727 HARI ini, 5 Juni 2001, sekitar 190 negara merayakan peringatan hari lingkungan hidup sedunia. Di Indonesia, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, peringatan hari lingkungan hidup diisi dengan berbagai kegiatan, antara lain sosialisasi pemakaian bensin tanpa timbal (Pb) di seluruh Jakarta dan uji emisi bagi kendaraan bermotor di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Rangkaian kegiatan perayaan hari lingkungan hidup ini juga diisi dengan pemberian penghargaan Kalpataru dan pernyataan anak-anak tentang air dan sampah di Istana Negara, pameran lingkungan hidup di Balai Sidang Senayan mulai 7-10 Juni, dan serangkaian seminar yang bertemakan lingkungan hidup. Dalam rangka hari lingkungan hidup ini, Pemda DKI Jakarta telah memastikan, mulai 1 Juli 2001 ,Jakarta akan bebas bensin bertimbal. Jika pada awal April 2000 kadar timbal se-Jabotabek sekitar 0,5 cc/USG, pada Juli 2001 kadar timbal diperkirakan berkurang menjadi nol. Dan Januari 2003, Indonesia diharapkan bebas timbal. (Suara Pembaruan, 2001-06-05) Konsep Kalpataru, Bukan Hanya Masalah Lingkungan Hidup http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=728 Oleh DJULIANTO SUSANTIO Kalpataru yang dipuja sebagai pohon suci sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Pada masa itu muncul konsep kepercayaan dinamis. Konsep itu menganggap setiap benda, seperti batu, sungai, pohon, tanah, dan air, mempunyai roh atau kekuatan. Maka manusia banyak memuja pohon besar karena mempercayai mempunyai kekuatan gaib. Dalam kaitan peringatan Hari Lingkungan Hidup sedunia hari ini, Selasa (5 Juni 2001), pohon kalpataru sebagai simbol lingkungan hidup hendak dibahas berikut ini. Pohon dalam pemikiran mereka melambangkan alam semesta ini. Akar dan batang pohon melambangkan dunia sekarang yang masih hidup. Sementara ranting dan daun yang menjulang ke angkasa melambangkan dunia para roh suci yang telah meninggal. (Suara Pembaruan, 2001-06-05) Jatim Gagal Raih Kalpataru, Lumajang Juara I NKLH http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=734 Tak satupun penghargaan Kalpataru yang jumlahnya 11 diperoleh Propinsi Jawa Timur pada peringatan hari Lingkungan Hidup sedunia tahun ini. Namun demikian dalam acara di Istana Negara, Selasa (5/6), yang dihadiri Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Propinsi Jatim masih terhibur dengan mendapatkan predikat juara I dalam penyusunan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup (NKLH) Daerah Tingkat II dan melepas seorang warganya menerima Satya Lencana Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup. Gagal mendapatkan penghargaan Kalpataru, Jatim menampilkan kabupaten Lumajang untuk memperoleh NKLH pada tingkat Kabupaten-kota di jajaran pertama dengan nilai 87,21 menyusul dibelaknnya Balikpapan (85,45) dan Medan (75,82). (Surabaya Post, 2001-06-05) Menneg LH Sonny Keraf: Lingkungan Hancur, Daerah Kurang Peduli http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=708 Lingkungan hidup di Indonesia sekarang ini "babak belur" karena pembangunan selama ini lebih mementingkan persoalan (pertumbuhan) ekonomi dan mengabaikan masalah lingkungan dan sosial budaya. Yang memprihatinkan, di era otonomi daerah ini juga banyak pemerintah provinsi/kabupaten/kota tak lagi mempertahankan keberadaan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda).Otonomi daerah sering ditafsirkan sebagai peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), sehingga kepentingan ekonomi mengalahkan kepentingan lingkungan dan sosial budaya. Izin usaha begitu mudah dikeluarkan tanpa terlebih dahu- lu melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Sonny Keraf mengemukakan hal itu saat berbicara dalam lokakarya "Perencanaan Program dan Kelembagaan Lingkungan Hidup Provinsi Kepulauan Bangka Belitung", di Pangkal Pinang, Jumat (1/6). "Menyedihkan sekali, persoalan lingkungan oleh banyak daerah dianggap persoalan yang marginal, tak begitu penting, sehingga keberadaan Bapedalda dianggap tak perlu. Cukup menjadi subbagian, tidak menjadi badan tersendiri," tambah Keraf. (Kompas, 2001-06-02) Data Potensi Hutan di Irja Tidak Akurat http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=709 Data mengenai potensi hutan di Irian Jaya (Irja) tidak akurat. Data tersebut adalah data tahun 1982, sehingga tidak cocok lagi digunakan sebagai patokan dalam menentukan kebijakan pengelolaan hutan pada masa otonomi daerah. Dalam waktu dekat kondisi hutan di Irja akan ditata ulang, termasuk luas areal yang dikelola pengusaha. Dengan demikian, setiap daerah kabupaten tahu secara tepat berapa potensi hutan di daerahnya. Demikian dikatakan Kepala Dinas Kehutanan Irja Ir Rajaar, di Jayapura, Jumat (1/6). Data potensi hutan yang digunakan di daerah itu sampai hari ini dikumpulkan tahun 1982, sehingga sudah tidak cocok lagi dijadikan tolok ukur dalam mengambil kebijakan mengenai pengelolaan hutan, pengukuran potensi hutan, pemetaan hutan lindung, hutan produksi, kawasan suaka alam, hutan konversi, kawasan perairan, dan hutan hak ulayat. (Kompas, 2001-06-02) "Sawmill" Liar Sebaiknya Diputihkan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=684 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jambi mengusulkan agar 200-an industri perkayuan atau sawmill yang beroperasi secara liar di daerah ini diputihkan. Tujuannya agar pemerintah punya akses untuk melakukan pembinaan, kontrol dan pengawasan, baik kebutuhan bahan baku maupun bahan bakar minyak (BBM) khususnya solar. Ketua Komisi D (Pembangunan dan Perhubungan) DPRD Ismet Kahar didampingi anggota komisi Najmi Qodir mengemukakan hal itu Kamis (30/5). "Saat ini sawmill illegal tersebut memperoleh solar dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum (SPBU) dengan cara mengumpulkan dari masyarakat (pedagang kecil) atau membeli dengan jiriken dan drum," kata Ismet. Ia bersama anggota Komisi D lainnya, Pertamina Depot Jambi dan Hiswana Migas dua hari lalu melakukan peninjauan distribusi dan persediaan BBM di lapangan. (Kompas, 2001-06-01) --------------------------------------------------------------------- Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id