Daftar berita terlampir: * Kualitas Perempuan Indonesia Terendah di ASEAN * Semarang Bakal Tenggelam? * KSDA Sebaiknya Dialihkan ke Dinas Kehutanan * Hubungan RI-Singapura Jangan Terganggu Asap * Industri Kecil Belum Mampu Bangun Instalasi Pengolah Limbah * Agus Gunarto dan Kawasan MCK Terpadu * Pemda NTB Melarang Pemotongan Sapi Lokal * Sertifikasi Ekolabel Penting di Era Perdagangan Bebas * Laju Pertumbuhan Penduduk Harus Dikendalikan * Potensi SDA di Banten Menyimpan Kandungan Emas 2.343 juta Ton Kliping tematik lainnya dapat diperoleh di http://www.terranet.or.id/terramilis.php http://www.terranet.or.id/berita.php TerraNet: Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan http://www.terranet.or.id ================================================================ Kualitas Perempuan Indonesia Terendah di ASEAN http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1240 Kualitas perempuan Indonesia menduduki peringkat terendah di ASEAN. Hal itu disebabkan tingginya angka kematian ibu melahirkan dan tingkat pendidikan yang jauh tertinggal dari laki-laki. ``Hal itu menyebabkan tingkat partisipasi angkatan kerja yang sangat kecil yang diikuti perlakuan kekerasan yang sangat tinggi,`` kata Menteri Agama Muhammad Tolchah Hasan dalam diskusi bulanan tentang `Agama dalam Wacana Gender` dan sekaligus peluncuran buku panduan `Kesetaraan dan Keadilan Gender Menurut Islam` di Jakarta, kemarin. (Media Indonesia, 2001-07-13) Semarang Bakal Tenggelam? http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1242 DALAM seminar "Semarang Masa Depan, Kota Bebas Banjir Berwawasan Lingkungan" di Universitas Negeri Semarang 28 Maret 2001, dosen Geografi Universitas Negeri Semarang, Purwadi Suhandini memperkirakan, jika perusakan lingkungan di Semarang tetap seperti sekarang ini, maka pada tahun 2020, rob sudah sampai ke Tugu Muda. Tidak dapat dibayangkan jika prediksi tersebut benar, maka Semarang akan tenggelam.Sudah pasti, banyak kerugian yang bakal diderita warga dan pemerintah kota, karena bagaimanapun juga, Semarang merupakan ibu kota Jawa Tengah. Jika Semarang tenggelam, dipastikan aktivitas kota ini baik di bidang ekonomi, sosial, dan budaya akan terganggu serius. Mengutip hasil penelitian Tobing dan kawan-kawan (2000), Purwadi menyebutkan bahwa penurunan atau amblesan tanah di Semarang mencapai 0,02-0,25 meter per tahun. Ada empat zone amblesan, yakni: zone I yang mengalami amblesan lebih dari 0,20 meter per tahun adalah di daerah Pelabuhan Tanjung Emas yang membentang mulai dari Kelurahan Terboyo Kulon di bagian timur, Kelurahan Bandarhardjo di bagian barat, dan Kelurahan Purwodinatan di bagian selatan. (Kompas, 2001-07-13) KSDA Sebaiknya Dialihkan ke Dinas Kehutanan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1246 Kantor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) yang selama ini di bawah kendali Kantor Wilayah Kehutanan Irian Jaya (Irja), dan Balai Planologi serta Balai Rehabilitasi Lahan sepatutnya dialihkan ke Dinas Kehutanan Tingkat I. Pengelolaan hutan tidak dapat dipisahkan dari upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan kelestarian hutan. Jika lembaga-lembaga itu tetap dikendalikan di pusat, bisa terjadi tumpang tindih kebijakan. (Kompas, 2001-07-13) Hubungan RI-Singapura Jangan Terganggu Asap http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1249 Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Johan Syahpery mengharapkan agar hubungan RI dengan negara-negara Asean tidak terganggu hanya karena kasus asap. Karena, menurut Johan, kasus kebakaran hutan di Indonesia sama sekali tidak memiliki unsur kesengajaan. Dia berharap harapkan hubungan diplomatik dengan negara-negara itu berjalan normal, tidak terganggu dengan kasus asap. Demi menjaga hubungan itu, lanjut Johan usia bertemu Gubernur Jatim Imam Oetomo, kemarin, pemerintah RI kini serius melakukan koordinasi untuk penanganan kasus asap. (Republika, 2001-07-13) Industri Kecil Belum Mampu Bangun Instalasi Pengolah Limbah http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1251 Penanggulangan pencemaran untuk sektor industri kecil di Kabupaten Batang kini masih dalam taraf penyadaran. Karena untuk pengadaan teknologi instalasi pengolah limbah (ipal) dibutuhkan biaya besar. Bila dibandingkan dengan modal tidak seimbang, karena keuntungan dari industri itu baru untuk keperluan makan. Hal itu dikatakan Kabag Lingkungan Hidup dan Produksi Ir Agus Riyadi dan Kasubag Pertambangan Affandi di sela-sela pemantauan lingkungan Kali Sambong. ''Industri kecil atau home industry di Batang memang banyak. Namun mereka sama sekali tidak mampu untuk pengadaan ipal. Karena keuntungan usaha mereka masih belum masuk tabungan, sebab baru sebatas untuk keperluan rumah tangga, misalnya makan.'' (Suara Merdeka, 2001-07-13) Agus Gunarto dan Kawasan MCK Terpadu http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1266 Tetapi, pekan lalu kejorokan itu telah mengantarkan Agus Gunarto (43) memenangkan kompetisi terobosan teknologi berkelas internasional di London, Inggris. Ia menjadi orang Asia kedua, selain India, mendapat World Technology Award 2001 untuk kategori social entrepreneurship, dalam kompetisi yang diadakan World Technology Network (WTN) yang bernaung di Emperior College London. Prestasi itulah yang membuat lembaga semacam Bank Dunia memperkenalkan Agus pada Asoka Inovation Public, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berpusat di Amerika. Atas sponsor Asoka, Agus berangkat mengikuti kompetisi teknologi tingkat dunia ke London. "Saya kemudian ditetapkan sebagai pemenang pertama dari 25 peserta yang berasal dari 11 negara, untuk kategori social entrepreneurship," tuturnya. Keberhasilan mengubah perilaku itulah yang membuat Agus Gunarto menerima penghargaan sebagai Pemuda Pelopor Nasional tahun 1996. Tahun 1997 bahkan mantan Presiden Soeharto memberinya penghargaan Kalpataru untuk pengabdi lingkungan. (Kompas, 2001-07-13) Pemda NTB Melarang Pemotongan Sapi Lokal http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1270 Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melarang pemotongan sapi lokal karena jumlahnya terbatas dan perkembangannya lamban. Untuk memenuhi kebutuhan daging di daerah itu, rumah potong hewan (RPH) harus mendatangkan sapi dari luar. Ketua Komisi B DPRD NTB yang membidang perekonomian, H. Mahrip, kemarin mengatakan RPH di Mataram hanya diizinkan memotong sapi yang didatangkan dari luar daerah. Menurut dia RPH di Mataram bisa memotong 51 ekor sapi per hari, sehingga setiap tahun dibutuhkan paling tidak 15 ribu ekor sapi siap potong. Padahal pertumbuhan sapi di NTB tidak sampai 5.000 ekor per tahun. Karena itu, dia minta siapa pun pemodal RPH di provinsi itu mematuhi peraturan tersebut. "Harus banyak sapi yang didatangkan dari luar," katanya. (Koran Tempo, 2001-07-13) Sertifikasi Ekolabel Penting di Era Perdagangan Bebas http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1254 Dalam menyambut era perdagangan bebas, terutama AFTA (ASEAN Free Trade Area), perusahaan yang mengandalkan produk hasil hutan, harus memiliki sertifikat yang menerangkan bahwa produknya melalui proses yang ramah lingkungan. Sebab itu, ekolabel merupakan syarat bila ingin produknya dinilai aman oleh konsumen. Hal itu merupakan topik menarik yang dibicarakan para pakar lingkungan dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI), berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang terdiri dari organisasi pekerja dan penangan lingkungan, para pengusaha anggota Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) dan para peneliti dari berbagai institusi yang berkumpul di areal hutan tanaman industri PT Musi Hutan Persada (PT MHP), Desa Suban Jeriji, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan 5-12 Juli 2001. (Suara Pembaruan, 2001-07-12) Laju Pertumbuhan Penduduk Harus Dikendalikan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1255 Presiden Abdurrahman Wahid mengatakan, masalah mendasar yang dihadapi dunia dewasa ini adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Karena itu, kita harus mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, agar bisa berkembang secara teratur. Hal itu dikatakan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada seminar tentang ”Penduduk Berkualitas dan Pembangunan Berkelanjutan” yang diselenggarakan Badan Kependudukan Nasional (Baknas) di Jakarta, Rabu (11/7). (Suara Pembaruan, 2001-07-12) Potensi SDA di Banten Menyimpan Kandungan Emas 2.343 juta Ton http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1268 Banten, yang dahulu bagian dari Jawa Barat dan kini telah menjadi propinsi sendiri – ternyata menyimpan sumber alam non hayati dan hayati yang berlimpah. Diantaranya emas, yang umumnya ditambang secara tradisional tanpa izin. Propinsi Banten yang terletak di ujung bagian barat pulau Jawa memiliki daratan dan lautan yang ditinjau dari segio ekonomi merupakan daerah sangat strategis karena dilalui jalur vital hubungan darat pulau Sumatra dan Jawa. (Berita Iptek, 2001-07-12) --------------------------------------------------------------------- Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id