Daftar berita terlampir:
* Program Penghijauan Kota Diprotes Dewan dan Walhi
* Cabut Izin Penebangan Hutan Skala Kecil
* Wali Kota Janji Tidak Akan Jual KBS
* Konservasi Masih Dianggap Beban
* Konsumen Negara Maju Ingin Produk Ramah Lingkungan


Kliping tematik lainnya dapat diperoleh di
http://www.terranet.or.id/terramilis.php
http://www.terranet.or.id/berita.php

TerraNet: Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
http://www.terranet.or.id
================================================================



Program Penghijauan Kota Diprotes Dewan dan Walhi
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1936
Program penghijauan kota yang dicanangkan Pemkot Surabaya mendapat protes dari 
kalangan DPRD dan para aktivis wahana lingkungan hidup (Walhi) Jatim. Aksi reboisasi 
kota ini dinilai para anggota dewan hanya sekadar janji-janji belaka.

"Saya kira pemkot tidak bakal serius melaksanakan program penghijauan kota itu. Sejak 
dulu pemkot hanya janji dan tidak pernah direalisasikan," ujar anggota komisi D DPRD 
Surabaya, Ir Sudirjo kepada Republika di ruang kerjanya, kemarin (4/9).

Pendapat sama juga dilontarkan Direktur Walhi Jatim, Susianto SH. Menurut dia, program 
penghijauan kota justru tak tetap sasaran. "Semestinya yang digarap pemkot adalah 
kawasan pusat kota, bukan daerah pinggiran," kata Susianto.
(Republika, 2001-09-05)



Cabut Izin Penebangan Hutan Skala Kecil
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1923
Izin penebangan hutan yang dikeluarkan pemerintah daerah (pemda) dalam skala kecil 
kepada perorangan harus dicabut karena tidak sesuai dengan asas pelestarian hutan. 
Penebangan hutan secara liar dengan memanipulasi izin itu makin meluas di Irian Jaya 
(Irja), terutama di lokasi yang dikuasai masyarakat adat dan sekitar unit pemukiman 
transmigrasi (UPT) .Demikian dikatakan Sekretaris Koperasi Masyarakat Adat (Kopermas) 
Irian Jaya (Irja) Drs John Kabey di Jayapura, Senin (3/9). Seluruh hutan di Irja 
dikuasai masyarakat adat, pemilik hak ulayat. Mereka secara bebas melakukan penebangan 
atau memberikan kepada orang lain untuk menebang setelah ada kesepakatan bersama. 
Padahal, aksi itu tidak sesuai dengan asas pelestarian hutan karena lebih memfokuskan 
pada penebangan kayu tanpa diimbangi dengan kegiatan reboisasi.
(Kompas, 2001-09-04)



Wali Kota Janji Tidak Akan Jual KBS
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1929
Wali Kota Sunarto Sumoprawiro berjanji tidak akan pernah menjual Kebun Binatang 
Surabaya (KBS), meskipun nantinya pengelolaan sepenuhnya di tangan Pemerintah Kota 
(Pemkot) Surabaya. Sunarto juga menegaskan, walaupun mengutus ahli hewan untuk 
mengurus KBS, orang-orang lama tidak akan digusur, tetapi justru dipertahankan.
"KBS itu paru-paru kota sehingga perlu dipertahankan, dan supaya binatang bisa 
berkembang biak dengan baik, Pemkot akan menjalin kerja sama dengan Fakultas 
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair). Alasannya, KBS itu tidak sekadar 
tempat rekreasi, tetapi juga tempat penangkaran binatang jenis tertentu," kata Sunarto 
Sumoprawiro di Surabaya, Senin (3/9).
(Kompas, 2001-09-04)



Konservasi Masih Dianggap Beban
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1944
Peneliti Center for International Forestry Research (CIFOR) Daju Pradnja Resosudarmo 
mengatakan, Indonesia harus mencari alternatif baru sistem pengelolaan hutan yang 
berwawasan lingkungan, dan perlu belajar dari negara lain untuk menyelamatkan hutan. 

"Di Indonesia, kawasan konservasi masih dianggap sebagai beban karena menghilangkan 
kesempatan memperoleh penerimaan daerah dan pendapatan masyarakat. Akibatnya, 
kerusakan lingkungan makin meluas," ujar Daju Pradnja Resosudarmo, di Jakarta, Senin 
(3/9). 

Daju menyarankan, untuk sistem pengelolaan hutan di Indonesia, pemerintah pusat harus 
mempererat kerja sama dengan pemerintah daerah. Sehingga pemerintah pusat dapat lebih 
memusatkan perhatian pada kebijakan umum, hubungan internasional, perdagangan, dan 
penelitian, tidak lagi terlibat jauh dengan kebiasaan menggerogoti hutan.
(Suara Pembaruan, 2001-09-04)



Konsumen Negara Maju Ingin Produk Ramah Lingkungan
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=1945
Konsumen di negara-negara maju saat ini menghendaki barang-barang yang dibeli tidak 
merusak lingkungan. Permintaan konsumen tersebut harus diperhatikan kalangan pebisnis 
Indonesia jika produknya diserap pasar internasional. Demikian dikatakan Menteri 
Negara Lingkungan Hidup (Meneg LH), Nabiel Makarim, di Jakarta, Senin (03/9).

Pernyataan Nabiel Makarim tersebut dikaitkan dengan persiapan Indonesia menjelang 
konferensi dunia atas pembangunan berkelanjutan (WSSD – Worlds Summit on Suistanable 
Development) yang akan berlangsung di Johanesburg, Afrika Selatan, Maret tahun depan. 
Ia juga menyayangkan anggapan yang salah bahwa masih ada dikotomi antara ekonomi 
dengan lingkungan hidup.
(Sinar Harapan, 2001-09-04)




---------------------------------------------------------------------
Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED]
Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id

Kirim email ke