Daftar berita terlampir: * Prioritaskan Konservasi Keanekaragaman Hayati (2001-06-08) * Anak-anak Prihatinkan Lingkungan (2001-06-08) * Agar Persoalan Limbah Teratasi Aturan Lingkungan Seharusnya lebih Lentur (2001-06-08) * Dipersoalkan, Publikasi Pencemaran Lingkungan di Sulut (2001-06-08) * Necar 5, Mobil Ramah Lingkungan (2001-06-08) * TOLAK LIMBAH IMPOR (2001-06-08) * Balai Hanya Uji Ketebalan Asap (2001-06-08) * Sonny Tetap Libatkan LSM dalam Penyelesaian Masalah LH (2001-06-07) * Kerusakan Hutan Justru akibat Program Pembangunan Pemerintah (2001-06-07) * Lingkungan Buruk, Salah Siapa? (2001-06-07) * Slamet Riadi, Penangkar Ular Berbisa (2001-06-07) * Penataan Kota Harus Cerminkan Aspirasi Masyarakat (2001-06-07) TerraNet: Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan http://www.terranet.or.id ================================================================ Prioritaskan Konservasi Keanekaragaman Hayati http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=749 Konservasi keanekaragaman hayati harus menjadi perhatian dan isu yang terus didengungkan. Sebab, hutan dataran rendah di tiga pulau utama, yakni Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi akan habis pada tahun 2010. Hutan dataran rendah ini merupakan hutan tropis yang sangat kaya akan keanekaragaman hayatinya. Dikhawatirkan, dengan berkurangnya areal hutan dataran rendah, maka laju pengurangan areal hutan lainnya juga akan semakin cepat."Kondisi hutan seperti itu tentunya harus kita tanggapi dengan suatu tindakan penyelamatan yang sangat segera. Kita tidak punya waktu dan kesempatan untuk menunda-nunda. Kunci dari semua itu adalah kepedulian dari semua lapisan, baik pemerintah sebagai pengambil keputusan, politisi, peneliti, para pendidik-mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi-dan masyarakat luas," demikian ditegaskan Deputi Ketua Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr H Endang Sukara di Bogor hari Rabu (6/6), dalam sambutannya sekaligus membuka Simposium dan Seminar Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Gunung Halimun. Kegiatan yang berlangsung dua hari ini akan membahas kekayaan keanekaragaman hayati, khususnya yang terdapat di Taman Nasional (TN) Gunung Halimun. (Kompas, 2001-06-08) Anak-anak Prihatinkan Lingkungan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=750 Sekitar seribu anak dari 43 sekolah dasar di Kotamadya Bandung, termasuk anak-anak dari Deutsche Schule dan Bandung Internasional School, mengingatkan bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Bandung, untuk secara bersama-sama menyelematkan kehidupan dari berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Suara seribu anak-anak ini diperdengarkan melalui lagu-lagu dalam aubade memperingati Hari Lingkungan Hidup di Plaza Balaikota Bandung, Rabu (6/6). Dalam acara tersebut anak-anak itu di antaranya menyanyikan lagu berjudul Jadikan Bandung Hijau dan Berbunga, Planet Bumi Rumah, Bukalah Hati, dan Open Minds. Lagu-lagu itu karangan Anna Maria WG. (Kompas, 2001-06-08) Agar Persoalan Limbah Teratasi Aturan Lingkungan Seharusnya lebih Lentur http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=751 Persoalan lingkungan hidup yang berkaitan dengan perusahaan-perusahaan penghasil limbah sering terabaikan. Bahkan aturan-aturan yang ditetapkan pemerintah untuk melindungi lingkungan hidup dari bahaya limbah nyaris tak ada perusahaan yang mengikutinya. Menurut pakar lingkungan Universitas Padjajaran Prof Otto Soemarwoto, ini disebabkan karena kebijakan yang diterapkan pemerintah soal lingkungan tidak lentur. ''Seharusnya pemerintah memberi kelenturan kepada perusahaan untuk memilih teknologi (pengolahan lingkungan) yang mana yang paling cocok buat mereka,'' ungkap Otto dalam makalah orasi ilmiah yang dibacakan pada penganugerahan ISO 14001 PT Sigma Utama di Jakarta Rabu malam. (Republika, 2001-06-08) Dipersoalkan, Publikasi Pencemaran Lingkungan di Sulut http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=752 Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara Nico Pesik menilai publikasi tentang pencemaran lingkungan di Sulawesi Utara (Sulut), khususnya pencemaran limbah merkuri dari pertambangan emas, terlalu melebar. Ditemui seusai menyelenggarakan konsultasi dengan Badan Pengelola Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Manado Bitung, Kamis (7/6), Nico Pesik mengatakan, publikasi pencemaran lingkungan akibat merkuri yang terlalu berlebihan dapat mengguncang dan memporak-porandakan bangunan sektor pariwisata Sulut. (Kompas, 2001-06-08) Necar 5, Mobil Ramah Lingkungan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=753 DUNIA otomotif kini tidak hanya ditantang untuk menghasilkan mobil yang aman bagi pengendara maupun penumpangnya, tetapi juga aman bagi manusia dan alam sekitar. Kesadaran ini muncul setelah melihat pencemaran lingkungan yang kian buruk akibat asap kendaraan bermotor. Partikel-partikel timah hitam yang disemprotkan lewat gas buang dan siap disedot oleh siapa saja dan alam, bukan mustahil suatu saat akan menjadi "pembunuh" manusia.SEKITAR tahun 1990-an, para ilmuwan yang bergerak di bidang otomotif mulai "mengimpikan" hadirnya kendaraan yang ramah lingkungan. Impian ini didasarkan pada kenyataan bahwa mobil-mobil yang lalu lalang di jalan-jalan ternyata banyak menimbulkan polusi udara. Amat diharapkan impian itu bisa terwujud sesegera mungkin, bahkan kalau bisa kendaraan yang ramah lingkungan itu sudah muncul tahun 2004. (Kompas, 2001-06-08) TOLAK LIMBAH IMPOR http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=755 Sekitar seratus pemulung yang tergabung dalam Ikatan Pemulung Indonesia, Kamis (7/6), berunjuk rasa di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta menolak masuknya limbah impor. Menurut mereka, hal itu hanya menguntungkan pengusaha. Unjuk rasa ini juga diikuti ibu-ibu yang membawa serta anak-anaknya yang masih berusia di bawah lima tahun. (Kompas, 2001-06-08) Balai Hanya Uji Ketebalan Asap http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=757 Balai Pengujian Kendaraan Bermotor (BPKB) Surabaya, Jawa Timur sebagai lembaga resmi pemerintah yang memiliki otoritas penuh atas kelaikan kendaraan bermotor, termasuk uji emisi gas buangan untuk menekan pencemaran udara, justru tidak melakukan pengujian secara cermat dan detail mengenai gas buangan dari kendaraan bermotor. "Selama ini kami hanya melakukan uji ketebalan asap dari kendaraan bermotor berbahan bakar solar dengan menggunakan alat uji emisi smoke tester. Sesuai standarisasi batas toleransi dari ketebalan asap tidak boleh lebih dari 50 persen," ujar Rawi Nursalim, Petugas Sub Seksi Perawatan dan Pemeliharaan Balai Pengujian Kendaraan Bermotor (BPKB), di Margomulyo, Surabaya ketika dihubungi Kompas, hari Kamis (7/6). (Kompas, 2001-06-08) Sonny Tetap Libatkan LSM dalam Penyelesaian Masalah LH http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=735 Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bapedal Sonny Keraf menegaskan akan tetap melibatkan kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam penyelesaian masalah lingkungan. "Kita tidak boleh menyepelekan data LSM tidak memiliki dasar yang kuat. Jadi harus ada keseimbangan dengan penelitian dari perusahaan," ujarnya di Jakarta, kemarin. Keterlibatan masyarakat dalam penyelesaian masalah lingkungan, lanjut Sonny, sangat penting. "Siapa yang menjamin data yang diberikan perusahaan objektif dan paling benar. Dan, saya tidak mau ada anggapan Bapedal sudah didominasi pihak perusahaan," ujarnya. (Media Indonesia, 2001-06-07) Kerusakan Hutan Justru akibat Program Pembangunan Pemerintah http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=739 Pendapat secara umum selama ini menyimpulkan bahwa penebangan liar, kebakaran hutan, perladangan berpindah, perambahan hutan, serta konversi hutan diduga sebagai penyebab deforestasi dan degradasi (penciutan) kawasan hutan. Namun, Bank Dunia (1994) justru melihat sebaliknya, bahwa 67 persen deforestasi hutan di Indonesia justru diakibatkan program pembangunan yang disponsori pemerintah sendiri, seperti transmigrasi dan pembukaan lahan perkebunan besar-besaran, termasuk proyek lahan gambut sejuta hektar di Kalimantan Tengah. Pengamat ekonomi kehutanan/lingkungan Transtoto Handadhari mengemukakan hal tersebut di Banjarmasin hari Selasa (5/6). "Terserah masyarakat menilainya, mana yang benar. Namun, yang pasti kondisi hutan kita sudah sangat mengkhawatirkan, yang perlu rehabilitasi segera," katanya. (Kompas, 2001-06-07) Lingkungan Buruk, Salah Siapa? http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=743 SATU tahun lalu, Pemerintah Kota Surabaya memasang stasiun pemantau kualitas udara di lima lokasi. Lima unit alat pemantau yang merupakan grant (hibah) dari Pemerintah Austria dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) tersebut nilainya enam juta dollar AS atau sekitar Rp 4,2 milyar, ketika itu. Sedangkan biaya perawatannya setiap tahun butuh Rp 500 juta. Pemasangan alat pemantau kualitas udara ini untuk mendeteksi PM-10 (golongan perocrystal), SO2 (sulfur dioksida), CO (karbon monoksida), O3 (ozon) dan NO2 (nitrogen dioksida). Alat ini pun dijanjikan bekerja secara kontinu, karena berdasarkan hasil penelitian, kualitas udara di Surabaya sudah sangat buruk. Sumber pencemar bergerak yang potensial adalah kendaraan bermotor, yang memproduksi gas buang dari proses pembakaran bahan bakar. (Kompas, 2001-06-07) Slamet Riadi, Penangkar Ular Berbisa http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=744 INI bukan kisah Nagin, Misteri Ular Betina, tetapi cerita seorang pencinta, penangkar sekaligus pawang ular berbisa, Slamet Riadi (49), yang sehari-hari dipanggil "Mbah Jenggot" lantaran jenggotnya yang dibiarkan tumbuh memanjang dengan rambut kepala di kuncir ke belakang. Malam itu, Sabtu (28/4), Mbah Jenggot tengah bercanda dengan seekor ular kobra miliknya yang diberi nama "Sang Kaisar" dalam sebuah acara show di pasar malam buka-giling PG Merican, Kediri. Hanya dengan gerakan jari telunjuknya, ular itu disuruhnya menari-nari sambil mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Sesekali ular betina itu melebarkan lehernya seraya mendesis, mirip adegan dalam film Nagin di televisi swasta. (Kompas, 2001-06-07) Penataan Kota Harus Cerminkan Aspirasi Masyarakat http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=760 Penataan perkotaan terutama di daerah Jakarta, harus mampu mencerminkan aspirasi masyarakat. Pemerintah, dalam hal ini Pemda DKI, supaya menjalankan fungsinya sebagai public servant (pelayan masyarakat) yang mampu merumuskan pembangunan dengan bertumpu pada demokrasi. Hal itu dikemukakan Director Institute of Transformation Studies (Intran) DR Harry Azhar Aziz kepada Pembaruan seusai seminar sehari ”Reformasi Kebijakan Perkotaan dalam Era Desentralisasi” di Jakarta, Selasa (5/6). (Suara Pembaruan, 2001-06-07) --------------------------------------------------------------------- Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id