Daftar berita terlampir: * Deterjen Merusak Lingkungan * Wapres: Sisihkan Dua Persen Hasil SDA uantuk Pendidikan * Rokhmin Dahuri: Laut Jangan Dikapling-kapling * Gagal, Pembangunan Sektor Kehutanan * Produk Alam Indonesia Harus Penuhi Standar Lingkungan * PBB Gelar Program "Clean Up The World" * Menjadikan Plastik Ramah Lingkungan Kliping tematik lainnya dapat diperoleh di http://www.terranet.or.id/terramilis.php http://www.terranet.or.id/berita.php TerraNet: Portal Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan http://www.terranet.or.id ================================================================ Deterjen Merusak Lingkungan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2010 Hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terhadap daftar bahan-bahan pembuat deterjen yang dilakukan sejak April 2001, mencatat adanya bahan-bahan perusak lingkungan. Dr Budiawan mengungkapkan hal itu dalam diskusi bertema `Deterjen, Peluang dan Tantangan Menuju Ramah Lingkungan` di Jakarta kemarin. Selain YKLI, pihak lain yang melakukan penelitian yang sama adalah Tim Pengabdian Masyarakat (TMP) Jurusan Kimia, Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada akhirnya mereka juga memiliki kesimpulan yang sama dengan penelitian yang dilakukan YLKI. (Media Indonesia, 2001-09-13) Wapres: Sisihkan Dua Persen Hasil SDA uantuk Pendidikan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2016 Wakil Presiden (Wapres) Hamzah Haz mengharapkan agar pemerintah daerah (pemda), baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi, memprioritaskan dana pendidikan sebagai langkah terobosan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di daerah. Untuk itu, Wapres berharap agar para gubernur dan bupati meningkatkan dana pendidikan dengan menyisihkan dua persen dari sumber daya alam (SDA) produksi daerah bersangkutan. "Peningkatan dana pendidikan itu penting untuk peningkatan SDM yang sangat diperlukan dalam pembangunan," kata Wapres di Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar), Selasa (11/9) malam. Pekan lalu, ketika membuka Munas III Forum Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia (FKPPAI) di Istana Merdeka Selatan, Jakarta, Wapres juga mengungkapkan hal serupa. Menurut Wapres Hamzah Haz, pengalokasian dana yang dihasilkan dari SDA sebesar dua persen untuk kepentingan pendidikan sebetulnya sudah diatur melalui undang-undang (UU). (Kompas, 2001-09-13) Rokhmin Dahuri: Laut Jangan Dikapling-kapling http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2019 Menteri Kelautan dan Perikanan Dr Ir Rokhmin Dahuri mengatakan laut sebagai sumber daya perikanan harus dimanfaatkan seoptimal mungkin agar dapat menjadi sumber penghidupan yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat, khususnya kalangan nelayan. "Untuk itu dalam pengelolaannya, pemanfaatan laut janganlah dikapling-kapling per wilayah," kata Rockhmin di depan peserta seminar nasional tentang 'Otonomi Daerah dan Peluang Industrialisasi Sektor Kelautan' di Cirebon, Rabu (12/9). Acara ini diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Industri Universitas Muhammadiyah, Cirebon. Seusai menghadiri seminar di Cirebon, Menteri langsung menuju Kabupaten Indramayu untuk merealisasikan rehabilitasi pembangunan pelabuhan pendaratan ikan Eretan, Kecamatan Kandanghaur. (Republika, 2001-09-13) Gagal, Pembangunan Sektor Kehutanan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2005 Pembangunan sektor kehutanan selama tiga dasarwarsa terakhir dinilai gagal. Itu terin-dikasi pada termarginalisasinya masyarakat seputar hutan dan tekanan yang nyaris tidak terbendung pada kawasan hutan yang mengakibatkan kerusakan sumber daya alam tersebut. "Pengelolaan hutan selama 30-40 tahun terakhir ini tidak ada perubahan, bahkan gagal," ujar Kepala Badan Planologi Departemen Kehutanan, Untung Iskandar pada "Diskusi Perumusan Kebijakan Sektor Kehutanan Pusat dan Daerah", Senin (10/9) di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). (Kompas, 2001-09-12) Produk Alam Indonesia Harus Penuhi Standar Lingkungan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2006 Saat ini negara maju mulai menghambat impor produk-produk alam dari negara berkembang dengan cara menerapkan standar lingkungan. Selain itu, negara tersebut juga menekankan agar standar yang ada diterapkan dalam sistem perdagangan multilateral seperti World Trade Organization (WTO). Sebagai negara berkembang, Indonesia harus mengatasi masalah ini dengan memenuhi standar yang mereka tetapkan. Untuk itu, diperlukan akses teknologi dan pendanaan serta kerja sama strategis dengan negara maju. Menteri Negara Lingkungan Hidup (Menneg LH)/Kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nabiel Makarim mengemukakan hal itu pada pertemuan "Joint Working Group on Environment 2001" antara Australia dengan Indonesia, di Jakarta, Senin (10/9) lalu. (Kompas, 2001-09-12) PBB Gelar Program "Clean Up The World" http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2023 Badan PBB untuk Lingkungan Hidup United Nation Environment Programme (UNEP) kembali menggelar program aksi Clean Up The World atau membersihkan dunia untuk menyelamatkan bumi dari sampah kotor. Kegiatan yang melibatkan 126 negara di dunia itu merupakan kampanye lingkungan yang akan dilakukan 21 hingga 23 September 2001. Di Indonesia, gerakan kebersihan dunia diprakarsai oleh Universitas Trisakti, yang bertindak sebagai Founding Supporter. Diperkirakan 5.000 mahasiswa Trisakti terlibat dalam kegiatan memerangi sampah di Ibukota. Lewat gerakan itu, diharapkan, akan tumbuh budaya bersih di kalangan masyarakat. (Suara Pembaruan, 2001-09-12) Menjadikan Plastik Ramah Lingkungan http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=2027 KAMPUNG terbesar di dunia, itulah julukan bagi Jakarta di masa lalu. Bagaimana dengan sekarang? Nampaknya julukan itu masih relevan mengingat kondisi ibu kota kita yang kian hari kian kumuh oleh berbagai produk sampah yang makin menggunung. Tidak semua sampah itu bisa dimusnahkan begitu saja. Plastik yang dikonsumsi masyarakat Indonesia mencapai 1,5 juta ton atau tujuh kilogram per kapita termasuk jenis sampah yang tak bisa dilebur dalam tanah. Sekitar 800 pabrik terlibat dalam pembuatan produk yang mengandung bahan plastik. Plastik menjadi sebuah kemasan atau bahan yang disukai oleh konsumen karena ringan untuk dibawa dan ketahanannya terhadap perubahan alam (dekomposisi). (Sinar Harapan, 2001-09-12) --------------------------------------------------------------------- Mulai langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Stop langganan: kirim e-mail ke [EMAIL PROTECTED] Archive ada di http://www.mail-archive.com/envorum@ypb.or.id