Daftar berita terlampir:
* Dilema Premium tanpa Timbal
* Harga Tetap Rp 1.450 per Liter, Jakarta Bebas Bensin Bertimbal
* BBM Tanpa Timbel Daerah Segera Menyusul
* Dukung Pemanfaatan SDA dengan Teknologi yang Tepat
* Udara Jakarta Akhirnya Bebas dari Timbel
* Pembangunan Kota Tak Seragam 
* Pertamina Alokasikan 250 Juta Dolar untuk Program Bensin tanpa Timbal
* Taman Safari Diminta Kelola Taman Satwa Taru Jurug
* Jakarta Bebas Bensin Bertimbal
* 'Jangan Tutup Tambang Ombilin!'
* Walhi Jateng Tolak Perubahan Status Perhutani
* Waspada, Sungai Musi Pun Bisa "Bangkrut" 
* Gubernur Keluarkan Rekomendasi Dua HPH
* Mengaku Sonny Keraf, Dapat Rp 500 Juta
* Temuan Asli Indonesia Mudah `Dicuri` Patennya
* Setengah Pendapatan HPH untuk Negara
* Berdayakan Masyarakat Sekitar Hutan, Perhutani Panen Perdana Cabe Rawit
* 1 Juli, Bensin Tanpa Timbal di Jabotabek, Mobil ’86 ke atas Tak Masalah 
* 'Kalau Berani Tebang, Berani Tanam'
* Dana Reboisasi Digunakan untuk Anggaran Rutin
* Jatim Dijatah Rp 19 Miliar, Reboisasi Mangrove Rp 300-500 Juta


Kliping tematik lainnya dapat diperoleh di
http://www.terranet.or.id/terramilis.php
http://www.terranet.or.id/berita.php

TerraNet: Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
http://www.terranet.or.id
================================================================



Dilema Premium tanpa Timbal
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1033
Oleh S Ranie, Pemerhati masalah lingkungan 

PEMERINTAH akhirnya memberlakukan penyesuaian (baca kenaikan) harga bahan bakar minyak 
(BBM) rata-rata 30% mulai Sabtu, 16 Juni 2001, setelah sebelumnya sempat menunda 
kenaikan tersebut, yang semula direncanakan berlaku mulai hari Jumat tanggal 15 Juni 
2001. Sikap pemerintah yang terkesan main-main ini sempat memicu kemarahan sebagian 
kelompok masyarakat dan para mahasiswa. Walaupun sebagian lainnya menganggap 
penyesuaian tersebut memang diperlukan. Khususnya untuk mengurangi subsidi BBM secara 
bertahap, yang disadari selama ini telah menjadi penyebab dari praktik-praktik 
penyimpangan peruntukan subsidi dari rakyat kecil ke kalangan industri. Juga menjadi 
penyebab terjadinya penyelundupan BBM ke negara tetangga karena disparitas harga yang 
terlalu mencolok antara harga BBM lokal dan harga BBM internasional. 

Harga bensin premium yang semula Rp 1.150 menjadi Rp 1.450, minyak tanah dari Rp 350 
menjadi Rp 400, dan seterusnya. Kenaikan harga BBM ini secara otomatis memicu kenaikan 
harga semua barang dan jasa lainnya tanpa terkecuali. Dan, mulai hari-hari belakangan 
ini efek berantainya sudah terasa di segala sendi kehidupan masyarakat tanpa 
terkecuali. 
(Media Indonesia, 2001-07-02)



Harga Tetap Rp 1.450 per Liter, Jakarta Bebas Bensin Bertimbal
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1034
Penghapusan bensin bertimbal di Jakarta mulai direalisasikan. Peluncuran bensin tanpa 
timbal dilakukan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro dengan 
disaksikan Menteri Negara Lingkungan Hidup Sonny Keraf, Gubernur DKI Sutiyoso, dan 
Dirut Pertamina Baihaki Hakim di Balai Kota, kemarin. 
Sonny Keraf membantah apabila ada kalangan masyarakat menganggap harga bensin tanpa 
timbal lebih mahal dari premium. "Harganya tetap Rp 1.450 per liter," kata Sonny. 

Lebih jauh Sonny mengatakan, perjuangan agar Indonesia menggunakan bensin tanpa timbal 
sebenarnya sudah dirintis sejak 10 tahun silam. Sehingga, terlaksananya peluncuran 
perdana bensin tanpa timbal (premium TT dan premix TT) kemarin, merupakan prestasi 
kecil yang bisa berbicara banyak di sektor lingkungan. 
(Media Indonesia, 2001-07-02)



BBM Tanpa Timbel Daerah Segera Menyusul
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1037
Daya dukung jalan sudah tak lagi mampu menampung kendaraan di Jakarta. Kemacetan yang 
terjadi sepanjang hari menyebabkan polusi udara yang menyesakkan. Tidak terlalu salah 
bila Ibu Kota, saat ini tercatat sebagai kota ketiga terburuk dalam soal polusi udara 
setelah Mexico dan Bangkok.

Kondisi ini yang akhirnya melahirkan kebijakan agar bahan bakar minyak (BBM), terutama 
premium dan premix yang dijual di Jakarta, dilarang jika ketahuan mengandung timbel. 
Secara resmi pencanangan BBM tak bertimbel itu dilakukan oleh Menteri Energi dan 
Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Minggu ''Kita harus mengembalikan kebersihan 
udara sesuai dengan program langit biru.''
(Suara Merdeka, 2001-07-02)



Dukung Pemanfaatan SDA dengan Teknologi yang Tepat
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1038
Pemanfaatan sumber daya alam (SDA) tidak bisa dilihat hanya dari segi eksploitasi 
maksimal, tetapi harus dilakukan dengan pendekatan untuk memperoleh hasil optimum 
sebagai kombinasi tingkat kebutuhan masyarakat, siklus ketersediaan, dan nilai ekonomi 
SDA itu sendiri. Untuk itu, perlu ada perhitungan terhadap manfaat dari ketersediaan 
SDA (natural resources accounting/NRA), sebagai panduan untuk merencanakan dan 
mengukur kinerja pengelolaannya secara berkelanjutan. Pemanfaatan SDA, sepatutnya juga 
didukung oleh teknologi yang tepat. 

Deputi Kepala Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) Badan Pengkajian 
dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr Ir Bambang Setiadi mengemukakan hal tersebut, dalam 
jumpa pers menjelang Konferensi Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan (ESDAL) 2001, 
Jumat (29/6) di Jakarta.
(Kompas, 2001-07-02)



Udara Jakarta Akhirnya Bebas dari Timbel
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1041
Setelah diperjuangkan selama 10 tahun, udara di Kota Jakarta akhirnya bisa terbebas 
dari timbel yang berasal dari kendaraan bermotor berbahan bakar bensin. Sebab, 
terhitung mulai 1 Juli 2001, seluruh stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) 
yang ada di wilayah Jakarta dan sekitarnya akan menjual premium tanpa timbel 
(TT).Menurut data Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), sebenarnya sudah tidak 
ada lagi kolong yang aman dari timbel yang merupakan neurotoksin racun yang dapat 
merusak saraf pertumbuhan otak anak, mengganggu fungsi ginjal, saluran pencernaan, 
sistem saraf pada remaja, menurunkan fertilitas dan menyebabkan aborsi spontan. Kini, 
sedikitnya 2,5 juta knalpot kendaraan membuang 600 ton polutan timbel per tahun.

Peluncuran produk premium TT dilakukan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo 
Yusgiantoro di Balaikota Jakarta, Minggu (1/7). Hadir dalam acara itu Menteri Negara 
Lingkungan Hidup (Menneg LH) Sonny Keraf, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, dan Direktur 
Utama Pertamina Baihaki Hakim.
(Kompas, 2001-07-02)



Pembangunan Kota Tak Seragam 
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1042
Pengembangan konsep kebijakan pembangunan perkotaan, mengacu pada perubahan paradigma 
yang mendasar dalam era ini, dan berbeda dengan cara pandang pada masa sebelumnya. Ada 
beberapa faktor perubahan paradigma yang menjadi acuan.

Menurut Direktur Bina Teknik, Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan Departemen 
Pemukiman Prasarana Wilayah (Kimpraswil) yang diwakili Kepala Subdit Penyiapan 
Kebijaksanaan dan Strategi, Ir Andreas Suhono MSc pada semi loka dua hari di PDAM, 
Sala, pembangunan perkotaan akan ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pasar (demand 
and market driven).

Peran dan fungsi pemerintah, diutamakan pada penciptaan lingkungan dan iklim yang 
kondusif, melalui fasilitas dan stimulasi bagi tumbuhnya kemandirian lokal.Pembangunan 
perkotaan, katanya, tidak akan dilaksakan secara seragam. Tetapi disesuaikan kebutuhan 
dan budaya masyarakat lokal. Sehingga akan menampakkan citra dan identitas daerah.
(Suara Merdeka, 2001-07-02)



Pertamina Alokasikan 250 Juta Dolar untuk Program Bensin tanpa Timbal
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1043
Untuk menyukseskan program bensin tanpa timbal yang ramah lingkungan di seluruh 
Indonesia, Pertamina membutuhkan dana sampai 250 juta dolar AS. 

Sebuah bank Jepang telah menyatakan kesediaannya untuk membiayai proyek tersebut yang 
dalam waktu dekat akan terealisasi.

Direktur Utama Pertamina Baihaki H Hakim mengungkapkan hal tersebut di sela peluncuran 
perdana produk bensin tanpa timbal Premium TT di kantor Gubernur DKI Jakarta, kemarin. 
Peluncuran tersebut dihadiri Gubernur DKI Sutiyoso, Menteri Kependudukan dan 
Lingkungan Hidup Sony Keraf, dan Menteri Energi dan SDM Purnomo Yusgiantoro. 

Peluncuran ini merupakan bukti komitmen pemerintah dalam Program Langit Biru secara 
bertahap yang dicanangkan sejak 16 Januari 1998.
Menurut Baihaki, realisasi proyek ini dan kapan kucuran dana itu akan datang, 
tergantung pada proposal yang diajukan Pertamina. "Bola sekarang dipegang Pertamina," 
katanya. Maksudnya, Pertamina tinggal mengajukan proyek mana yang akan dijalankan.
(Republika, 2001-07-02)



Taman Safari Diminta Kelola Taman Satwa Taru Jurug
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1044
SIAPA sangka kalau lahan sekitar 140 hektar yang kini dijadikan Taman Safari Indonesia 
(TSI), dulu punya catatan kelam. Lahan yang berlokasi di Desa Cibeureum, Kecamatan 
Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu, konon dulu merupakan tempat pembuangan jin 
(mahluk halus).

Bahkan menurut salah satu Direktur TSI, Drs Jansen Manangsang MSc, pada masa 
pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) daerah tersebut menjadi 
ajang pembunuhan. ''Jadi, lahan ini dulu bukan hanya sebagai tempat pembuangan jin, 
tetapi juga menjadi tempat pembunuhan massa DI/TII. Karena itu desa ini bernama 
Cibeureum. Beureum artinya merah,'' kata dia kepada Suara Merdeka di sela-sela 
menerima kunjungan Komisi A dan B DPRD Surakarta, Jumat (29/1) lalu.
(Suara Merdeka, 2001-07-02)



Jakarta Bebas Bensin Bertimbal
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1045
Untuk mengurangi pencemaran udara di Jakarta akibat asap kendaraan bermotor, 
pemerintah akhirnya menetapkan kawasan Jakarta dan sekitarnya bebas bensin bertimbal. 
Untuk mendukung program tersebut, Pemprov DKI Jakarta mendapat subsidi harga BBM tanpa 
timbal sebesar Rp 300 miliar per tahunnya.

Demikian dikemukakan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro dan 
Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Sony Keraf dalam acara peresmian pemakaian 
bensin tanpa timbal, Ahad (1/7) pagi yang juga dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta, 
Sutiyoso.

Berkaitan dengan hal itu, Kepala Seksi Peran Masyarakat Bapedalda DKI Jakarta, Tiur 
Maida, mengatakan Jakarta membutuhkan sekitar 800 ribu liter bensin tanpa timbal per 
hari. Harga bensin tanpa timbal ditetapkan sama dengan harga bensin premium yang Rp 
1.450 per liter.
(Republika, 2001-07-02)



'Jangan Tutup Tambang Ombilin!'
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1049
Tambang batubara Ombilin di Sawahlunto, terancam ditutup. Namun berbagai kalangan 
meminta itu tidak dilakukan. PT Bukit Asam sendiri, berusaha keras untuk memenuhi 
tuntutan itu, asal produksinya tetap dibeli oleh kosumen utama, yaitu PT Semen Padang 
dan PLN (Persero). Sementara walikota Sawahlunto, menyatakan, penutupan tambang 
Ombilin tidak baik bagi perkembangan kota, meski tambang bukan segala-galanya.

PT Semen Padang dan PLN, sendiri menyatakan sikapnya tetap komit akan membeli batubara 
dari PTBA Unit Produksi (UPO) Ombilin, terutama setelah 2004, ketika tambang dalam 
mulai berproduksi. Namun, kedua BUMN itu, meminta agar PTBA menjamin pasokan dan 
dengan harga yang wajar.
(Republika, 2001-07-02)



Walhi Jateng Tolak Perubahan Status Perhutani
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1048
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Dewan Eksekutif Jateng mendesak DPRD Jateng 
untuk menolak PP No. 14 tahun 2001 tentang perubahan status Perhutani yang semula 
berbentuk Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Penolakan 
ini disampaikan Walhi dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi A, B, dan D DPRD 
Jateng, Jumat (29/6). 

"Sekali lagi kami menegaskan bahwa perubahan status Perhutani dari Perum menjadi 
Persero hanya akan menambah tingkat kerusakan hutan saja," kata Direktur Eksekutif 
Walhi Jateng, Abdurrahim Mandanganu. 
(Koran Tempo, 2001-06-30)



Waspada, Sungai Musi Pun Bisa "Bangkrut" 
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1013
SUNGAI Musi akan bangkrut dan jatuh pailit? Ah, yang benar saja. Masak sungai bisa 
mirip badan usaha. Akan tetapi, peringatan bahwa Sungai Musi bakal terancam bangkrut 
bukan sekadar main-main. Namun, justru diucapkan serius Gubernur Sumatera Selatan 
Rosihan Arsyad dalam suatu diskusi bertopik "Masa Depan Sungai Musi" awal Juni 2001.
"Semua pihak, saya minta peduli dengan Sungai Musi. Sungai kebanggaan warga Sumsel itu 
dewasa ini di ambang 'bangkrut' dalam hal potensi sumber daya alamnya. Untuk itu 
diharapkan partisipasi semua pihak melakukan antisipasi dan pro-aktif menyelamatkan 
sungai ini," tegas Rosihan.
(Kompas, 2001-06-29)



Gubernur Keluarkan Rekomendasi Dua HPH
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1016
Meskipun puluhan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang tergabung dalam Aliansi Meratus 
tetap menolak kehadiran pengusaha Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di kawasan Hutan Lindung 
Pegunungan Meratus (HLPM), namun Gubernur Kalimantan Selatan Sjachriel Darham tetap 
menerbitkan rekomendasi untuk dua pemegang HPH tersebut, yaitu PT Kodeco Timber (KT) 
dan PT Karimer Inti Mulia (KIM). Kedua perusahaan ini dicadangkan areal masing-masing 
40.000 hektar (PT KIM) berlokasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara), dan 43.000 hektar 
(KT) berlokasi di Kabupaten Kota Baru. 

Namun, izin prinsip Gubernur ini baru akan mendapat izin resmi HPH bila kedua 
pengusaha ini memenuhi syarat, yakni adanya rekomendasi bupati/ wali kota di mana 
areal itu berada, analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), proposal kerja untuk 
lima tahun pertama ke depan, dan peta wilayah yang jelas.
(Kompas, 2001-06-29)



Mengaku Sonny Keraf, Dapat Rp 500 Juta
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1020
BERAGAM cara dan muslihat dilakukan para penipu. Mereka tak segan-segan memanfaatkan 
nama seorang menteri, bahkan menjual nama Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. 
Di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) kemarin digelar sidang dua perkara 
penipuan dengan modus mengaku-ngaku sebagai pejabat. Jumlah rupiah yang mereka raup 
tak tanggung-tanggung, bernilai ratusan juta rupiah. 

Samsuar bin Saptiar alias Iwan Setiawan alias Suardi, 31, tidak memiliki kemiripan 
sedikit pun dengan Menteri Negara Lingkungan Hidup Sonny Keraf. Tapi orang percaya 
ketika ia memakai nama Sonny Keraf. 
(Media Indonesia, 2001-06-29)



Temuan Asli Indonesia Mudah `Dicuri` Patennya
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1022
Indonesia tidak memiliki daftar inventaris temuan asli Indonesia sehingga bisa dengan 
mudah `dicuri` patennya oleh negara lain. 
Hal ini diungkapkan oleh Asisten Deputi Pendayagunaan Hak atas Kekayaan Intelektual 
(HaKI) dan Standarisasi, Drs Chandra Manan Mangan, Msi, di kantor Ristek, kemarin di 
Jakarta. 

"Kita tidak pernah memiliki daftar inventarisasi apa saja yang menjadi temuan 
Indonesia," katanya. Temuan ini mulai dari arsitektur tradisional, tanaman obat, 
hingga tenun, tarian, seni ukir, atau pahat. 
(Media Indonesia, 2001-06-29)



Setengah Pendapatan HPH untuk Negara
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1024
Setengah pendapatan perusahaan HPH (hak pengusahaan hutan) untuk menyetor ke kas 
negara. Gambaran seperti itu muncul setelah perusahaan HPH PT Dalek Hutani Esa 
menggelar ekspose di Jakarta, Kamis (28/6). Tercatat setoran uang pada negara dari 
perusahaan yang berlokasi di Jambi itu lebih besar ketimbang laba perusahaan.

Menurut Dirut PT Dalek Hutani Esa Hidayat Zakaria, setoran perusahaan pada negara 
terus meningkat sementara laba perusahaan tak meningkat secara signifikan. Pada 1998, 
misalnya, PT Dalek yang mengusahakan hutan seluas 52.080 hektar menyetor kewajiban 
pada negara hingga Rp 2,88 miliar sedangkan laba bersih perusahaan setelah pajak hanya 
Rp 702 juta. Setoran negara mencapai 24,17 persen dari total pendapatan perusahaan 
sebesar Rp 12 miliar sedangkan laba perusahaan hanya 5,85 dari total pendapatan.
(Republika, 2001-06-29)



Berdayakan Masyarakat Sekitar Hutan, Perhutani Panen Perdana Cabe Rawit
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1027
Perum Perhutani belakangan ini tidak hanya mengandalkan produksi kayu belaka, tapi 
juga melirik usaha lain. Apalagi usaha perkayuan kenyataannya kurang begitu 
menguntungkan bagi masyarakat sekitar hutan kayu yang dikelola Perhutani.

''Perhutani sekarang lebih mementingkan kerjasama dengan masyarakat sekitar. Artinya, 
masyarakat yang ada disekitar hutan diberdayakan supaya mereka lebih memelihara dan 
mencintai hutan di sekitarnya,'' kata Direktur Produksi Perum Perhutani Ir. Priyono 
Sumarno saat menghadiri acara panen perdana cabe rawit di Blok Kacapiring Luhurlangit 
Desa Purwarahayu, Kecamatan Taraju, Tasikmalaya, Rabu (27/6).
(Republika, 2001-06-29)



1 Juli, Bensin Tanpa Timbal di Jabotabek, Mobil ’86 ke atas Tak Masalah 
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1051
Prof Wigie Ruslan: Tidak Banyak Mempengaruhi Kendaraan 

Program penggunaan bensin tanpa timbal akan mulai diterapkan di Jakarta, Bogor, 
Tangerang, Bekasi (Jabotabek), Cianjur dan Cirebon pada 1 Juli 2001. Program tersebut 
akan diperluas di seluruh Pulau Jawa pada 2002 dan kawasan Indonesia lainnya pada 
2003. 

Demikian dikatakan Deputi Pemasaran Dalam Negeri Pertamina, Muchsin Bahar kepada 
Pembaruan di Anyer, Jumat (29/6).

Menanggapi program tersebut, pengamat otomotif Prof Dr Ir Wigie Ruslan kepada 
Pembaruan di Jakarta, Jumat, mengatakan, penggantian bahan bakar tidak banyak 
mempengaruhi kendaraan selain dudukan seluran katup buangnya. Namun menurut 
penelitian, rata-rata mobil Jepang buatan tahun 1986 ke atas sudah dirancang 
menggunakan bahan bakar tanpa timbal. Sementara mobil Eropa bervariasi tergantung 
merek, rata-rata buatan tahun 1990 ke atas.
(Suara Pembaruan, 2001-06-29)



'Kalau Berani Tebang, Berani Tanam'
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1029
Menteri Kehutanan Marzuki Usman, dikritik banyak pihak dalam mengelola 'dunia 
kehutanan'. Dari kritik atas rencananya yang akan menerapkan setoran dana reboisasi 
tiga tahun di muka, sampai anggapan ketidakmampuannya dalam bidang kehutanan. 
(Koran Tempo, 2001-06-28)



Dana Reboisasi Digunakan untuk Anggaran Rutin
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1030
DPR dan pemerintah harus membahas lebih lanjut tentang penggunaan dana reboisasi (DR) 
dalam APBN. 

Menurut menurut UU No. 41/1999 tentang Kehutanan, DR harus digunakan untuk kegiatan 
reboisasi dan rehabilitasi, serta kegiatan penunjangnya. Bahkan dalam Rancangan 
Peraturan Pemerintah (RPP) DR yang saat ini dalam proses pengesahan juga menegaskan 
hal serupa. 

Ketua Sub Komisi III DPR Bidang Kehutanan Fachri Andi Leluasa mengakui, penggunaan DR 
dalam anggaran rutin Dephut di APBN memang telah diatur dalam PP No. 73/1997 tentang 
penggunaan DR. Tujuannya, untuk menalangi anggaran rutin Dephut. Namun, agar 
penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan untuk kegiatan kehutanan, penggunaan DR 
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) perlu dibicarakan lagi. 
(Koran Tempo, 2001-06-28)



Jatim Dijatah Rp 19 Miliar, Reboisasi Mangrove Rp 300-500 Juta
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1032
Selain DAU (dana alokasi umum) pemerintah (pusat) menyiapkan DAK (dana alokasi khusus) 
yang bisa digunakan untuk reboisasi hutan pantai (mangrove). Jatim memperoleh jatah 
DAK sebesar Rp 19 miliar untuk memenuhi proyek reboisasi di kawasan Pantura (pantai 
utara). 
"Setiap kota atau kabupaten bisa mendapatkan alokasi dana Rp 300-500 juta untuk 
reboisasi hutan mangrove," ujar Kabid Praswil Bappeprop Jatim, Ir Fattah Jasin saat 
Rakorbang Kab. Probolinggo tahun anggaran 2002 di Ruang Tengger, Rabu (27/6). 
Ditambahkan, hutan mangrove memang wewenang pemerintah pusat (Departemen Kelautan dan 
Perikanan). "Tetapi proyek reboisasi hutan mangrove harus muncul dari tingkat bawah," 
ujarnya. 
Bappeprop Jatim menilai, kawasan "sabuk hijau" di Pantura Jatim banyak yang rusak. 
"Contohnya di kawasan Tanjung Kodok, Lamongan, Tuban abrasi pantai sangat parah," ujar 
Ir Fattah. 
(Surabaya Post, 2001-06-28)




---------------------------------------------------------------------
Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id

Kirim email ke