Daftar berita terlampir:
* Tanpa AS, UE dan Jepang Sepakati Protokol Kyoto
* AS Tolak Protokol Kyoto Demi Konglomerat
* G-8 Siap Bantu Negara Miskin, Soal Lingkungan Belum Ada Kesepakatan
* Kondisi Alam Indonesia Urutan Ke-6 dari Bawah
* Pembicaraan Protokol Kyoto Diyakini Sukses
* Hentikan Perambahan Hutan Lindung Berdalih Permukiman
* Tinggi Degradasi Satwa Liar di Sumsel
* Layakkah Mengonsumsi Ikan Tercemar Limbah? 
* Pertanyakan Biaya Dokumen Kayu
* Kades Dalangi Pembabatan Hutan Payau


Kliping tematik lainnya dapat diperoleh di
http://www.terranet.or.id/terramilis.php
http://www.terranet.or.id/berita.php

TerraNet: Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
http://www.terranet.or.id
================================================================



Tanpa AS, UE dan Jepang Sepakati Protokol Kyoto
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1400
Para menteri lingkungan hidup Uni Eropa (UE) dan Jepang, tanpa AS, akhirnya 
menyepakati pengurangan efek gas rumah kaca (Protokol Kyoto), kemarin. 
Negosiasi maraton selama empat hari dicapai pada detik-detik akhir pertemuan tentang 
masa depan Protokol Kyoto yang digagas Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang pemanasan 
global. 
(Media Indonesia, 2001-07-24)



AS Tolak Protokol Kyoto Demi Konglomerat
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1408
Pemerintah Amerika Serikat pada 28 Maret 2001 mengumumkan tidak ingin meratifikasi 
Protokol Kyoto. Kemudian dalam penjelasan pers tanggal 11 Juni, presiden AS George W. 
Bush mengungkapkan tiga alasan yang menjadi dasar keputusannya itu.

Pertama, jika AS harus mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sesuai dengan Protokol 
Kyoto, perekonomian AS akan terpukul. Pengurangan emisi GRK akan memperlambat 
pertumbuhan ekonomi, menyebabkan pengangguran, dan harga barang-barang konsumsi akan 
naik.
(Sinar Harapan, 2001-07-24)



G-8 Siap Bantu Negara Miskin, Soal Lingkungan Belum Ada Kesepakatan
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1387
Para pemimpin Kelompok Delapan (G-8) kemarin mengakhiri KTT tiga hari di Genoa, 
Italia, dengan janji siap membantu negara-negara miskin, terutama Afrika. 
(Media Indonesia, 2001-07-23)



Kondisi Alam Indonesia Urutan Ke-6 dari Bawah
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1407
Indonesia pantas iri dengan negara Finlandia yang mendapat predikat terbaik sebagai 
negara yang mempunyai alam paling sempurna di dunia. Padahal kondisi alam negara itu 
penuh bebatuan, dan letaknya mendekati kutub utara, dan sembilan bulan di daerah itu 
tak disinari matahari. Sementara Indonesia yang indah dengan tanahnya yang subur, 
menempati urutan ke-6 dari bawah.

"Kita seharusnya malu dengan keadaan itu, karena kondisi alam kita ternyata sangat 
buruk," kata Menteri Kehutanan dan Perkebunan (Menhutbun) Drs Marzuki Usman di 
Denpasar, kemarin.
(Republika, 2001-07-21)



Pembicaraan Protokol Kyoto Diyakini Sukses
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1372
Menteri Lingkungan Hidup Belanda, Jan Pronk, yang memimpin pembicaraan 180 negara di 
Bon Jerman mengenai Protokol Kyoto meyakini pertemuan ini bakal sukses. Pertemuan ini 
sendiri diselenggarakan untuk menjadikan Protokol Kyoto sebagai sebuah ketentuan yang 
mengikat semua negara di dunia, termasuk negara-negara maju.

"Ketika saya datang ke Bonn saya punya sedikit rasa pesimis. Tapi selama tiga hari 
saya berada di sini dan berbicara soal atmosfer dengan rekan-rekan dari negara lain, 
saya punya kesan bahwa pertemuan ini akan membuahkan hasil. Apalagi dari pembicaraan 
saya secara individu dengan para peserta," katanya di hari ketiga pertemuan kemarin.
(Republika, 2001-07-20)



Hentikan Perambahan Hutan Lindung Berdalih Permukiman
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1375
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Erna Witoelar minta aparat Pemda Kota Batam 
dan Otorita Batam untuk menghentikan perambahan hutan lindung dengan dalih pembangunan 
permukiman penduduk. Jika benar permukiman yang dibangun di atas areal hutan lindung, 
harus dibongkar dan dihentikan dengan mencarikan lahan di tempat lain. "Hutan lindung 
harus dikembalikan kepada fungsi aslinya sebagai catchment area. Kalau tidak, Batam 
sebagai kawasan andalan industri nasional tidak berarti apa-apa lagi di masa depan 
karena akan mengalami kekeringan," kata Erna menjawab Kompas ketika meninjau 
pembangunan permukiman rumah susun PT Jamsostek di Batam, Kamis (19/7). 
(Kompas, 2001-07-20)



Tinggi Degradasi Satwa Liar di Sumsel
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1380
Kondisi habitat dan populasi jenis satwa di Sumatera Selatan (Sumsel) telah mengalami 
degradasi cukup tinggi. Menurut Ir. Kurnia Rauf, Kepala Balai Konservasi Sumberdaya 
Alam (BKSDA) Sumsel, Rabu (18/7), kondisi habitat dan populasi jenis satwa di kawasan 
konservasi (in- situ) mengalami degradasi habitat sekitar 40 persen di kawasan 
konservasi dan 60 persen di kawasan non-konservasi.

Kurnia Rauf yang berbicara pada seminar sehari "Upaya Pelestarian dan Penyelamatan 
Satwa Liar di Sumsel" yang diselenggarakan Yayasan Advokasi Lingkungan Hidup Indonesia 
(YALHI), mengatakan, degradasi habitat dan penurunan populasi itu akibat maraknya 
aktivitas illegal loging, pembakaran hutan, perladangan berpindah dan perburuan liar.
(Republika, 2001-07-20)



Layakkah Mengonsumsi Ikan Tercemar Limbah? 
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1383
PADA hari Rabu dan Kamis (11-12 Juli 2001) masyarakat Surabaya, khususnya yang 
bertempat tinggal di sekitar bantaran Kali Surabaya mendapat "rezeki nomplok" berupa 
ikan-ikan mabuk. Masyarakat yang mengambil ikan-ikan tersebut bergembira karena 
mungkin selama ini mereka jarang mengonsumsi ikan yang harganya tak terjangkau kocek. 
Sebenarnya, dalam satu tahun terakhir sudah terjadi lebih dari lima kali kejadian 
serupa. Sumber pencemarannya selain dari Kalimas, juga dari air Kali Marmoyo. Ini bisa 
dilihat dari hasil investigasi dan riset laboratorium Bapedalda Jawa Timur dan Balai 
Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL). Dari hasil riset diperoleh kadar BOD (biological 
oxygen demand) di Kali Marmoyo 324,25 ppm, namun menjelang jalur hilir, kadarnya turun 
55,75 ppm. 
(Kompas, 2001-07-20)



Pertanyakan Biaya Dokumen Kayu
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1384
Kejaksaan Grobogan mempersoalkan biaya pembuatan surat keterangan sah hasil hutan 
(SKSHH) yang dikeluarkan Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT) daerah itu. 
Pungutan biaya administrasi Rp 20.000, bahkan kadang lebih. 

Padahal SK Bupati pada 29 November 2000 mengenai izin penebangan pohon karangkitri dan 
jual beli kayu jati/rimba bongkaran rumah/bangunan tidak menyebutkan keharusan 
membayar admnistrasi.
(Suara Merdeka, 2001-07-20)



Kades Dalangi Pembabatan Hutan Payau
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1368
Kerusakan ekosistem hutan payau di muara Sungai Cimanuk, Kabupaten Indramayu semakin 
parah. Lahan milik KPH Perum Perhutani Indramayu itu dijarah masyarakat sekitar dengan 
sepengetahuan oknum aparat Desa Lamarantarung, Kecamatan Cantigi.

Dari pemantauan Republika di lapangan, Selasa dan Rabu (17-18/7), kerusakan paling 
parah terjadi di kawasan hutan Purwa dan Cangring. Di hutan Purwa kerusakan terjadi 
pada petak 39, 30, 29, dan 41 dengan luas total lebih dari 200 hektar. Sedangkan hutan 
Cangring, terjadi pada petak 26, 37, 38 dan 25 dengan kerusakan mencapai 80 ha.
(Republika, 2001-07-19)




---------------------------------------------------------------------
Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id

Kirim email ke