http://suarapembaruan.com/News/2001/08/19/Buku/bk01/bk01.htm Tekanan Politis Memarginalkan Masyarakat di Tasikmalaya Kajian tentang kompleksitas masyarakat marginal secara ideologis sangat penting dalam pemberdayaan mengembalikan harkat mereka sebagai warga negara sipil. Buku ”Mikung, Bertahan dalam Himpitan” menjadi salah satu contoh untuk melihat secara komprehensif berbagai kekuatan yang menyebabkan proses marginalisasi terjadi dalam suatu kelompok masyarakat. ntuk lebih jelasnya berikut wawancara bersama Sofwan Samandawai, peneliti Yayasan Akatiga jebolan Universitas Padjajaran yang menulis buku tersebut. Tanya: Apa latar belakang penelitian atas Kelompok Mikung (KM) ini? Jawab: Penelitian itu bermula dengan tujuan untuk mempelajari kehidupan kaum miskin yang posisinya marginal di dalam masyarakat. Di Indonesia, fenomena kelompok seperti itu sering tidak disadari keberadaannya sehingga pemahamannya sangat terbatas. Dalam proses penelitian ditemukan, penyebab kemiskinan tersebut tidak saja faktor ekonomi, tetapi juga struktur hubungan politik antarkelompok masyarakat. Kondisi itu membawa kita kepada upaya untuk mempelajari garis besar sejarah perpolitikan dalam masyarakat tersebut. Penyelidikan atas sejarah itu menunjukkan bahwa posisi marginal dan kemiskinan KM disebabkan oleh faktor-faktor yang cukup kompleks. Antara lain faktor ekonomi, politik, persaingan, dan konflik di antara varian-varian keyakinan agama dalam masyarakat. Pemahaman atas kondisi dan dinamika kehidupan tersebut sangat penting bagi penyelenggaraan pemberdayaan yang sedang tren di pemerintah dan LSM. Sering kali upaya pemberdayaan tidak tepat sasaran karena konstelasi masalah tidak ditemukan. Dari penelitian itu muncul kesadaran bahwa pemberdayaan tidak hanya diarahkan pada kelompok marginal tersebut, tetapi, dan terutama, harus ada perubahan struktur hubungan politik, ekonomi, dan sosial di dalam masyarakat yang bersangkutan. Tanya: Penelitian ini boleh dikatakan masih jarang. Bisakah diuraikan proses marginalisasi pada kelompok ideologis lain? Jawab: Memang penelitian itu masih jarang dilakukan, apalagi secara mendalam dan dilihat dari sisi religi dan politik. Ideologi di situ lebih diartikan sebagai bagaimana cara memandang dunia sehingga sangat beragam. Ada yang berdasarkan agama, ekonomi, politik, dan sebagainya. Kelompok ideologis yang paling jelas terlihat adalah kelompok adat yang ideologinya berdasarkan pada tradisi leluhur mereka. Misalnya, di Jabar, ada suku Baduy, masyarakat Kampung Naga, masyarakat Kasepuhan. Secara politik, di Indonesia juga terdapat suatu lapisan masyarakat yang dianggap sebagai kelompok ideologi karena menganut paham sosialis-komunis. Tanya: Bagaimana relevansi penelitian tersebut dengan upaya pemberdayaan untuk keluar dari marginalisasi? Jawab: Setidaknya sudah ada pemahaman atas kompleksitas proses dan dinamika yang ada, lalu merancang strateginya. Pemahaman seperti itu sangat penting karena pemberdayaan terhadap kelompok marginal akan dilihat sebagai upaya menantang struktur hubungan kekuatan di antara kelompok masyarakat yang ada. Tidak saja kelompok elite secara ekonomi, tetapi juga tokoh-tokoh agama. Pemberdayaan yang gegabah akan menyebabkan semakin terdesaknya kelompok marginal dalam masyarakat. Apalagi jika pemberdayaan yang dilakukan bersifat tabrak lari. Sering kali upaya pemberdayaan yang dilakukan berbagai pihak tidak tepat karena konstelasi permasalahan sebenarnya yang dihadapi oleh masyarakat miskin dan marginal tersebut tidak ditemukan. Contohnya, langkah LSM perekonomian rakyat yang akan memberi kredit untuk kelompok Mikung. Padahal, kredit bukan masalah krusial untuk KM. Tanya: Sejauh mana sebuah perlawanan rakyat bisa muncul dari embrio perlawanan terselubung seperti pada KM? Jawab: KM memiliki potensi yang tidak jauh berbeda dengan penelitian James Scott tentang perlawanan petani miskin. Hasil penelitian itu memperlihatkan perlawanan terselubung, tetapi kemudian akan mengakumulasi energi perlawanan tersebut. Ketika ada momentum, maka pecahnya akumulasi energi perlawanan menjadi frontal, tetapi KM tidak seperti itu, atau mungkin belum seperti itu karena kepercayaan Mikung-nya meyakini keseimbangan dunia dan akhirat yang akan berlangsung dengan sendirinya. Sebenarnya pada KM bukan perlawanan masif, aksi atau gerakan, tetapi menginginkan stigma politik dihilangkan. Hal itu tidak bisa lepas dari persoalan struktur yang menekan mereka sejak tahun 1965 hingga saat ini. Pernyataan Gus Dur untuk mencabut Tap MPRS No XXV Tahun 1966 disambut baik oleh KM, tetapi tidak disambut oleh kelompok-kelompok Islam di kampung tersebut. Perubahan struktur yang mungkin dilakukan pemerintahan Megawati, menurut saya, belum tentu mengubah kondisi keterhimpitan KM karena ketermarginalan KM melibatkan konflik atau dendam antarpribadi/ kelompok, yaitu antara orang-orang dalam KM dan orang-orang dalam kelompok NU yang dulu adalah anggota Darul Islam (DI). Konflik itulah yang membuat perubahan sulit dilakukan. Tanya: Pengucilan akibat perbedaan ideologis juga melanggar hak asasi KM. Mungkinkah rekonsiliasi, jalan hukum, atau mekanisme lain yang lebih adil digunakan untuk menghilangkan ’’luka’’ itu? Jawab: Perbedaan ideologis (apakah politik atau agama) tidaklah akan menyebabkan konflik dan kompetisi yang tajam bila tidak disertai dengan perbedaan kepentingan masing-masing kelompok mengakses sumber daya ekonomi dan sosial yang penting bagi kehidupan dan eksistensi kelompok ideologi yang bersangkutan. Pengucilan atas dasar perbedaan ideologi sangat tidak dibenarkan di dalam negara demokratis. Karena itu, luka-luka semacam yang diderita kelompok Mikung (dan juga mereka yang pernah terlibat dengan persoalan PKI) membutuhkan kerangka hukum yang jelas untuk tidak menoleransi diskriminasi semacam itu. Tetapi, sebagaimana yang ditunjukkan dari penelitian itu, pengucilan KM tidak hanya dilakukan oleh satu alasan, dan setiap orang yang mengucilkannya mempunyai alasan-alasan yang berbeda. Sejarah hubungan antarpersonal, keyakinan agama dan sosial, berbagai stereotipe yang terus-menerus dibentuk karena persaingan ekonomi maupun politik lokal menjadi beberapa sebab dari terjadinya pengucilan tersebut. Untuk menghilangkan pengucilan seperti itu, perlu perubahan mendasar di bidang sosial, kebudayaan, dan wacana tentang hak asasi manusia di tingkat lokal masyarakatnya. Tanya: Bagaimana metode penelitian yang digunakan, mengingat tidak mudah membangun komunikasi. Dari mana memulai dan bagaimana tim melakukan pemahaman atas konteks kehidupan KM sendiri? Jawab: Penelitian itu adalah penelitian deskriptif dengan memaparkan dan menjelaskan apa yang terjadi dan penyebab-penyebabnya. Teknik penelitian antropologis pengamatan terlibat dilakukan dengan tinggal di lapangan selama empat bulan sejak bulan Desember 1999 hingga Maret 2000. Selain itu, dilakukan pula metode Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan mengenai peristiwa sejarah sosial ekonomi dan politik lokal. Teknik pengumpulan datanya sendiri menggunakan indepth interview (wawancara secara mendalam) pada beberapa basic informants (informasi dasar) dan key informants (informasi kunci). Penelitian dilakukan oleh dua orang peneliti, yaitu Sofwan Samandawai dan Febby Firdian. Pada awal studi itu, kami mendapatkan bantuan dari seorang peneliti dari Amerika Serikat, Lyndi D Backues, yang kemudian menjadi tutor diskusi kami setiap minggu. Dia ternyata telah lama berteman dengan orang-orang Mikung tersebut karena ia pernah datang di Tasikmalaya sekitar tahun 1995/1996 untuk meneliti di sekitar daerah tersebut. Kami pun berkenalan dengan orang-orang Mikung, dan prosesnya kemudian berjalan sedikit demi sedikit serta komunikasi dengan bahasa Sunda. Penggunaan bahasa daerah itu dikarenakan KM adalah kelompok filosofis sehingga apa yang disampaikan oleh KM dalam bahasa merupakan simbol-simbol filsafat hidupnya. Karena itu, seluruh penelitian dari awal hingga akhir dilakukan dalam bahasa daerah Tasikmalaya, yaitu Sunda. PEMBARUAN/HERI S SOBA --------------------------------------------------------------------- Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id