Daftar berita terlampir: * Rakyat Menderita akibat Kebijakan Salah Alamat * Boikot Perusahaan Pembajak Hayati Tanaman Indonesia * Teknologi, Pedang Bermata Dua * Indonesia Jadi Paru-paru Dunia * 4 Kebun Raya Akan Dikembangkan * Nasib Protokol Kyoto Tergantung Jepang * Presiden Minta Stadion Senayan Dipindah ke Kemayoran * Megaproyek Kali Mireng Tak Pakai Amdal * Septic Tank Buatan Malang Menembus Dunia * Hanya 30 Persen Kayu Jadi Buku * Punya Pepaya, Kenapa Pilih Beras Transgenik? * Penghargaan bagi Ketekunan * Mengamati Burung, Hobi Mengasyikkan * Negara-negara Industri Laksanakan Protokol Kyoto * Pecinta Lingkungan Protes Pemerintah Malaysia Kliping tematik lainnya dapat diperoleh di http://www.terranet.or.id/terramilis.php http://www.terranet.or.id/berita.php TerraNet: Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan http://www.terranet.or.id ================================================================ Rakyat Menderita akibat Kebijakan Salah Alamat http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1337 Terpuruknya perekonomian masyarakat belakangan ini adalah akibat keberpihakan yang salah alamat dari pemerintah. Pemerintah cenderung berpihak pada konglomerat ketimbang industri kecil yang jumlahnya sangat besar. Padahal, lebih dari separo utang negara yang kini mencapai 150 milyar dollar AS, merupakan andil konglomerat yang jumlahnya hanya segelintir orang.Berbicara kepada Kompas di kediamannya, Yogyakarta, Senin (16/7), Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Dr Mubyarto menjelaskan, pemerintah selama ini mencoba mengatasi utang negara dengan kebijakan yang keliru. Selain memberikan dana bantuan likuiditas terhadap konglomerat, juga berupaya menaikkan harga barang kebutuhan strategis seperti bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik. (Kompas, 2001-07-18) Boikot Perusahaan Pembajak Hayati Tanaman Indonesia http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1338 Indonesia harus bersikap tegas terhadap pembajakan hayati (biopiracy) dari negeri ini, dengan cara memboikot perusahaan yang melakukan hal tersebut. Sebagai wilayah yang memiliki sumber hayati tertinggi di dunia, praktik ilegal itu jelas merugikan. Pembajakan hayati nyatanya telah dilakukan perusahaan kosmetika Jepang-Shiseido. Oleh karena itu, Indonesia harus memboikot perusahaan ini dan menggugatnya di pengadilan. Riza V Tjahjadi dari Pesticide Action Network Indonesia mengemukakan hal itu di Jakarta, Senin (16/07). Dikatakan, dengan mematenkan secara diam-diam tanaman obat dan rempah yang telah digunakan sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia, perusahaan kosmetik Jepang ini telah memiliki sembilan paten. (Kompas, 2001-07-18) Teknologi, Pedang Bermata Dua http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1339 LAPORAN Pembangunan Manusia (Human Development Report) tahun 2001 yang bertema Making New Technologies Work for Human Development sangat menarik. Teknologi, seperti halnya kekuasaan, selalu menjadi pedang bermata dua. Laporan setebal 264 halaman yang dikeluarkan Dana Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) itu dalam beberapa bagiannya menegaskan bahwa teknologi adalah alat. Ia bisa digunakan untuk kesejahteraan manusia, tetapi juga mengandung risiko menghancurkan segala kemajuan yang telah dicapai. (Kompas, 2001-07-18) Indonesia Jadi Paru-paru Dunia http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1299 Indonesia sepatutnya mampu menjadi paru-paru dunia. Diharapkan, hal itu bisa terwujud dalam satu generasi mendatang. Dalam kaitan itu, masyarakat diharapkan segera melancarkan pemulihan hutan-hutan dan menciptakan hutan-hutan di kawasan kota. Demikian penekanan Presiden Abdurrahman Wahid, usai menanam pohon gayam-sebagai bagian dari upaya penghutanan kembali Indonesia-di Hutan Kota Kali Code, Kelurahan Keparakan, Kodya Yogyakarta, Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, Minggu (15/7) petang. (Kompas, 2001-07-17) 4 Kebun Raya Akan Dikembangkan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1340 Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri mengatakan akan mengembangkan empat kebun raya yang ada di pulau Jawa dan Bali. Pengembangan itu masing-masing di Cibodas, Bedugul, Purwodadi, dan Kebun Raya Bogor (KRB) tersebut didukung oleh banyaknya jenis tumbuhan yang bisa berkembang di daerah Indonesia. "Saya juga minta kepada para Gubernur untuk membangun kebun raya di derah masing-masing," kata Wapres pada acara peletakan batu pertama pembangunan rumah kaca anggrek di Kebun Raya Bogor, Sabtu (14/7) lalu. Menurut Megawati, pembangunan kebun raya tersebut bakal bisa diwujudkan mengingat Indonesia bukan hanya kaya dengan sumber daya alam saja, tapi juga potensial dengan sumber plasma nutfah. (Republika, 2001-07-17) Nasib Protokol Kyoto Tergantung Jepang http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1345 Nasib Protokol Kyoto sangat ditentukan oleh sikap Jepang apakah negara itu mengekor Amerika Serikat menolak protokol atau maju terus meratifikasi protokol yang ditetapkan di Kota Kyoto, Jepang. Jepang harus segera menentukan sikapnya dalam pertemuan para pihak Konvensi Perubahan Iklim di Bonn, 16 Juli sampai 28 Juli 2001. Demikian pendapat beberapa organisasi nonpemerintah internasional yang hadir dalam Konferensi Para Pihak ke-6 (COP6 – Conference of Parties 6) Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC – United Nations Framework Convention on Climate Change) bagian kedua yang berlangsung di Bonn, Jerman, sebagaimana dilaporkan Harry Surjadi, koresponden SH pada konferensi dunia tersebut. (Sinar Harapan, 2001-07-17) Presiden Minta Stadion Senayan Dipindah ke Kemayoran http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1296 Presiden Abdurrahman Wahid mengaku telah memerintahkan Gubernur DKI Jaya Sutiyoso untuk memindahkan lapangan olahraga di sekitar Senayan ke daerah Kemayoran. Pemindahan ini termasuk untuk Stadion Utama dan Hall Basket. "Semuanya harus dibongkar dan dijadikan kawasan tak berpenghuni karena Jakarta membutuhkan tempat-tempat tak bergedung untuk menyalurkan warga kotanya pada kebutuhan berolahraga," kata Presiden saat mencanangkan gerakan penghutanan kota Yogyakarta kemarin. (Koran Tempo, 2001-07-16) Megaproyek Kali Mireng Tak Pakai Amdal http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1329 Rencana pembangunan megaproyek pelabuhan internasional di sekitar muara Kali Mireng, Manyar belum dilengkapi Amdal (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Padahal, amdal itu seharusnya sudah rampung sebelum pengerjaan fisik dimulai. Memang hingga kini belum terlihat dimulainya proses reklamasi untuk membangun megaproyek itu. tetapi, megaproyek yang ditargetkan beroperasi 2003 itu sudah mulai mengerjakan jalur menuju lokasi. Jalur yang mengepras milik PT Wing Surya sekitar 30 meter kali 1.400 meter itu sudah mulai dilakukan pengerasan. Drs Soemarsono MM, Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Pemkab Gresik membenarkan soal belum adanya amdal megaproyek Kali Mireng itu. Hal itu dikatakan kepada Surabaya Post di ruang kerjanya, Jumat (13/7). (Surabaya Post, 2001-07-16) Septic Tank Buatan Malang Menembus Dunia http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1348 SEORANG pegawai Dinas Kesehatan Kota Malang meraih penghargaan 'World Technology Award 2001' di London, Inggris awal bulan ini berkat upaya pengelolaan lingkungan hidup yang ia lakukan dengan teknik 'septic tank' terpadu. Agus (43), nama pegawai itu, awalnya menjalani hidup yang cukup memprihatinkan sebagai seorang sopir bemo (sejenis bajaj) sejak tahun 1985. Namun, Agus yang ingin bercita-cita menjadi menteri lingkungan hidup atau menteri pemberdayaan perempuan itu memanfaatkan waktu luang untuk membuat percobaan-percobaan dengan teknologi paling sederhana. (Sinar Harapan, 2001-07-16) Hanya 30 Persen Kayu Jadi Buku http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1305 Semua orang pasti tahu, bubur kayu (pulp) merupakan bahan baku pembuat kertas. Tahukah Anda bahwa ternyata di Indonesia hanya 30 persen kayu yang dimanfaatkan menjadi kertas lembaran buku, koran, jurnal, tabloid, atau kertas untuk surat-menyurat? Ke mana selebihnya, tanya saja kepada ’’raja hutan’’ Indonesia yang salah satunya kini mendekam di Nusa Kambangan. Atau sejumlah ’’setan hutan’’ dan ’’penjarah hutan’’ Indonesia lain yang kini masih perkasa di gedung-gedung bagus miliknya. Tokoh jahat di balik hutan Indonesia itu sepertinya harus menyadari bahwa hubungan buku dengan pelajar atau mahasiswa bak dua sisi mata uang tak terpisahkan. Merekalah yang memainkan harga kertas dan kemudian membuat buku menjadi mahal. (Suara Pembaruan, 2001-07-15) Punya Pepaya, Kenapa Pilih Beras Transgenik? http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1313 Perdebatan ilmiah antara pihak yang pro dan kontra kehadiran tanaman pangan dan nonpangan transgenik merebak beberapa saat lalu. Perdebatan itu memuncak bersamaan dengan penanaman kapas Bt, yang disebutkan menghasilkan enzim perusak pencernaan serangga yang menjadi hamanya di Sulawesi Selatan. Organisme transgenik adalah organisme hasil rekayasa genetika yang mengandung gen dari organisme lain, diperoleh melalui pemindahan gen secara artifisial di antara organisme yang tidak berkerabat, yaitu melampaui batas jenis (species). ’’Sifat gen sendiri bisa ditentukan, tetapi yang belum bisa ditentukan adalah interaksi gen yang disisipkan dengan yang lain, bahkan oleh ilmuwan yang paling tersohor di mana pun,’’ Hira P Jhamtani (38), yang mendalami transgenik sejak 1994, menyebutkan alasannya. (Suara Pembaruan, 2001-07-15) Penghargaan bagi Ketekunan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1314 Si tukang kritik itu mendapat kejutan pada 5 Juni yang lalu. Bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup, di Kantor Menneg Lingkungan Hidup, ia mendapatkan penghargaan dari pemerintah. Dalam selembar piagam tertera, ”Presiden Republik Indonesia menganugerahkan Tanda Kehormatan Satyalencana Pembangunan”. Di bawahnya tercantum kalimat, ”Penghargaan itu diberikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1959, sebagai penghargaan atas jasa-jasanya yang besar terhadap Negara dan Bangsa Indonesia dalam lapangan pembangunan”. (Suara Pembaruan, 2001-07-15) Mengamati Burung, Hobi Mengasyikkan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1315 DENGAN TEROPONG - Mengamati burung juga menyenangkan bagi anak-anak. Seorang anak sedang mengamati burung dengan alat teropong di kawasan Senayan, Jakarta, dan menggambar serta memberi catatan tentang burung yang diamati. Anda suka mendengarkan kicau burung? Jika ya, sebaiknya tidak usah ikut-ikutan memelihara burung, apalagi jenis yang bukan hasil penangkaran. Mengamati burung di alam bebas dapat menjadi aktivitas dan hobi yang lebih mengasyikkan. Burung adalah jenis hewan yang mudah diamati karena termasuk hewan yang dapat dijumpai di sekitar kita; di sawah, pantai, gunung, laut, hutan, taman, bahkan di timbunan sampah. Di sekitar rumah kita pun banyak burung. (Suara Pembaruan, 2001-07-15) Negara-negara Industri Laksanakan Protokol Kyoto http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1316 Penting bagi AS Untuk Ratifikasi Perjanjian Itu HAMBURG – Negara-negara Industri bertekad untuk melaksanakan Protokol Kyoto untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Hal itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pe- manasan global. Dalam Protokol Kyoto itu, negara-negara industri diharapkan mengurangi gas karbon dioksida, metan, nitro oksida, dan tiga jenis gas lainnya. Target pengurangan itu dimulai sejak tahun 2008 hingga 2012 dengan tingkat penurunan 5,2% dari tahun 1990. Untuk membahas Protokol Kyoto itu diadakan pertemuan di Kota Bonn, Jerman, pada tanggal 16-27 Juli. Pertemuan itu untuk menindaklanjuti konferensi iklim keenam di Den Haag, Belanda pada November tahun lalu. Dalam pertemuan itu tidak ditemukan kata sepakat me-ngenai rincian pelaksanaan Protokol Kyoto. (Suara Pembaruan, 2001-07-14) Pecinta Lingkungan Protes Pemerintah Malaysia http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1317 Kelompok pecinta lingkungan Malaysia, Jumat (13/7), menuduh pemerintah menyepelekan munculnya gangguan kesehatan penduduk akibat serangan asap dari kebakaran hutan di Indonesia dan Malaysia sendiri. Menurut kelompok Sahabat Bumi Malaysia, akibat serangan asap itu beberapa pekan belakangan ini, sejumlah penduduk negara itu jatuh sakit. Ketua Sahabat Bumi Malaysia SM Mohamad Idris mengatakan, pemerintah menolak memberikan data polusi udara harian. Akibatnya penduduk tidak tahu kapan mereka harus melakukan pencagahan. (Suara Pembaruan, 2001-07-14) --------------------------------------------------------------------- Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id